Fitnah Atas JIL Belum Berakhir - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Diskusi
24/10/2005

Fitnah Atas JIL Belum Berakhir

Oleh Umdah El-Baroroh

Sikap arogan peserta yang mayoritas jama’ah masjid Al Muslimun dan FUI (Forum Umat Islam) Utan Kayu itu semakin panas, ketika Amin Jamaludin dan Dr. Aceng Rahmat bicara. Keduanya menyampaikan penilaiannya yang sepihak terhadap JIL dengan nada provokatif.

“Ulil di sini (menunjuk majalah Syir’ah edisi Pembaharuan Alquran Ala Indonesia) mengatakan ayat Alquran ada yang salah. Misalnya Ulil mengatakan ayat “inna al-dina indallah al-Islam” salah dan menggantinya dengan “inna al-dina indallah al-hanifiyyah”, tegas Amin Jamaludin dari LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam) dalam forum dialog interaktif Ramadhan “Kupas Tuntas JIL” di Universitas Islam, Jakarta, 21/10 sore tadi. Tetapi ketika ditantang oleh Abdul Moqsith Ghazali, aktivis Jaringan Islam Liberal, untuk membacakan redaksi mana yang menunjukkan Ulil mengatakan itu, Jamaludin tampak kelimpungan.

Bukan hanya itu, ia juga melucuti buku “Lubang Hitam Agama” karya Sumanto Al Qurtubi. Sumanto, menurutnya, menyatakan bahwa wahyu Tuhan adalah keledai. Dan barangsiapa yang mempercayainya sama dengan keledai. “Alquran telah dipenjara oleh bahasa Arab.” “Oleh karenanya kita harus mengeluarkannya dari penjara itu. Artinya Alquran harus ditulis sesuai dengan bahasa negara masing-masing”, tuduh Jamaludin kepada penulis buku tersebut yang terus disambut teriakan untuk membunuh aktivis JIL oleh peserta.

Pria berjanggut tebal ini mengira bahwa Sumanto Al Kurtubi, kandidat doktor di Hawaii University itu adalah orang JIL. Begitu pula majalah Syir’ah dan buku-buku lain yang menyuarakan kebebasan berpikir, termasuk buku Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Alquran. Ia menganggap mereka adalah antek-antek JIL.

Dialog yang diselenggarakan oleh mahasiswa Universitas Islam Jakarta itu bertujuan mencari klarifikasi dari Jaringan Islam Liberal atas tuduhan miring yang berkembang selama ini. Tetapi nyatanya, ketika Novriantoni Kahar dari Jaringan Islam Liberal, berbicara di depan forum yang baru berlangsung sekitar lima menit, tiba-tiba diinterupsi oleh salah seorang peserta dan tidak diberi kesempatan untuk melanjutkan pembicaraannya. Belakangan peserta itu mengaku dari Forum Umat Islam Utan Kayu dan bernama Mustafa Haris.

Sikap arogan peserta yang mayoritas jama’ah masjid Al Muslimun dan FUI (Forum Umat Islam) Utan Kayu itu semakin panas, ketika Amin Jamaludin dan Dr. Aceng Rahmat bicara. Keduanya menyampaikan penilaiannya yang sepihak terhadap JIL dengan nada provokatif.

Meskipun tidak secara ekplisit menyebut nama JIL, dosen Pasca Sarjana UIJ itu seakan-akan menyalahkan para intelektual yang menggunakan akalnya untuk memahami Alquran. Kelompok ini ia sebut sebagai orang yang mendewakan akal dan berani mengutak-atik kesucian Alquran. Menurutnya kebenaran wahyu adalah mutlak. Sementara kebenaran akal adalah relatif. Sehingga akal ketika tidak bisa memahami Alquran harus menerimanya dengan sikap “sami’na wa atha’na”. “Akal tidak berhak untuk mengutak-atik kebenaran wahyu yang sudah mutlak itu, apalagi hanya karena bantuan dana yang diperoleh.” Ungkapan bernada sinis tersebut nampak sekali ditujukan kepada JIL, meski tidak secara lugas. Bukan hanya itu. Menurut dosen UIJ ini mereka yang memahami wahyu dengan akal dianggap telah secara berani meragukan kesucian Alquran. Dan karenanya umat Islam boleh bertindak. Sikap ini sangat mengagetkan Novriantoni, alumni Universitas Al Azhar, Kairo, dalam perbincangannya dengan panitia usai acara. Menurutnya ucapan itu tidak selayaknya muncul dari seorang doktor dan akademisi semacam Aceng.

Gaya bicara kedua pembicara itu, yakni Amin Jamaludin dan Dr. Aceng Rahmat, semakin membakar emosi massa. Akibatnya, massa sempat menolak ketika Abdul Moqsith Ghazali, aktivis JIL, ingin menyampaikan wejangannya. Bahkan ketika kandidat doktor UIN ini mengucapkan salam pembuka, ada sebagian peserta yang menyeletuk melarang menjawab salamnya.

Pria kelahiran Bondowoso Jatim itu tampaknya memahami psikologi massa yang sudah mulai memanas. Sehingga dalam presentasinya ia lebih bersikap retoris dengan membacakan dalil-dalil yang menunjukkan keramahan Islam. Menurutnya Islam tidak menghendaki sikap saling membenci terhadap kelompok yang berbeda. Bahkan dalam salah satu ayat Alquran nabi pun pernah diingatkan oleh Allah untuk tetap bersikap lemah lembut agar orang-orang Quraisy tidak menghidar darinya. “Sikap paling baik dalam menyikapi perbedaan adalah dengan berhusnudzzan. Kita tidak tahu siapa di antara kita yang paling benar dan mendapatkan petunjuk dari-Nya. Dialah (Allah) yang paling mengetahui siapa yang sesat dan yang paling mendapatkan petunjuk di antara kita”, papar Moqsith dengan mengutip ayat Quran yang fasih.[]

24/10/2005 | Diskusi | #

Komentar

Komentar Masuk (31)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Seorang muslim mutlak berdasar pada Alquran dan Hadis, Bila hasil dari pemikiran bertentangan dengan Alquran dan Hadis sudah pasti ada yang salah dari pemikiran tersebuat. ibarat kepala dan peci, kalau peci tidak muat dikepala bukan kepala yang di dikecilkan tapi pecinya yang besarkan(diperbaiki).
Kalau anda meyakini Allah pencipta anda tentu anda meyakini kesempurnaan Alquran, tolong diteliti lagi “tuntutlah ilmu sampai kenegeri cina” ITU BUKAN HADIS. salam saya semoga anda mendapat hidayah…

Posted by fandi ahmad  on  01/20  at  11:25 PM

@ Den Mas Rudy: Masya Allah, arogan betul sampeyan. Kayak gitu to sikap orang yang paham Islam? Arogan itu ngga harus kelihatan petantang-petenteng, tapi bisa juga dengan memberangus keinginan bersuara seseorang, bahkan jika seseorang itu idiot sekali pun, seperti yang anda tuliskan itu.
-----

Posted by panji  on  02/14  at  09:02 AM

Jika Quran memang penuh dengan Ilmu Pengetahuan, bagaimana bisa bangsa justru orang Islam kebanyakan terbelakang dalam pendidikan (bagian Sahara Afrika utamanya) menurut laporan Bank Dunia. Mengapa Allah menulis Quran dalam bahasa yang hanya dimengerti oleh 5% orang Arab?? Dan setelah 1400 tahun,Muslim Arab masih tak bisa membuat Quran itu jadi pengetahuan?? Bahkan Rasul mengaku kalah dan menyuruh orang-orang Arab/Muslim ke China menuntut Ilmu. Namun kebanyakan Muslim tak mau mendengar saran Rasul,malah pergi kenegeri barat menuntut ilmu. KENAPA???

Posted by wedus  on  02/12  at  12:02 AM

Saya selama ini terus menyesalkan sikap dan arogansi para orang Islam yang kadang gampang menyalahkan orang lain (tidak sepaham)secara habis-habisan. Mungkin JIL ada kelemahannya (kurang mengetengahkan tema-tema teknologi hanya melulu berfilsafat)) tapi kelebihannya dan sumbangannya untuk agama Islam juga banyak, Pa Amin Jamaludin juga punya kelebihan (sebagai orator dan penulis yang baik) tapi juga ada kelemahannya (gampang mengkafirkan orang Islam yang tidak sepaham). Yang baik adalah, semuanya harus berhusnudzon atas satu sama lain, jangan saling menyalahkan dan mengkafirkan, itu ndak baik bagi jagat raya ini. Kan Islam rahmatan lil Alamin… dan kebenaran bukan milik JIL maupun Amin Jamaludin ... karena semuanya itu relatif karena pemahaman orang berbeda-beda dan ndak boleh dipaksakan ... kanjeng nabi Muhammad juga menghargai pendapat yang berbeda.

Posted by KGPA. Arifuddin  on  02/10  at  09:02 PM

Mas yang d JIL mbok ya sekali-kali mengkaji Alquran dari sudut Iptek. Klo memang Alquran Hanya sekedar dongeng dan sejarah kenapa konstanta kecepatan cahaya sudah ada jauh sebelum Relativity teorinya Einstein. Kenapa sudah ada dasar teori fisika Partikel jauh sebelum adanya gravitasi Wewton dan Teori Max Planck tentang foton......

Sesungguhnya cuma Alquran yang telah menceritakan proses terjadinya gempa bumi dan teori Dentuman besar (big bang). Bandingin saja secara menyeluruh ama INJIL dan kitab agama yang lain; ada gak teori tentang pergerakan Partikel....

Posted by Bakul_semprul  on  05/31  at  07:05 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq