Poso - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
20/03/2006

Poso

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Tanah Poso diciptakan Tuhan seakan “tidak dalam senyum”. Tiap hari Poso memantulkan kengerian. Tak henti-hentinya ia mengalirkan darah. Entah sudah berapa banyak jiwa yang meninggal dengan percuma. Bukan hanya mereka yang sudah tergolong dewasa, tapi Poso juga telah merenggut nyawa bayi-bayi.

20/03/2006 03:27 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (4)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

Luar biasa bung Moqsith. Setelah puluhan kali saya membaca tulisan anda, baru kali ini saya merasa tercerahkan !!! Semoga semangat pencerahan sejati seperti ini tetap terjaga dalam jiwa anda dalam tulisan-tulisan anda berikutnya. Saya tunggu lho bung Moqsith!

Salam damai dalam nama Tuhan

#1. Dikirim oleh Jumad  pada  21/03   02:04 AM

Pemaparan dan ajakan Muqsith Ghozali, tentang konflik Poso memang segera harus direalisasikan oleh masyarakat Poso. Dan itu harus dilakukan masyarakat Poso sendiri. Pasalnya, pertama, pemerintah sudah tidak mungkin dapat diharapkan lagi mampu membuat bumi poso penuh dengan cinta dan kasih sayang. Pemerintah dalam hal ini selalu melangkah dengan strategi yang tidak pasti dan mengambang. Kedua, keterlibatan saudara-saudara sebangsa didaerah lain hanya akan menimbulkan kecurigaan baru, kecuali jika benar-benar mewakili mereka.

Tetapi yang lebih penting sebenarnya adalah membikin jebakan baru untuk para teroris agar dapat diketahui apa sebenarnya motif mereka melakuakn tindakan teror yang jelas sangat terkutuk dimata Tuhan dan Manusia. sebab mengabaikan hal ini, maka sama halnya kita menebang pohon tidak samapai pada akarnya.

Lebih jauh, dengan membuat jebakan agar motif sang teroris dapat teridentifikasi, kita juga dapat mengetahui adakah relasi sang teroris dengan kepentingan-kepentingan terselubung dari pihak di luar bangsa Indonesia yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.

Jika dari berbagai segi, yakni kekompakan masyarakat Poso dalam menanggulangi aksi teror, dan diketahui motif dasar teroris yang tercela itu, sekaligus dipastikan ada dan tidaknya kepentingan internasional dalam konflik ini, saya yakin Poso berubah menjadi daerah yang paling ramah, penuh senyum dan tentunya agama, etnis, dan perbedaan apapun tidak akan mudah menjadi faktor konflik di Poso dan daerah daerah yang lain.

#2. Dikirim oleh Andul Muiz  pada  22/03   11:03 AM

Akhirnya ultimatun KAPOLRI kepada para gerombolan bersenjata di Gebang Redjo POSO Kota dilaksanakan juga. Jika dalam 3 bulan, para DPO tidak menyerahkan diri mereka akan diambil paksa. Dengan jatuhnya korban 15 jiwa, semoga masyarakat Indonesia, khususnya kaum Muslimin dapat mengambil pelajaran. Bahwa semangat Rahmatan Lil-Alamin - yang dinodai oleh sekelompok oknum, yang mengatasnamakan “Perjuangan Jihad” bisa berakhir dengan kematian sia-sia. Mengapa? Hampir semua korban yang mati sis-sia tsb adalah Kaum Muslimin. Sudah lama mereka melakukan tindakan “teror” Membunuh, Membuat Bom, Mengacau yang membuat Masyarakat Poso (kaum Nasrani) tidak berani untuk tinggal di Kota. Mereka tercerai berai mengungsi, ke Ranononcu, Tagolu, Tentena, Kolonedale, Palu Makasar bahkan ke Jawa. Selama 6 tahun sejak pecahnya kerusuhan - semua umat Nasrani di Kota Poso, memilih untuk hijrah ke luar Poso. Apa sebab? Ya itu tadi… mereka diteror oleh sekelompok “oknum” yang mengaku Muslim, tapi perbuatannya malahan menodai ajaran Islam.  Semakin nyata bahwa masyarakat poso hanya pelaku lapangan. Siapa “DALANG"nya sampai sekarang belum terkuak.  Apakah FPI (?) ataukan MMI (?). Karena beberapa korban penembakan memang adalah anggotanya. Itu sebabnya, Tgl. 24-01-07 mereka berdemo di depan kantor KOMNAS HAM Jakarta. Dipimpin oleh Ketuanya (yang terkesan “haus darah"). Bahkan dengan Pongahnya Sang Ketua berujar “Saya akan mengirimkan para Mujahid ke Poso, apabila Polisi mengirim pasukan tambahan”. Demikian bersemangat sang Ketua FPI tsb, sampai-sampai matanya melotot, bagaikan orang kesetanan. Maksudnya apa? Mau melawan? Aneh memang.  Semoga mereka dicerahkan. Semoga Lemba Tanah Poso kembali DAMAI seperti sediakala. Ketika Kaum Muslimin dan Non Muslim bisa hidup berdampingan dalam kedamaian. Amin.

#3. Dikirim oleh Romuku Uemanawu  pada  25/01   10:01 PM

poso adalah bagian dari tanah air tercinta. kemajemukan suku, agama dab bahasa merupakan salah satu keunikan dari bangsa Indonesia. konflik horisontal yang tejadi di poso merupakan konflik pertarungan agama yang dijadikan simbol sebagai sarana untuk menyengsarakan rakyat. sintuwu maroso menjadi porakporanda dibawah banyangan ketakutan. hidup damai yang telah terjlin selama ini dalam bingkai sintuwu maroso lululantak akibat konflik. dimanakah nilai-nilai culture yang salama ini mempersatukn masyarakat poso? bercermin dari peristiwa yang telah terjadi, maka pendekatan yang harus dilaksanakan adalah pendekatan yang bersifat grass root bukan top down. karena realita yang terjadi usaha membangun kehidupan bersama yang harmonis hanya dikosumsi oleh para elit agama, politik sehingga ranah yang paling bawah tidak tersentuh.  marilah kita membangun poso yang lebih cerah dari hari sebelumnya, mengikat tali persaudaraan dalam bingkai sintuwu maroso. peranan aparat keamanan, pendeta, haji/ulama, dan tokoh masyarakat sangat penting dalam menciptakan kamanan dan keharmoniasan.
-----

#4. Dikirim oleh eben papasi  pada  21/02   09:03 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq