Islam Kaffah - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Kolom
12/10/2010

Islam Kaffah

Oleh Taufik Damas

Kemajuan peradaban tidak akan terwujud jika masyarakatnya hanya mengandalkan “iman” dan jargon-jargon gigantis yang tidak berdasar. Kapan dan di mana pun, kemajuan peradaban mengandaikan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, baik yang lunak (soft science) atau yang keras (hard science). Penguasaan ilmu pengetahuan itu harus didukung oleh suasana kebebasan yang jauh dari klaim sesat-menyesatkan. Kebebasan dan semangat ilmiah inilah yang membuat Islam pernah mencapai masa keemasannya.

12/10/2010 18:33 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (17)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

kebebasan itu boleh dilakukan dengan sebuah syarat ada koridor-koridor yang jelas.jika atas nama ilmiah ,kemajuan, kesuksesan,kemudian kebebasan di lakukan dengan “bebas “ tanpa barometer yang jelas, maka itu perbuatan yang tidak tepat dan tidak bertanggung jawab. berdasarkan siroh siroh nabawi, bahwa yang membuat Islam pernah mencapai masa keemasannya,di masanya adalah pelaku-pelakunya berada pada jalur Iman yang benar bukan dengan mendewa dewakan ilmiah dengan mengesampinkan iman seperti pernyataan anda ini. dan satu lagi anda mencela dengan mengatasnamakan “tidak Ilmiah’ TETAPI anda sendiri juga memberi pernyataan yang saya pikir tidak ilmiah karena anda juga menyatakan klaim (jargon-jargon gigantis yang tidak berdasar.)

#1. Dikirim oleh salil badala  pada  13/10   02:27 PM

Oleh karena itu jika seseorang mencintai kekasihnya, mabuk cinta, maka segala apa yg bukan kekasihnya adalah nol besar. Hukum ini berlaku atas pencarian Tuhan. oleh karena itu Allah berfirman : “ Ambilah Islam secara kaffah.....( atau tidak sama skali).Sebahagian kelompok islam lebih mengutamakan kampung akhirat daripada kampung dunia sekarang, itu tidaklah salah sebab tidak ada seorangpun yg dapat menolong dirinya pada sakratul maut, alam kubur dan di padang mashar nanti, termasuk anda,selain dirinya sendiri dan amal perbuatan selamanya didunia. Tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk memajukan peradaban islam, toh semuanya akan hancur juga… lantas apa yg tersisia, jelas tidak lain adalah kekhawatiran akan kampung akhirat nanti, maka kelompok ini tidak dapat dikatakan bertanggungjawab atas kemunduran islam. Kecintaan akan kedamaian akan kampung akhirat menjadikan ia lupa akan segala macam tentang dunia dengan segala macam pemikiran-pemikiran yg belum tentu menyelamatkan ia di akhirat nanti. Kekhawatiran akan keadaan nanti (akhir) adalah lebih utama dipikirkan daripada bergelut dengan pemikiran-pemikiran,pemahaman-pemahaman, menyeru dan mengajak, berkumpul, berdiskusi yg hanya menghabiskan umur, padahal sisa umur dan persiapan diri akan kematian hari demi hari lebih pendek , maka itu lebih utama dipikirkan dari pada menghabiskan umur dengan segala macam tabiat orang-orang yg diri mereka sendiri tak mampu mereka selamatkan. Yang salah adalah memaksakan kehendak bagi orang lain untuk melepaskan pemahamannya selam ini agar bisa diajak bersama-sama dengan golongannya. Anda tidak akan diminta pertanggungjawaban nanti tentang islam. Yang akan diminta pertanggungjawaban nanti adalah tentang diri diri sendiri.

#2. Dikirim oleh mat  pada  13/10   07:03 PM

Kata santri sebelah, klo as-silmi diartikan sebagai Islam menjadi janggal. Emangnya Iman dan Islam tinggian mana? Masa’ orang beriman disuruh ber-Islam, yang benar aja..... Bukankah kata al-Qur’an ber-islam belum tentu beriman (karena iman belum masuk ke dalam hatimu....)? Wallahu’alam.

#3. Dikirim oleh tatang sidik  pada  13/10   08:23 PM

Keilmuan harus dilandasi dengan keimanan, karena bila keilmuan tidak dilandasi dengan keimanan akan mengakibatkan orang tersebut terjerumus kedalam lembah sekularistik.

Bila hal tersebut terjadi (sekularistik), maka orang tersebut akan takabur, ia akan menafikan Adanya Allah Ta’ala dan Kekuasaan-Nya. Maka seyogyanya kita bercermin dalam kisah-kisah terdahulu, orang-orang yang takabur dan sombong di tenggelamkan dalam lautan, di benamkan dalam bumi, dan berbagai azab yeng telah Allah Ta’ala perlihatkan, itu semua sebagai ibroh bagi kita, agar kita tetap istiqomah beriman kepada-Nya.

Oleh sebab itu penghargaan Allah Ta’ala tidak menyebutkan orang yang berilmu lebih dulu, namun Dia menyebutkan yang pertama adalah orang-2 yang beriman dilanjutkan dengan orang-2 yang berilmu, firman-Nya:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...(Q.s. Al-Mujadilah: 11)

#4. Dikirim oleh asep sobirin  pada  14/10   01:40 AM

Assalamu’alaikum…
Inti Islam itu ada 3 hal;
1. Ajaran tauhid,iman kpd Yang gaib(ALLAH )

2.Ajaran akhlaq yang luhur(mulis) dgn latihan2 Shalat,pausa,naik haji dll

3.Ajaran membangun keluarga dan masarakat yg sejahtera.

Salah satu dari yg tiga ini di abaikan,maka umat Islam berdirinya pincang dan tidak kuat mudah jatuh.

Yang benar2 sukses melakukan ke 3 point diatas itu disebut islam yang khafah atau muslim yang berTaqwa.

Yang perlu mendesak dilakukan oleh umat Islam (ulama2nya)sekarang ini adalah # 3, yaitu mencapai ekonomi yang kuat mulai dari ulama2 yg tahu agama....kalau banyak ulama2 yang sejahatera,maka masarakat akan sejahtera..

Dalam satu negeri banyak ulama2 yg bertaqwa,maka makmurlah bangsa itu.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan [ayat-ayat Kami] itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Qs 7:(96)

Kalau sedikit ulama2 yang bertaqwa,maka miskinlah negeri itu.

How to measure a successful Muslim.
http://latifabdul.multiply.com/journal/item/552

#5. Dikirim oleh alatif  pada  14/10   09:43 AM

Bismillah, Benar apa yg dikatakan saudara taufik, iman saja tidak cukup untuk mndukung kemajuan islam karena kita juga diberi akal untuk berfikir dan mencerna ayat-ayat Allah (yg nampak ataupun tertulis)karena Allah memberi akal kepada manusia untuk memperkuat iman kepada Allah bukan A K A L yg mengalahkan I M A N. Jadi tanam & kuatkan iman dalam hati Anda bahwa apa yg sdh Allah turunkan melalui rasul’y Muhammad SAW itu adalah benar jgn lah dirubah ataupun direkayasa kebenaran’y. Dan kalaupun ada orang yg akan merubah apa yg tlh dturunkan Allah, Allah Maha Memelihara lg Maha Menjaga. Semoga Hidayah Allah selalu ada dalam diri kita

#6. Dikirim oleh orang awam  pada  14/10   09:56 AM

Iman dalam ISLAM adalah bagian terpenting dalam kehidupan dan kemajuan suatu peradapan. Sedangkan penguasaan ilmu pengetahuan harus benar-benar didasari atas Iman, untuk menghindari tindakan-tindakan ataupun mental-mental takabur kepada Alloh. Karena sesungguhnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia tidak sebanding sama sekali dengan ilmunya Alloh SWT. Anda masih kurang yakin??? Jika begitu hebatnya ilmu pengetahuan, Silakan balikkan gerak edar bumi mengitari matahari, hingga matahari nampak terbit dari arah yang berlawanan dari arah sekarang. Wahai manusia sombong taufik damas buktikan omonganmu!!!!!

#7. Dikirim oleh Nur  pada  14/10   03:31 PM

kenapa yaaa..., ada orang-orang kok bodddooowwww banggeeettttt...,siapa ituww?? ya orang2 HTI lah..gyahahahahahahaaa......, dan mereka yang menanggapi perbedaan pendapat dengan amarah, mulai dari cacian yang tertulis, pendapat yang nggak nyambung dengan pokok bahasan, ataupun dengan kekerasan perbuatan...,Oh My GOD!! sangat sangat menghibur pikiran saya yang stress pekerjaan, ketika membaca komentar2 di islamlib.com, betapa menyenangkan menemukan orang-orang bodoh yang merasa diri paling suci menjalankan misi suci, bermodal otak cupet,dan bodohnya tidak tertolongkan.., wahai para pengkomentar negatif diforum ini, tolong teruskanlah perbuatan kalian, sisi jahat saya terpuaskan melihat orang bodoh macam kalian..,sangat menghibur..:D
rahmatan lil alamin ditangan kalian menjadi omong kosong dan kebohongan terbesar umat islam..gyahahahahahahaa......

mendirikan negara islam dengan modal celana gantung, baju lusuh dan jidat hitam lebam? gyahahahahahahaaa....!!!!

I rindu eyang harto klo ketemu yg ginian mah...hahahahhaa…

#8. Dikirim oleh senang melihat orang sok suci..:D  pada  15/10   01:49 PM

Untuk Nur no#7. Ilmu manusia memang akan sangat jauh dengan Ilmu Allah. Semua orang di forum ini mengakui dan tidak ada yang membantahnya. Yang salah adalah Anda membandingkannya. Idiot sekali orang ini yah…
Jangan salah pula mementingkan ahirat bukan berarti menjauhkan diri dari mempelajari Ilmu Pengetahuan. Mementingkan ahirat bukan berarti harus duduk terus menerus dikir, sholat di Masjid. Kejayaan Islam/Masa Keemasan waktu abad ke 14 karena Islam maju di bidang Ilmu Pengetahuan. Sederet Ilmuan kaliber besar adalah muslim. Sampai sekarang peradaban baratlah yang berhasil meneruskannya. Ingat pingin berhasil di ahirat, belajarlah Ilmu Pengetahuan, Karena dengan Ilmu pengetahuan anda bisa menolong orang lain, bukan untuk sombong.

#9. Dikirim oleh Tri Pambudi  pada  15/10   03:11 PM

Pemikiran yang betul2 aneh,seolah olah Iman adalah penghambat kemajuan, dan kemajuan akan dicapai bila Iman tidak ikut, kemajuan yang bagaimana yang anda maksud, apa kemajuan itu menderunya mesin2 perang israel dan kafirin lainnya mencaplok dunia islam, atau semakin maraknya film2 porno dan budaya keterbukann “aurat” dan pemikiran bebas yang tanpa batas......kalau itu yang anda mau saya tdk ikut…

#10. Dikirim oleh Hisam ashadi  pada  16/10   01:35 PM

Setuju komen #9
Di Surat ar Rahman Allah SWT menantang kita untuk mengeksplorasi langit dan bumi dengan iptek
Hanya saja saya bertanya2 dalam hati, apakah untuk mencapai atau mengulangi zaman keemasan islam harus dengan melegalkan homoseksual, panggil bintang porno, melarang jilbab, seperti yang digadang-gadang oleh penulis & komplotannya.
Apakah para ilmuwan besar islam tersebut melakukan hal yang sama (homseks dll) baru bisa mencapai kejayaan islam. Apakah ada karya buku mereka yang bilang begitu?

#11. Dikirim oleh Tommy  pada  16/10   01:58 PM

Inget bro.. ilmuan2 islam pada saat itu berasal dr negeri2 yg di expansi oleh kekhalifahan islam.. Mereka contohnya Ibnu Sina (Avicena), Ibnu Rusdie (Averoes) sebetulnya adalah orang2 sekuler yg diburu oleh ulama2 islam (baca sejarahnya).
Kejayaan islam saat itu nggak lebih dr pada kekuatan berperang untuk menaklukkan negeri yg kebetulan orangnya pinter2.

Jadi mereka pinter bukan krn berfikir islami. Lebih tepat dikatakan mereka adalah orang pinter yg bangsanya sedang dijajah/ diexpansi oleh islam.

Mikir gampangnya gini aja… Enstein menemukan teori relativitas bukan krn dia rajin baca Thalmud kan?
Demikian juga ilmuan2 jaman keemasan islam itu.

#12. Dikirim oleh Al Hisap  pada  17/10   08:08 AM

setuju dengan tulisan saudara Taufik, kemajuan peradaban tidak cukup hanya dengan iman, iman tanpa ilmu adalah buta, keyakinan yg hanya akan melahirkan kesombongan spritual, merasa paling benar.paling suci ,paling top membela Tuhan, Al-Qur’an sendiri sudah secara tegas menyatakan pentingnya ilmu pengetahuan, hadis nabi juga mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah wajib hukumnya bagi kaum muslim dari buaian sampai ke liang lahat, orang-orang yg beriman tapi tidak berilmu, hanya mampu mendefinisikan ilmu sebagai amalan-amalan,do’a-do’a dan keberkatan,selebihnya akan di anggap urusan duniawi yg dikonotasikan sebagai lupa pada Tuhan, contohnya adalah komentar2 yg tidak nyambung pada tulisan saudara Taufik ini,karena hanya mengandalkan iman tanpa pengetahuan yg cukup liberalisme,sekularisme,pluralisme juga di pahami sebagai ,mengumbar hawa nafsu,mengejar kenikmatan duniawi,lupa pada Tuhan (kebebasan seks,dsb.)

#13. Dikirim oleh Murhan  pada  20/10   10:20 AM

Tulisannya bagus mas, saya cuma bingung kenapa sih itu orang kalau pada denger kata “sekuler” langsung panik?

Coba deh kayanya di Indonesia hidup masih oke saja kok. Kalu ada riak dan gelombang (istilah SBY :p) ya wajar, bukan lalu karena negara sekuler. Lihat Eropa, dan bertanyalah kenapa banyak imigran dari negara berpenduduk Islam? kenapa mereka nggak ke Saudi saja?

Bingung juga sama yang anti banget dengan usaha mencapai kemajuan di dunia (misal komen #2).

Akhirat itu kehidupan nanti, bekalnya ditentukan dari perbuatan kita di dunia. Kalau perbuatan kita nggak bisa menyumbang untuk kemajuan dan kebaikan manusia selama kita hidup, apa pantas mengharap balasan yang baik di akhirat?

Justru karena hidup ini cuma sebentar, kemajuan dan sumbangsih (baca: amal soleh) yang berguna untuk orang lain harus dikejar, dan untuk mencapainya diperlukan ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan itu tidak sempit, bukan sekedar bikin mobil, bikin senjata, bikin gedung, dll.

Pengetahuan juga tentang membangun masyarakat, mengusahakan perdamaian, memberantas kemiskinan, kebodohan dan kawan2nya

Kalau Nabi SAW tiap hari cuma zikir dan sholat, pasti Islam ga akan berhasil penyebarannya. Beliau nggak cuma beribadah ritual, Beliau memimpin masyarakat, membentuk organisasi, membangun sistem kesejahteraan sosial, membuat pakta perdamaian. Semua kegiatan bersifat duniawi, dan tentu berpahala.

Banyaknya orang masuk Islam di jaman nabi karena nabi itu revolusioner dan memahami kebutuhan umatnya:
Memulai gerakan menghapus perbudakan
Memberikan hak waris pada wanita
Membatasi poligami menjadi 4 (harusnya sekarang 1 aja)
Membangun komunitas multi agama
Menyantuni orang miskin
Menghapus perbedaan rasial
Dll, dsb sangat banyak

jadi kalau nabi saja aktif dalam membangun masyarakat dan membuat dunia menajdi lebih baik untuk ditinggali, kenapa banyak orang yang mengaku Islam tapi nggak mau tahu sama urusan dunia? Bodoh sekali.

#14. Dikirim oleh Muhammad Rosyid Budiman  pada  20/10   07:20 PM

Pemikiran yang kolot, ortodoks dan konservatif lah yang membuat umat islam tidak maju. Sebaliknya, pemikiran yang maju, progresif dan inklusif yang dapat menjadikan islam sebagai agama selalu relevan, maju dan modern.

#15. Dikirim oleh yusrul  pada  21/10   11:46 PM

Al-islamu sholihun li kulli zaman wa makan

#16. Dikirim oleh yusrul  pada  21/10   11:48 PM

pada tahun 2005 yang lalu telah difatwakan oleh MUI bahwa paham sekularisme,pluralisme dan liberalisme merupakan paham yang berasal dari peradaban barat yang ternyata keberadaannya menyesatkan umat manusia.

sebagai contoh masalah yang ditimbulkan oleh paham sekuler ini adalah kekeliruan ilmu (corruption of knowledge) yang dikatakan oleh Prof.S.M.Naquib Al-attas (pakar pemikiran islam) hal tersebut (baca:kekeliruan ilmu) merupakan masalah yang mendasar dalam kehidupan manusia modern.

dampak tersebut sepertinya sudah merasuk ke dalam tatanan keilmuan metafisika, kita dengan tidak kikuk memisahkan ilmu science dengan agama karena dalam anggapan kita bahwa ilmu tersebut tidak ada hubungannya dengan agama, bagaimana kita bisa menemukan cara membuat pesawat dalam Al-Qur’an, bagaimana kita bisa menemukan cara menghitung gempa yang terjadi dalam Al-Qur’an atau bagaimana kita bisa sampai ke mekkah dari indonesia dalam Al=Qur’an. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari akibat corruption of knowledge itu.

sebenarnya fungsi agama terhadap science bukanlah mengangkat hal semacam itu,Al-Qur’an terlalu tinggi jika harus “dipaksa” membahas pertanyaan-pertanyaan itu sebab bukan disitu esensi dari agama.

esensi antara islam dengan science menurut wendi zarman adalah menghubungkan filsafat science yang melatarbelakangi teori-teori dalam ilmu metafisika tersebut terhadap islam,karena teori-teori itu lahir bukan dari suatu ruang kosong melainkan dari suatu sandaran metafisika mengenai hakikat alam semesta

kita memang diberi akal oleh Allah SWT untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas dengan tidak menafikan kebesaran Allah dalam mengatur alam semesta ini.Wallahu A’lam.

#17. Dikirim oleh rifki akbar  pada  25/10   06:52 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq