Renesans dan Reformasi Agama - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
19/12/2004

Renesans dan Reformasi Agama

Oleh Luthfi Assyaukanie

Pemikiran Barat modern punya rujukan jelas ke mana sejarah liberalisme dan kebebasan harus dialamatkan. Tak lain dan tak bukan, ke periode renesans dan reformasi pada abad ke-16 Masehi. Renesans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark ages). Kata ini berasal dari bahasa Itali, rinascimento, yang berarti “terlahir kembali.”

Pemikiran Barat modern punya rujukan jelas ke mana sejarah liberalisme dan kebebasan harus dialamatkan. Tak lain dan tak bukan, ke periode renesans dan reformasi pada abad ke-16 Masehi. Renesans adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia Barat setelah tertidur lama pada masa yang disebut “abad kegelapan” (dark ages). Kata ini berasal dari bahasa Itali, rinascimento, yang berarti “terlahir kembali.”

Sementara itu, “reformasi” adalah gerakan pembaharuan keagamaan Kristen. Inti dari gerakan ini adalah sikap protes terhadap Gereja Katolik yang dinilai otoriter, kaku, dan tak bersahabat terhadap perubahan zaman. Karenanya, gerakan ini kemudian disebut sebagai gerakan Protestan.

Baik renesans maupun reformasi menjadi landasan utama bagi sejarah peradaban Barat modern selanjutnya. Dua kata ini kemudian dipakai untuk menjelaskan akar sejarah berbagai konsep pemikiran yang muncul di dunia modern, seperti modernisme, humanisme, rasionalisme, pragmatisme, dan liberalisme.

Lalu, ke manakah renesans dan reformasi dalam Islam harus dialamatkan? Kita sering berbicara tentang kebangkitan dan reformasi Islam, tapi rujukan kita terhadap dua istilah ini tak pernah jelas. Sebagian merujuk kepada gerakan puritanisme agama yang muncul pada pertengahan abad ke-20, sebagian yang lain merujuk kepada gerakan kebangkitan pada awal abad ke-19.

Menurut hemat saya, kalau kita ingin menyamakan gerakan renesans dan reformasi Islam dengan gerakan serupa di Eropa, maka kita harus menyamakan sifat dan karakternya. Di Eropa, renesans adalah keinginan untuk mengulangi masa kegemilangan peradaban Greko-Romawi, yang terjadi pada lima abad terakhir dan tiga abad pertama sebelum dan sesudah masehi. Pada masa ini, kebudayaan Eropa mencapai puncaknya.

Periode kegelapan (dark ages) adalah masa yang terbentang selama “abad pertengahan” (medieval), yakni masa-masa di mana masyarakat Eropa didominiasi oleh pemerintahan dan kekuasaan agama. Para sejarawan biasanya merujuk antara abad ke-4 hingga abad ke-15 sebagai masa-masa peradaban skolastik atau peradaban yang dikuasai oleh para penguasa Gereja. Masa-masa ini adalah periode yang ingin dikubur oleh tokoh renesans.

Islam juga memiliki masa-masa kejayaan dan masa-masa kegelapan. Meski tidak setepat pengalaman Eropa, kita bisa membagi sejarah kegemilangan Islam pada masa-masa antara abad ke-7 hingga pertengahan abad ke-13, atau hampir berbarengan dengan masa-masa kegelapan di Eropa. Setelah masa itu, peradaban Islam menjalani masa-masa kegelapan (dark ages). Dengan demikian, abad pertengahan dalam Islam terjadi antara abad ke-14 hingga abad ke-19.

Perbedaan paling nyata antara dua periode itu (kegemilangan dan kegelapan) adalah bahwa pada masa kegemilangan, semangat dan pencapaian budaya, seni, pemikiran, dan filsafat Islam begitu besar. Ratusan ilmuwan dilahirkan dan ribuan buku ditulis pada periode ini. Sementara itu, pada masa kegelapan, produksi intelektualisme menurun drastis dan ilmuwan besar tak lagi dilahirkan.

Dengan demikian, renesans dalam Islam, jika kita ingin menggunakan konsep ini, adalah semangat untuk kembali kepada nilai-nilai peradaban yang pernah dicapai pada masa kegemilangan Islam. Dengan demikian juga, reformasi adalah pembaruan keagamaan dan protes terhadap model dan cara beragama pada era kegelapan, era di mana ijtihad, rasionalitas, filsafat, dan pemikiran, dikecam dan dicampakkan.

Renesans dan reformasi dalam Islam, jika demikian, bukanlah merujuk kepada gerakan kebangkitan agama dalam maknanya yang puritan, bukan pula gerakan yang kembali kepada semangat ortodoksisme dan konservatisme. Tapi, gerakan renesans dan reformasi dalam Islam adalah gerakan mengembalikan nilai-nilai dan semangat rasionalisme dan liberalisme seperti pada masa-masa kegemilangan peradaban Islam [Luthfi Assyaukanie].

19/12/2004 | Editorial | #

Komentar

Komentar Masuk (13)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

ketika artikel itu dibaca oleh orang-orang yang tidak paham akan makna dan pesan teologis dalam islam, maka dia akan terjebak pada konsep dengan ideologi liberal. tapi memang kalau orang yang tidak mengerti akan konsep islam yang sebenarnya, akan terjerumus dengan keadaan yang demikian, sehingga mengatakan dan beranggapan untuk menyamakan islam dengan barat.

kita umat islam harus bangga dengan agama islam yang hanif ini tanpa harus me-reformasi-nya. jika kita melakukan itu sebenarnya kita sudah meragukan ke-hanif-an ajaran islam sendir. kalau dikatakn barat mempunyai rujukan yang jelas dengan liberalismenya maka kita umat islam lebih jelas dan tepat sekali rujukannya yaitu hanya satu rujukan ,Quran dan Sunnah. itu rujukan kita. dan perlu diketahui bahwa islam jangan hanya dipandang sebagai ajaran teologis seperti ajaran kristen tapi islam harus dijadikan sebagai ideolog kita, sebagai landasan berpikir kita, dan sebagai landasan ber-hidup umat manusia.

ketika orang-orang barat berusaha dan meng-obrak-abrik serta mencari konsep ber-sosialmasyarakat yang tepat untuk mereka, mereka mencarinya bukan pada greco-romawi tapi pada islam. namun umat islam sendiri beranggapan bahwa konsep yang ditawarkan mereka lebih baik dari islam yang kita miliki. mereka boleh bangga dengan apa yang selama ini dihasilkan tapi sebenarnya mereka sangat rapuh kalau mau kita bergantung pada mereka

liberal, ya oke-oke saja kita liberal tapi jangan lah kita liberal pada sesuatu yang berkaitan dengan agama, okelah kalua dibarat boleh seperti itu karena memang agama yang berkembang di sana hanyalah doktrin-doktrin yang dogmatis tanpa ada pertemuan atau dukungan dari ilmu pengetahuan. sehingga bertentangan dengan ilmu pengetahuan.

islam bukan hanya sekedar doktrin yang bersifat dogma tapi doktrin -doktrin dalam islam memperoleh dukungan dari ilmu pengetahuan dan selalu akan selaras dengan ilmu yang senantiasa terus berkembang. ini dibuktikan dengan adanya peradaban yang ada dalam islam sampairuntuhnya khilafh usmani yang tercatat dalam sejarah dengan pergantian - pergantian dinasti pada situasi dan kondisi sosial yang sangat beragam. tapi perlu diingat bahwa semua permasalahan dalam umat islam itu terjadi bukan kesalahan pada ajaran islam itu sendiri. kita harus bisa memilah mana fenomena sosial dan mana fenomena teologis. semua doktrin dalam islam itu benar adanya, fenomena teologis.

lain dengan barat yang oleh saudara luthfi dijadikan sebagai rujukan untuk memperbaiki keadaan umat islam ini. di barat ( eropa) tidak ada pebedaan yang jelas karena memang teologis disana dikaburkan oleh keadaan sosial serta konsep ber-agama mereka itu salah, dan tidak sesuai, tidak ada kaitannya dengan masalah sosial yang dihadapi.

sehingga sangat jelas kehancuran peradaban islam itu disebabkan karena pelaku peradabanitu sudah menyimpang dari ajaran Muhammad sebagai pencetus peradaban. bukan pada jaran nya yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan itu.  Belia sebagai seorang ideolog yang tangguh maka akan menghasilkan ideolog-ideolog yang tangguh pula. para sahabat dengan beragamnya ijtihadnya adlah didikan langsung Beliau.

sebelum kita melihat sesuatu/ajaran yang liberal kita menganalisisnya dengan tiga analisis. pertama dengan analisis sosial-historis, kedua dengan analisis sosial-politis dan terakhir dengan analisis teologis-normatif.orang-orang barat yang menganalisis islam seperti prof hitti, goldzier (orintalis barat)dll itu tidak paham dan tidak bisa memilah mana fenomena teologis dan mana fenomena soaial. sehingga mengaburkan umat manusia akan ajaran islam yang benar. sehingga kalau kita memahmi itu tidak mudah dan tidak akan menyamakan islam dengan barat pada semua lini permasalahan yang dihadapi.
-----

Posted by damanhuri khozin rahbini  on  05/06  at  04:06 PM

Renaissance di Eropa terjadi karena para intelektual merasa bahwa pihak gereja sangat otoriter terutama terhadap penemuan2 baru IPTEK yg dirasakan tidak sesuai dengan gereja atau dianggap dapat mengurangi kekuasaan gereja. Kristen juga merupakan agama yg tidak lengkap. Hal inilah juga yg menyebabkan paham sekularisme.

Sedangkan Islam bukanlah agama yg demikian. Islam mendorong umatnya untuk senantiasa mencari ilmu demi kemashlahatan. Islam adalah sistem, di mana semuanya telah diatur langsung melalui petunjuk Allah melalui para nabi dan rasulnya.

Jadi dalam Islam tidak dikenal istilah reformasi. Yg ada hanyalah ‘kembali kepada nilai-nilai Islam secara kaffah’.

Posted by bns_abbas  on  01/05  at  09:02 PM

Kebangkitan Islam hanya akan terjadi bila umat muslim kembali kepada AlQuran dan Hadits, tidak membenarkan perzinahan, menghancurkan ideologi kaum munafik yg dengan sombongnya mengaku meberikan pencerahan duniawai namun pada dasarnya semakin menjauhkan dari Islam itu sendiri.

Posted by bns_abbas  on  01/04  at  09:01 PM

Umat islam sedang rindu akan kebangkitan dan datangnya masa keemasan. Apalagi jika dibandingkan dengan kemajuan Barat saat ini. Saking putus asanya cara-cara barat sampai bisa pada kondisi saat ini dipelajari dan diamati, ide renaisans sampai2 protestan pun akan dicoba oleh JIL dalam islam, sungguh cerminan umat yang tidak percaya diri. Padahal kondisi kekuasan gereja dan umat islam (pada saat ini yg dianggap paling gelap pun) berbeda. Masa kegemilangan islam pun juga coba ditiru, padahal kondisi zaman juga sudah berbeda. Mengapa kita tidak menciptakan sejarah keemasan sendiri, setiap zaman adalah unik. Tidak bisa meniru-niru. Petunjuk Allah dan Rasullah SAW sudah sangat jelas. Qur’an dan Hadits, jalankan dengan benar, maka di zaman dan era apapaun akan bisa meraih masa keemasan itu. Masa keemasan bukan karena kebebasan seperti barat, kita ciptakan sendiri yang disebut kebahagiaan dunia ini sesuai yang diinginkan Allah.

Posted by Rosalina D.S  on  01/03  at  12:02 AM

pencerahan islam adalah dimana umatnya kembali kenilai-nilai dasr islam yaitu Al-quran dan Hadist dengan kata lain adalah menjadi kaum yang fundamentalis,mngapa demikian pencerahan dalam islam bukan hanya mengembalikan kejayaan seperti eropa dimana hanya dalam kemajuan matrial tapi juga dalam kmajuan spiritual jika kita lihat kmajuan yang icpai oleh masyrakat eropa pada masa itu juga menyebabkan penambahan wilayah yang juga berarti kolonisasi wilayah-wilayah yang secara historis tidak ada hubunnganya dengan eropa,seperti yang saudara lutfi tulis bahwa masa pencerahan adalah pada awal abad 16 yang juga meupakan tonggak penjajahan bangsa eropa terhadap bangsa timur jai pencerahan yang terjadi eropa hanya pencerahan yang merubah pola berpikir yang mengatakan hanya para raja dan pemimpin agama yang dapat meknimati alam ini menjadi semua orang dapat menikamati alam dan mengeksploitasi sesuka hatinya yaitu perubahan dari markantikesme menjadi proto kapitalisme

menjadi fundamentalis adalah dimana kita mengembalikan islam pada tempatnya yaitu menjadi ideologi dan sistem hidup sistem hidup disini bukan sistem yang mengatur ritualitas, kalau kita kembali keritualitas sama saja kita kembali ke penyembahan berhala semata,dimana sistem islam suatu sitem Advance sosialisme lebih maju dari apa yang dipikirkan oleh marx dkk dimana kita memberikan kemerdekaan bukan kebebasan karena antara bebas dan penindas hanya terdapat perbedan tipis dan bukan hanya trhadap satu jenis ras tapi untuk semua jenis ras hal inilah yang tdak terdapat dalam pencerahan masyarkat eropa dimana pncerahan merka hanya menjadi persetujuan untuk melakukan penindasan.

dalam kebebasan berpikir mengapa terkesan pada abad 14-19 terkesan membatasi itjihad itu dikarenakan melakukan itjihad tidak mudah dia mempunyai struktur ilmu hanya jelas itjihad tidak bisa dilakukan secara sembarangan, memberi fatwa sama saja seperti seorang S-3 memberikan desertasi dia harus mempunyai tanggung jawab keilmuan yang jelas,disini kita hatus bisa membedakan antara apa yang disebut dengan ulama dan orang yang mengetahui islam dari segi keilmuaanya saja ulama bukan hanya saja dia tau islam sampai kedasarnya tapi juga trcrmin dari perilakunya yang Qaanaah karena kecintaanya terhadap ilmu menjadi kecintaanya terhadap Allah dan alam semesta ini jadi hal itulah yang menyebabkan terkesan islam sangat sulit membuka pintu ijtihad.

Rasionallitas atau keilmuan harus ada pembatasannya kita tidak dapat menerima semua apa yang diketahui oleh manusia pada saat ini menjadi suatu yang mutlak karena logika manusia didasari oleh poyeksi yang ia dapat selama hidupnya jadi ilmu yang didapati tidak dapat dijadikan dasar untuk mengeset kehidupan manusia untuk jangka yang lama karena ilmu pengetahuaan mmpunyai expire date tapi ilmu Allah tidak itu yang mnyebabkan kita harus menjadi undamentalis,bukan berarti kita harus menghancurkan setiap perbedaan.

Posted by Mikoyan Tokarev sturmovik  on  01/02  at  09:02 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq