Pidato Kebudayaan Ulil Abshar-Abdalla - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

22/02/2010

Agenda Bulan Maret Pidato Kebudayaan Ulil Abshar-Abdalla

Forum Pluralisme Indonesia berinisiatif menggelar sejumlah pertemuan ilmiah untuk melakukan formulasi gerakan pembaharuan Islam yang lebih sesuai dengan tantangan zaman. Sebagai langkah awal, tahun ini, Forum Pluralisme Indonesia akan menggelar Orasi Pembaharuan Islam yang kali ini akan disampaikan Ulil Abshar-Abdalla.Kegiatan ini akan dilaksanakan pada: Selasa, 2 Maret 2010, Pukul 19.00 – 21.00 WIB di Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta

Tahun 1970an, Islam di Indonesia menghadapi dua fenomena besar. Pertama, represi politik Islam yang dilakukan oleh Orde Baru. Kedua, peningkatan gairah keislaman yang tampak pada penggunaan simbol-simbol Islam dalam kehidupan. Fenomena ini direspon secara luas dan beragam oleh banyak aktivis dan pemikir muda secara bergairah. Gairah pemikiran itu kemudian muncul dalam bentuk gerakan pembaharuan Islam Indonesia.

Di Jakarta, Nurcholish Madjid mencanangkan gerakan pembaharuan Islam melalui pidato berjudul Keharusan Pembaharuan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Ummat di Taman Ismail Marzuki, 3 Januari 1970. Di Yogyakarta, muncul sejumlah pemikir muda yang tergabung dalam Limited Group. Kelompok yang terdiri dari Ahmad Wahib, Djohan Effendi, M. Dawam Rahardjo, dan Kuntowijoyo itu aktif berdiskusi dan mempublikasikan tulisan-tulisan kritis mengenai realitas sosial dan pemikiran ummat Islam. Dari kalangan NU tradisional muncul sang fenomenal Abdurrahman Wahid yang memperkenalkan pemikiran pluralisme di Indonesia.

Realitas masyarakat Islam yang dihadapi para pembaharu Islam awal pada masa itu adalah Islam yang sedang berkembang pesat tetapi pada saat yang sama masih sangat terbelakang dalam hal akses ekonomi dan pendidikan. Di ranah politik, “aspirasi” masyarakat Islam juga tampak marginal menyusul kebijakan Orde Baru yang secara sistematis meminggirkan peran politik Islam.

Kondisi semacam ini menjadikan Islam sebagai agama sangat tidak bergengsi. Bagi Cak Nur dan Gus Dur, peminggiran, dan perasaan terpinggirkan, sangat berbahaya apalagi menimpa kelompok mayoritas. Inferioritas bisa memunculkan eksklusifitas. Pada kondisi yang akut, eksklusifitas bisa muncul dalam bentuk agresif dan anarkis. Terorisme dan radikalisme agama yang marak belakangan ini adalah bentuk agresif dari eksklusifitas dan inferioritas.

Realitas sosio-politik yang dihadapi Cak Nur dan kawan-kawan cukup berbeda dengan realitas kita saat ini. Transisi demokrasi telah membuka peluang ekspresi bagi apa dan siapapun. Struktur kesempatan politik yang terbuka ini tidak hanya menguntungkan gerakan pro-demokrasi, tetapi juga memberi peluang gerak bagi kelompok-kelompok radikal yang selama bertahun-tahun ikut terepresi dalam era otoritarianisme. Tantangan yang dihadapi oleh para pembaharu Islam menjadi lebih kompleks.

Dalam kondisi dan seting sosial baru ini, dibutuhkan formulasi pemikiran Islam baru yang bisa menjawab tantangan baru. Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas Forum Pluralisme Indonesia berinisiatif menggelar sejumlah pertemuan ilmiah untuk melakukan formulasi gerakan pembaharuan Islam yang lebih sesuai dengan tantangan zaman. Sebagai langkah awal, tahun ini, Forum Pluralisme Indonesia akan menggelar Orasi Pembaharuan Islam yang kali ini akan disampaikan Ulil Abshar-Abdalla.

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:

Hari, tanggal : Selasa, 2 Maret 2010
Waktu : Pukul 19.00 – 21.00 WIB
Tempat : Graha Bakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta

Forum Pluralisme Indonesia adalah forum yang dibentuk untuk mendukung dan menyebarluaskan gagasan-gagasan pembaharuan agama. Forum ini terdiri dari pelbagai lembaga, di antaranya adalah Jaringan Islam Liberal (JIL), Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), Indonesian Center for Islam and Pluralism (ICIP), The Wahid Institute, Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), Masyarakat Dialog Antar-Agama (MADIA), Moderat Muslim Society (MMS), Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI), Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK), Persekutuan Gereja-Geraja di Indonesia (PGI), Komisi Hak Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Gereja Kristen Indonesia (GKI).

22/02/2010 | | #

Komentar

Komentar Masuk (40)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Islam adalah agama rahmatanlilalamin..Islam akan dirasakan manfaatnya jika dilaksanakan secara kaffah. Setiap pemikiran tentang Islam tidak boleh menyimpang dari Al-Qur’an dan hadits. Pembaharuan Islam adalah mnerapkan kembali hukum-hukum Allah sebagaimana yang diterapkan pada masa Rasulullah dan para Khalifah…

Posted by Alnafsi  on  07/18  at  01:30 PM

Buat Handoko,
Siapa bilang saya tidak mempraktikkan liberalisme. Saya dengar langsung ketika seorang ustad fundamentalis dalam pengajian subuh kita bilang ini haram itu haram untuk masalah yg multitafsir, ketika kita mau debat dia hanya mengungkapkan satu tafsir saja dan nggak mau ndengerin para penanya ttg adanya pendapat/tafsir lain. Hari kemudian ketika si ustad liberal giliran memberi ceramah setelah subuh kita tanyakan ke dia ttg pendapat ustad fundamentalis tadi. Ustad liberal (kebetulan sarjana agama dr UIN) menjelaskan semua tafsir yang ada hingga ke ke sebab musababnya. Dan para hadirin dipersilahkan mengikuti salah satu tafsir tanpa harus saling menjelekkan. Dan saya senang dgn ustad liberal krn dia berani adu argumentasi di depan kita dan kalau kita beda pendapat juga gak masalah, nggak terus ngambek, kata dia hanya Allah yg maha tahu. Dan perlu bung Handoko tahu kita juga gak pernah menolak kalau dia (ustad fundamentalis) ke mesjid kemudian jadi imam solat bersama. Yg sering masalah justru dia, kalau jamaah pada kritis trus dia jarang datang ke tempat kita. Jelas bung?

Posted by nurcahaya  on  04/06  at  10:31 AM

Buat pak nurcahaya,sikap anda sebenarnya yang lebih cocok di sebut fundamentalis liberal.tadi anda katakan di mesjid tempat anda ada ustad liberal yang mengajarkan untuk tidak saling menjelek kan,tapi anda sendiri tidak mempraktek kan itu.anda tidak menghargai perbedaan pendapat,biarkan p mualaf dengan pendapat nya dan anda dengan pendapat anda..

Posted by agah.handoko  on  04/01  at  08:57 PM

buat Muallaf
Anda adalah gambaran orang yg disebut fundamentalis. Mengkritk tapi gak kasih argumen yang sepandan. Pokoke bener dewek, curiga, mengidap demam teori konspirasi. Di tempat saya ada ustad yang liberal, malah mesjidnya jadi aman siapa saja boleh bicara asal tidak saling menjelek2an. Cuma ya itu akhirnya kelompok funamentalis yg suka njelek2in pada kehilangan jamaah yang banyak didengerin yang kelompok2 yang ngomongnya sejuk dan bersifat membangun dan berkarya nyata.

Posted by nurcahaya  on  04/01  at  02:49 PM

Pembaharuan Islam ??? Hmm, apakah tidak salah.??
Apa yang ada di dalam benak Kalian wahai Jamaah Islam Liberal ??? Apakah kalian ingin menjadikan Islam seperti Nasrani ? DI mana ada perjanjian baru dan perjanjian lama ??? Islam sudah di turunkan oleh ALLAH SWT dengan segala kesempurnaanya, jadi tidak perlu di perbaharui....!

Alloh Yang Maha Sempurna, Allohu Akbar… !!!

Posted by Muallaf  on  03/30  at  08:33 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq