Jaudat Said dan Tafsir La Ikraha Fi al-Din - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Tokoh
12/08/2008

Jaudat Said dan Tafsir La Ikraha Fi al-Din

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Dengan alasan itu, mereka melakukan pemaksaan bahkan kekerasan agar orang lain masuk ke dalam agama yang dipeluk dirinya. Orang seperti ini, menurut Jaudat Said, mengidap penyakit jiwa (maradl nafsiy). Orang yang berjiwa sehat adalah mereka yang berupaya bagi tegaknya kebebasan beragama. Bahkan, Said menegaskan bahwa jihad disyari’atkan untuk menghapuskan pemaksaan (al-ikrah) dan membiarkan seluruh manusia merdeka dalam memilih sesuatu yang dianggapnya benar. 

12/08/2008 18:08 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (25)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 2 halaman 1 2 >

Mas, itu bukan ayat 251, tapi ayat 256 pada surat Al Baqarah. Saya tuliskan tafsir ibnu katsir terhadap ayat 256.

Allah berfirman: “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama. “. Maksudnya, janganlah kalian memaksa seseorang memeluk agama Islam. Karena sesungguhnya dalil-dalil dan bukti-bukti itu sudah demikian jelas dan gamblang, sehingga tidak perlu ada pemaksaan terhadap seseorang untuk memeluknya. Tetapi barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah dan dilapangkan dadanya serta diberikan cahaya bagi hati nuraninya, maka ia akan memeluknya. Dan barangsiapa yang dibutakan hatinya oleh Allah Ta’ala, dikunci mati pendengaran dan pandangannya, maka tidak akan ada manfaat baginya paksaan dan tekanan untuk memeluk Islam.

Para ulama menyebutkan bahwa sebab turunnya ayat ini adalah berkenaan dengan beberapa orang kaum Anshar, meskipun hukumnya berlaku umum.

Ibnu Jarir meriwayatkan, dari Ibnu ‘Abbas, ia menceritakan, ada seorang wanita yang sulit mempunyai anak, berjanji kepada dirinya, jika putranya hidup, maka ia akan menjadikannya Yahudi. Dan ketika Bani Nadhir diusir, di antara mereka terdapat anak-anak kaum Anshar, maka mereka berkata: “Kami tidak mendakwahi anak-anak kami.” Maka Allah menurunkan ayat: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.”

Demikian hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa-i secara keseluruhan. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya.

Ulama yang lainnya mengatakan: “Ayat tersebut telah dinaskh (dihapus) dengan ayat qital (perang), dan bahwasanya kita diwajibkan mengajak seluruh umat manusia memeluk agama yang lurus, yaitu Islam. Jika ada salah seorang di antara mereka menolak memeluknya dan tidak mau tunduk kepadanya, atau tidak mau membayar jizyah, maka ia harus dibunuh. Dan inilah makna pemaksaan.”

Allah Ta’ala berfirman: “Kamu akan diajak untuk (memerangi) kaum yang mempunyai kekuatan yang besar, kamu akan memerangi mereka atau mereka menyerah (masuk Islam).” (QS. Al-Fat-h: 16).

Dan dalam hadits shahih disebutkan: “Rabbmu merasa kagum kepada kaum yang digiring ke dalam Surga dengan rantai.”. Maksudnya, para tawanan yang dibawa ke negeri Islam, dalam keadaan diikat dan dibelenggu, setelah itu mereka masuk Islam, lalu amal perbuatan mereka dan hati mereka menjadi baik, sehingga mereka menjadi penghuni surga.

Dan firman-Nya:
“Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” Artinya, barangsiapa yang melepaskan diri dari sekutu-sekutu (tandingan), berhala, serta apa yang diserukan oleh syaitan berupa penyembahan kepada selain Allah, mengesakanNya, serta menyembah-Nya, dan bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq selain Dia.

“Maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.” Berarti ia telah benar-benar tegar dan teguh berjalan di jalan yang tepat lagi lurus.

Umar ra mengatakan: “Bahwa al-jibt itu berarti sihir dan thaghut berarti syaitan. Bahwasanya keberanian dan sikap pengecut merupakan tabiat yang melekat pada diri Manusia. Orang yang berani akan memerangi orang-orang yang tidak dikenalnya, sedangkan seorang pengecut lari meninggalkan ibunya. Sesungguhnya kemuliaan seseorang adalah pada agama, kehormatan dan akhlaknya, meskipun ia orang Parsi ataupun rakyat jelata.” Demikian yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari Umar.  Lalu ia menyebutkannya. Dan makna yang diberikan ‘Umar bahwa thaghut berarti syaitan mempunyai landasan yang sangat kuat, ia mencakup segala macam kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Jahiliyyah, yaitu berupa penyembahan berhala, berhukum, dan memohon bantuan kepadanya.

#1. Dikirim oleh Lutfi  pada  12/08   09:51 PM

Assalamualaikum.

Pertama, saya ingin mengucapkan selamat atas perubahan format yang lebih baik dalam penampilan JIL ini.
Kedua, saya ingin mengucapkan pada pemerhati JIL yang masih tetap setia bergabung dalam diskusi ini, sehingga apa yang kita dapatkan itu merupakan dasar dalam bersikap terhadap perkembangan agama Islam yang kita cintai, sehingga perasaan damai di hati tetap mekar secara sehat.
Ketiga, sepertipun pada waktu yang lalu, saya selalu bersimpati pada narasumber yang selalu menyampaikan kabar yang menyejukan dan menyegarkan dalam usaha memahami niat agama Islam yang terkandung dalam Al Qur’an bagi masyarakat awam.
Sekali lagi saya ucapkan, bravo untuk para pencetus JIL ini.

Wassalam

H. Bebey

#2. Dikirim oleh H. Bebey  pada  13/08   07:39 AM

Maqasid ini terlalu ceroboh dan bodoh, seharusnya antum ketika membaca buku Jaudat Said harus dgn aqal yg berilmu dan berwawasan serta berpengetahuan yg banyak disertai dgn sikap kritis terhadap apa yg dia tulis, sudah jelas banyak kesalahan dan penyimpangan dalam buku tersebut, namun dasar pak Maqasid modalnya modal dengkul juga, baiknya pak Maqasid belajar dulu lagi, perbanyak dulu baca kitab, jangan asal ngomong ngelantur.

#3. Dikirim oleh Unaesah Rasyidah  pada  19/08   12:48 PM

memang benar bahwa tidak ada paksaan dalam memeluk agama termasuk islam sendiri.tapi, harur kita pahami bahwa jika seseorang sudah memeluk islam, maka ia harus tunduk terhadap segala aturan islam, dan dalilpun mengatakan demikian.jadi bukan berarti kita bisa seenaknya sendiri untuk melakukan tindakan terhadap agama yang dipeliknya.seperti islam liberal ini yang seenaknya sendiri memutar balikan dalil. oleh karena itu saya berharap pada kelompok anda untuk kembali pada islam yang dibawakan oleh rosululloh, bukan mengikuti ajaranya ulil dkk.

#4. Dikirim oleh disman  pada  20/08   10:44 PM

asslamu’alaikum wr.wb
saya lebih codong pad komentar pak H, Bebey yang memang Add Muq

#5. Dikirim oleh ibel  pada  21/08   08:42 PM

untuk pemerhatian dan kencari kebenaran, sila rujuk laman web youtube..
cari “Dr. Zakir Naik vs William Camble”

#6. Dikirim oleh sey tan  pada  23/08   03:44 PM

Bpk/ibu,
Sering saya merenung, mengapa sikap tidak setuju dari saudara2 seiman kita seringkali disampaikan dgn bahasa yg kurang santun, nada tinggi, mencela. Saya pikir, Agama bukan komoditi yg harus dipatenkan hak interpretasinya.
Salam sejahtera buat kita semua. -swandaru-

#7. Dikirim oleh Swandaru  pada  31/08   01:03 PM

Mengapa sih negara hanya mengakui 6 agama? Dengan demikian seseorang beragama A atau agama B karena alasan politis, bagaimana tidak? wong dalam setiap isian formulir selalu dicantumkan kolom agama, yang kalau tidak diisi, formulir akan dikembalikan, iya toh?
Sebenarnya seseorang tidak harus beragama, tetapi yang penting setiap orang harus relegius, percaya bahwa ada suatu kekuatan supra natural yang menciptakan bumi langit dan segala isinya.
Tidak perlu berebut merekrut massa sebanyak banyaknya untuk masuk ke agamanya. Tidak perlu mengobarkan perang untuk menunjukkan bahwa ajaran agamakulah yang paling benar.
Lihat, para masyarakat di pedalaman, apakah mereka punya “agama”? Tetapi mereka jauh lebih religius dari kita yang memeluk agama yang diakui negara. Mereka lebih bijak dalam memperlakukan alam.

#8. Dikirim oleh Pitoyo Mintoharjo  pada  03/09   12:30 PM

Antara pemikiran dan misinya muqsit sangat berbanding terbalik. Dia punya pemikiran liberal tapi di sisi lain dia punya sikap pemaksaan terhadap pemikirannya sendiri. Seandainya dia punya komitmen terhadap pemikiranya yang liberal semyognyalah dia juga didak boleh mengkritik pemikiran lain dari kelompok lain yang bahkan dia juga sering mematahkan pemahaman kelompok lain. di sini sangat jelas sekali sikap dia yang selalu kontra dengan faham kelompok lain yang tidak sepaham denganya.
Sebenarnya dia sendiri tidak faham dengan liberal, dengan bukti bahwa setiap ada yang beda faham dengan dia, dia selalu mengadakan pertentangan atau perlawanan. inikah yang dinamakan liberal menurut dia? Bulsit. semestinya dia tidak punya tingkah mematikan faham lain.

Dan kalo dia liberal dia juga harus masuk ke area agama lain bukan hanya di area islam yang diobok-obok. Biar mata dia terbuka. Tapi saya yakin dia tidak akan punya nyali. Dijamin.

Kalo dia punya alasan terhadap tingkah dia yang selalu mengadakan perlawanan terhadap kelompok lain yang selalu menentang dia, bahwa “Itu hanya hujjah dia karena diserang atau bahasa lainnya” maka sangat tidak singkron terhadap tingkah dia terhadap FPI misalnya,saat ada kasus monas. Kebayang maksud saya?

#9. Dikirim oleh abdul  pada  09/09   02:20 AM

Kalo saya sih gampang aja, itu semua benar.. tidak ada dalam ajaran islam yang memaksakan agama kepada orang lain. yang memaksakan agama dan kepercayaannya dengan paksa dan kekerasan ya cuma 1, yaitu YAHUDI. coba saja lihat pemaksaaan terhadap daerah kekuasaan hidup beragama yang terjadi di palestina,lihat lah kelakuan israel yang melakukannya dengan senjata. Selain itu mengenai pemaksaan kepercayaan, lihatlah George W Bush yang memaksakan orang untuk percaya bahwa di beberapa negara yang di serang oleh amerika terdapat pengembangan nuklir. tapi mana? secara sosial ini sudah pemaksaan kepercayaan namanya. Tapi kok temen2 dari JIL ga ada yang peka terhadap hal ini ya..? padahal ini sangat bertentangan dengan ajarannya bahwasannya Agama dan kepercayaan itu tidak bisa dipaksakan, apalagi dengan kekerasan. Aku yakin pasti temen2 disini semuanya tau mana yang benar dan mana yang salah, cuma sayangnya pada malu2 aja.. hehehehe…

#10. Dikirim oleh harsono  pada  10/09   04:59 PM

Saya sangat yakin bahwa Agama diturunkan Tuhan dengan cinta, untuk kedamaian dibumi, kenapa haru s kita curigai bahwa Jaudat Said ngelantur, ada yang salah dengan konsep cinta kasih pada sesama....? salahkah bila dia merasakan bahwa cinta dan kasih sayang adalah wujud keberagamaan itu sendiri, lalu kemana perginya kasih sayang dihati para pemeluk Islam yang menghalangi tumbuh dan berkembangnya keyakinan yang lain, kenapa kita tidak berani untuk mengakui bahwa kebencian justru akan menghancurkan agama itu sendiri, cinta adalah perlambang keikhlasan dalam melakukan sesuatu, kalau semua orang punya pemikiran seperti dia, saya sebagai muslim percaya bahwa hal tersebut akan membawa keindahan bagi kehidupan yang beragam dimuka bumi, tebarkanlah benih-benih agama dengan cinta dan ia akan tumbuh dengan subur dalam pelukan kasih sayang ilahi, tanpa ada paksaan, biarkan seorang individu menentukan langkahnya, ia punya hak bahkan untuk tidak beragama sekalipun, bila itu adalah pilihannya, Bang Moqsith, saya akhir-akhir ini sering merasa perih dengan adanya sweeping-sweeping terhadap warung-warung makan yang buka pada siang ramadhan, dengan dalih untuk menghormati ramadhan apakah itu cara memuliakan ramadhan, saya tidak mengerti...mana kasih sayang itu, sweeping terhadap hiburan-hiburan malam dengan kekerasan, padahal pergi ke tempat hiburan malam adalah keinginan manusia juga, kenapa harus mengajak orang ke surga dengan menghancurkan kehidupan orang, bisakah hal-hal tersebut menumbuhkan iman, jangan-jangan malah sebaliknya, justru menumbuhkan kebencian terhadap agama itu sendiri, meskipun tidak diungkapkan dengan terang-terangan, karena takut disakiti, buat saya tidak ada pengaruhnya bagi puasa saya apakah warung-warung makan dibuka pada siang hari ataupun tempat-tempat hiburan malam dibuka pada bulan ramadhan, saya bukan pemilik hiburan malam, bukan pula non muslim, saya muslim yang merasa sedih melihat cara kelompok-kelompok tertentu dalam mengajak orang untuk beriman pada Tuhan...teruskan perjuangan Bang Moqsith dan rekan-rekan dalam memberi pemahaman akan pentingnya kasih sayang dalam mengajak orang untuk bertakwa bukan dengan paksaan....

#11. Dikirim oleh Alfi  pada  13/09   09:57 AM

sebenarnya bukan masalah paksa-memaksa atau manut terhadap memasuki islam...... adalah suatu keagungan dimana kebenaran telah dipampangkan tetapi manusia masih saja tetap mengingini pilihan2 lain dari hasil nalarnya.... Kadang dalam memahami ayat ini ...ujung2nya digunakan untuk membenarkan tingkah laku kebebasan dalam memenuhi hasrat diri… emang kebenaran Ad-Dinul Islam itu tuh hasrat dirimu aja....

#12. Dikirim oleh kabayanist  pada  18/09   01:37 PM

SEBENARNYA TEMA SEDERHANA ITU.SEMUA ORANG PASTI SEPAKAT KALO PAKSAAN MEMELUK AGAMA ITU TIDAK BAIK. KENAPA SEKARANG KOQ JADI BERBEDA PENDAPAT..DAN BAHKAN DENGAN GAYA BAHASA YG TIDAK SOPAN..?JAWABANNYA SATU KARENA PAK MUQSID ORANG JIL.TAPI NDAK PAPALAH ORANG INDONESIA MEMANG KURANG CERMAT DALAM MENANGKAP SESUATU DAN MUDAH TERPROVOKASI.TAPI KESADARAN UNTUK ‘UNDZUR MA QALA WALA TANDZUR MAN QOLA ‘HARUS DITINGKATKAN.JUJUR SAYA BUKAN ORANG JIL.JIL ITU KAN SEPERTI KELOMPOK2 ISLAM YG LAIN.KADANG SALAH,TAPI BENARNYA JUGA TIDAK SEDIKIT.SIKAP YG TERBAIK MENURUT SAYA YA HARUS OBJEKTIF SAJALAH.YG JELEK KITA KATAKAN JELEK.YG BAIK KITA KATAKAN BAIK.SHG KITA
TIDAK KETINGGALAN DENGAN JIL DARI SEGI INTLEKTUAL MAUPUN ADABUL HIWAR.DENGAN TERUS MENCARI CARI KESALAHAN JIL ANDA AKAN KEHILANGAN TENAGA.COBA RUBAH PARADIGMA KITA YANG SALAH SELAMA INI.KITA KEMBANGKAN PRODUK PEMIKIRAN KITA YG PROFESIONAL DAN BERKUALITAS.DAN BIARKAN ORANG2 JIL MENGKRITISI PEMIKIRAN KITA.MAMPUKAH KITA MENGIMBANGI TULISAN2 MEREKA??YA PASTI MAMPU LAH..TAPI JANGN LEMAH DG KRITIKAN.WONG ORANG2 JIL AJAH TETAP SANTAI KALO DIKRITIK KOQ.SALAM

#13. Dikirim oleh FARID  pada  21/09   06:28 AM

Kalo kita mendukung pemikiran bebas (bukan JIL), maka biarlah JIL, FPI, Ahmadiyah, amrozi CS tetap hidup dimuka bumi ini.

Mereka adalah orang/organisasi yang dengan rela mengahabiskan semua sumber dayanya untuk memperjuangakan cita-cita yang diharapkan, berdasarkan kebenaran dan keyakinan yang dipahaminya.

Kita mengecam Azhari CS, pernakah kita memikirkan bagaimana mereka berjuang, dengan meninggalkan kehidupan dunianya yang pasti lebih baik, dari pada menjalankan aksi “teror”,yang membuat mereka hidup terasing dan dikejar-kejar, bahkan dengan resiko kehilangan nyawa sekalipun… Apakah mereka BODOH.... Wallahualam (tapi untuk Azhari rasanya gak mungkin).

Demikian juga terhadap Munarman, yang dengan mudahnya menjadi pembela PFI dari pada hidup disarang liberalis… LBH dengan kehidupan yang lebih baik.  Apakah Munarman BODOH Wallahualam (tapi sebagai mantan direktur LBH, rasanya gak mungkin)..

Demikina juga dengan penganut Ahmadiyah, apakah mereka bodoh Wallahualam (tapi rasanya gak mungkin karena ada juga kader Ahmadiyah yang memnjadi Mentri dan bahkan hadiah Nobel)

Demikian juga dengan Ulil dan kawan-kawan di Jil, yang menghabiskan waktu untuk menulis pemikiran, seminar, berdiskusi dll.  apakah mereka orang Bodoh, Wallahualam aja.

Mereka semua adalah orang-orang yang mengahbiskan waktunya, tenaganya untuk kepentingan orang lain (walaupun menurut versi mereka).  Tidak seperti khalayak ramai, yang habis waktunya untuk bekerja..., cari nafkah..., kepengen kaya,… dan bahkan menjadi koruptor.

Yang ingin saya katakan, gak usah saling menyalahkan paham yang satu dengan paham yang lain.  Kalian adalah umat yang baik, yang selalu memperhatikan nasib umat yang lain. Tidak egois.

namun demikian kita harus tetap mempunyai keyakinan dan prinsip, bahwa KEBENARAN ADALAH SATU, DAN KESALAHAN ADALAH SATU.  Dan itu untuk kita sendiri, bahwa kita adalah yang paling benar… orang lain salah, dan terus berjuang agar orang lain bergabung…

ITULAH HIDUP..

#14. Dikirim oleh islam komplit  pada  07/10   02:12 PM

Asslm,
Alhamdulilah… tlah besar rupanya ghirah qt belajar ttg islam yang sudah jelas aturan2nya. benar islam tidak memaksa dan tidak membenarkan adanya paksaan memeluk agama ini karena islam adalah agama yang fitrah yang mengakui hak2 dasar manusia, dan sudah banyak sejarah yang ditoreh para imam muslimin(khalifah)mengenai hal ini. jadi naif banget kalo masih ada diantara kita yang memaksa orang utk memeluk agama ini. cukup beri penjelasan, contoh teladan yang baik dan kontinu, nanti juga pasti mereka terketuk untuk mempelajari islam dengan sendirinya.

#15. Dikirim oleh Umi FATHONI  pada  30/10   10:40 AM

As wrwb
Agama dan keyakinan adalah tanggung jawab individu, tidak bisa dipaksakan. Kewajiban Rasul dan juga semua kaum muslimin hanya menyampaikan kebenaran, bukan memaksakan kebenaran itu pada orang lain. Selain surat al-Baqarah 256 seperti diatas masih ada beberapa ayat Qur’an yang dapat dijadikan acuan, bahwa kewajiban kita hanya mengingatkan dan menyampaikan kebenaran bukan memaksakan keyakinan kita pada orang lain atau mengawasi keimanan dan keyakinan orang lain. Kita harus legowo untuk berbeda pendapat dan keyakinan dengan siapapun . Beberapa ayat Qur’an yang dapat dijadikan acuan antara lain sebagai berikut:

Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? (Yunus 99)

Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Al Maidah 92)

Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikit pun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa.(Al An Aam 69)

Jika mereka tetap berpaling, maka sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
(An Nahl 82)

-
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil. (Al An Aam 35)

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan (Nya). Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka; dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (Al An Aam 107)

Mudah-mudahan beberapa ayat Qur’an diatas bisa menjadi pencerahan bagi kita semua.Hidayah dan petunjuk adalah kewenangan Allah, kita hanya sekedar menyampaikan dan mengingatkan, demikian yang dapat saya pahami dari beberapa ayat Qur’an sebagaimana tersebut diatas.

#16. Dikirim oleh zainal  pada  10/12   09:01 PM

wahh...bagus sekali cerita ini. Saya jadi bertambah suka dengan islam liberal. Semoga Allah melapangkan jalan buat mereka

#17. Dikirim oleh zainul hasan  pada  08/02   03:00 PM

Dari teleologi, memang Islam seperti yang diamanatkan Rosullullah sangat menjunjung kemerdekaan berpikir dan anti penindasan serta sikap doktriner.....  Fleksibelitas yang dikembang Rosul ini merupakan kekuatan kultural Islam sebagai agama wahyu..... Namun substansi Islam yang ramah dan berpihak pada kecerdasan yang bertumpu pada rationalisme empiris ini, terkooptasi oleh pemikiran ulama- ulama setelah periode nabi......

Jika JIL mewartakan pemikiran Jaudat Said maka akan sangat relevan. Karena struktur pemikirannya tidak saja bertumpu pada hitorisisme yang membumi namun sekaligus mengedepankan dimensi hakiki dari penafsiran Al Quran secara hermeneutik...... Bagi orang- orang yang kurang memahami bahasa Arab , acapkali sumber- sumber bacaan yang dijadikan acuan terjemahan atau tafsir Al Quran yang tidak mengacu pada dimensi simantik yang simetris dengan pemaknaan kalimat- kalimat Arab tersebut....  Sehingga, dilevel masyarakat acapkali dijadikan acuan yang baku tanpa mempedulikan dimensi tata bahasa Arab sebagaimana teks........... Kayaknya JIL perlu lebih sering menurunkan article seperti ini . Salam

#18. Dikirim oleh Herry- Liem  pada  19/02   05:56 PM

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Menurut pendapat saya, Islam itu agama yang paling mudah dicerna baik dengan akal maupun hati manusia. Satu kelemahan menurut saya yang dilakukan rekans JIL adalah terlalu mengedepankan akal daripada penerimaan hati. Saya hanya menyarankan (bukan memaksa) cobalah lakukan amalan-amalan yang yg diajarkan dalam Islam baik yang wajib dan sunnah disertai dengan ilmu yang benar secara syar’i dengan disertai keikhlasan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka Insya Allah, Allah SWT akan memberikan petunjuk & hidayah sehingga Allah SWT akan senantiasa membimbing akal dan hati dalam berfikir dan berpendapat. Iman akan semakin mantap jika disertai dengan amal, dan amal tidak akan sesat jika dilakukan dengan ilmu yang benar. Kemungkinan besar saat ini amal sangat kurang dilakukan sehingga keimanan menjadi berkurang dan lama-kelamaan hilang, dengan tidak adanya iman maka pendapat dan pemikiran akan cenderung menyimpang.

Btw umat Islam saat ini adalah ummat yang paling toleran, kalo kita tengok Saudara-saudara kita di Palestina, afganistan, Pakistan dan dibelahan bumi lain adalah dalam keadaan dijajah/ tertindas seperti bangsa Indonesia dulu dijajah Belanda. Wajar saja kalo mereka melakukan perlawanan karena itu diwajibkan dalam Al Qur’an. Jadi jangan dipandang mereka memaksakan kehendak tapi tengoklah sejarahnya penyebabnya. Kita sebagai sesama muslim wajar pula jika bersimpati membantu dengan segenap kemampuan kita untuk membebaskan mereka dari penjajahan dan penindasan.

Wallahu a’lam bishawab.

#19. Dikirim oleh Kus Indartama  pada  05/03   03:01 PM

Sesungguhnya kehebatan seseorang itu tidak diukur dari kecerdasan dan prestasi akalnya semata. Setinggi apapun kecerdasan akal, terbukti tidak menjamin kedekatan diri pada Tuhannya. Simak orang-orang yang hebat akalnya, tidak otomatis mendalam agama dan ketundukannya kepada Allah.
Sabda Rasulullah, “manusia yang pandai adalah manusia yang secara bersungguh-sungguh menyelamatkan akhiratnya”. Akalnya tunduk pada agamanya, pada Tuhannya.
Bila kita membaca suatu tulisan, pertanyaan adalah apakah setelah membaca tulisan itu kita menjadi lebih dekat kepada Allah atau menjadi lebih ingkar kepada Allah? Bila yang terjadi yang kedua, maka itu berarti “syathana”, apabila jauh, asal kata dari syaithaana.
Allah memerintahkan untuk memberi nasehat “watawaashau bil haq, watawaashauu bish-shabr”. Untuk itu menghadapi “gelombang” pemikiran Islam dewasa ini, kita perlu melakukan kajian Al-Qur’an dan As-Sunnah --juga tafsirnya--, lebih sering dan terus menerus dengan hati dan akal yang jernih, dengan penuh ketundukan kepada Allah. Insya Allah, bila kita tetap berpegang keduanya, akan selamat.

#20. Dikirim oleh isoelaiman  pada  23/03   08:18 AM
Halaman 1 dari 2 halaman 1 2 >

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq