Ahmad Abdul Haq


Umuntu Ngumuntu Nagabantu (UBUNTU)

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 21 Februari 2014 02:17 WIBUmuntu Ngumuntu Nagabantu (UBUNTU)

Umuntu Ngumuntu Nagabantu (UBUNTU)

Kehilangan seseorang yang dicintai,apalagi dari lingkungan dekat keluarga, pastilah sesuatu yang menyedihkan. Tetapi ada sesuatu yang janggal dalam diri saya ketika kehilangan Bibi Sum (begitu biasa saya memanggilnya), yang wafat diusia 52 tahun. Tak ada rasa sedih, apalagi tangis berlebih, kecuali rasa bersyukur karena pada akhirnya Bibi Sum dipanggil Sang Pencipta. Hingga usia 52 tahun, bibi Sum tak pernah keluar kamar, apalagi pergi bersekolah. Dia terlahir dalam kondisi cacat mental dan fisik, sehingga hingga akhir hayatnya hanya mengandalkan belas kasihan orang-orang di sekitarnya, terutama Emak, sang Ibu.

Melihat fakta tentang bibi Sum, ada pertanyaan yang juga janggal. Mengapa Tuhan membiarkannya terus hidup hingga usia 52 tahun dengan ketidakberdayaannya? Seakan kesulitan menangkap pesan eksistensi Tuhan, eksistensi bibi Sum seakan ternafikan selama setengah abad tanpa ada yang berani menggugat apalagi melawan kehendak Tuhan. Jika bibi Sum dilihat sebagai sebuah entitas tersendiri, maka yang muncul hanya kata “kasihan” yang tak akan ada habisnya. Tetapi jika yang muncul adanya relasi antar eksistensi, maka kita bisa faham mengapa bibi Sum harus hidup sekian lama. Persis seperti kita memahami mengapa Tuhan begitu repot dan detail dalam membuat beragam jenis serangga sebagai bagian dari ekosistem kehidupan manusia dan alam.

Bibi Sum telah memberi eksistensi bagi Emak untuk tumbuh menjadi orang yang sangat sabar. Juga memberi daya juang luar biasa bagi Teh Sumirat, kakak tertua Bibi Sum, untuk membuktikan bahwa dirinya mampu untuk terus belajar dan berusaha membesarkan dan memberi rejeki bagi Emak, bibi Sum dan 3 orang adik lainnya yang juga memiliki handicap sebagai adik-adik yang idiot. Emak dan Teh Iyat adalah tipikal manusia super tabah bin sabar yang sukses mengayomi suami, membesarkan anak-anak, hinga cucu. Mungkin inilah makna penting proses pembelajaran berbasis relasi kemanusiaan.

Dalam School That Learns: A Fifth Discipline Fieldbook for Educators, Parents, and Everyone Who Cares About Education (2000), Peter Senge mengenalkan basis rekognisi hubungan baik antar sesama manusia sebagai modal dalam mengawal proses pendidikan yang baik. Kemampuan untuk mengenal identitas orang lain dan nilai yang diberikannya dalam sebuah kehidupan adalah bagian terpenting dari sebuah proses pendidikan. Kalimat “I see you” menjadi berharga ketika kita dapat melihat eksistensi dan manfaat orang lain terhadap kita, serta sebaliknya, kita akan berharga ketika orang lain juga melihat eksistensi dan nilai yang dapat kita berikan terhadap kehidupan orang lain.

Belajar dari suku-suku Natal Utara di Afrika Selatan, ada cara unik masyarakat di sana dalam menyapa seseorang yang serupa dengan kata hello, yaitu kata Sawu bona yang secara literal berarti “I see you.”. Jika kita berkunjung ke sana dan menyapa mereka dengan Sawu bona, maka kita harus menyapa merekakembali dengan kata Sikhona, yang berati “I am here.” Sapaan ini memiliki makna yang amat mendalam, yang kurang lebih berarti: “until you see me, I do not exist. It’s as if, when you see me, you bring me into exixtence.”
Intinya, secara implisit dua kata tadi merupakan spirit dari Ubuntu, yang dalam terminologi bahasa Zulu disebut “Umuntu ngumuntu nagabantu,” yang berarti bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai seseorang karena ada orang lain (A person is a person because of other people). Jika sebuah proses pendidikan tumbuh dan berkembang dengan perspektif semacam ini, dapat dipastikan bahwa sebuah sekolah akan memiliki banyak energi untuk selalu saling berbagi, saling mengenali, dan saling berkomunikasi dengan satu bahasa, yaitu bahasa kemanusiaan (human language).

Prinsip serba dan saling bergantung satu sama lain, mengindikasikan bahwa dalam setiap sekolah yang perlu disadari adalah adanya saling ketergantungan (interdependent) antara ruang belajar (classroom), sekolah (school) dan masyarakat (community). Kelas tak akan berjalan dengan baik jika tak ada sekolah yang baik, sekolah yang baik tak akan ada jika tak ada masyarakat yang mau peduli soal pendidikan. Apa pun yang akan terjadi di masyarakat, pasti akan berimplikasi terhadap apa yang akan terjadi di dalam sekolah dan ruang kelas.

“As is the state, so is the school” (sebagaimana negara, seperti itulah sekolah), atau “What you want in the state, you must put into the school” (apa yang anda inginkan dalam negara, harus anda masukkan ke sekolah) adalah ungkapan para penggagas korelasi antara demokratisasi dan situasi pendidikan suatu negara. Karena itu peran negara bisa sangat amat kuat terhadap arah dan visi pendidikan suatu negara, sehingga implikasi praktisnya akan menjadikan semua bangunan kebutuhan pembelajarannya menjadi sangat formal. Padahal totalitas pendidikan harus meliputi semua jenis dan pendekatan pengajaran, baik formal, informal maupun non-formal.

Sekolah dengan ciri yang cerdas dan kreatif, apakah formal, informal, maupun non-formal, swasta ataupun negeri, adalah sekolah yang memiliki kesadaran tentang kebutuhan jangka pendek peserta didik seperti bagaimana menumbuhkan sikap untuk saling menghargai (respect each other), serta memiliki kesadaran untuk menjadi bagian dari warga dunia yang mencintai kemanusiaan. Persis seperti cerita tentang Emak dan Teh Sumirat di atas, bahwa jika dalam proses yang tidak formal saja kita bisa mengambil pelajaran tentang kehadiran seorang bibi Sum yang penuh makna bagi orang lain, apalagi sekolah di mana seharusnya mereka lebih bisa untuk merekayasa fakta sosial yang penuh cinta damai dan saling menghargai.

Marilah belajar memaknai eksistensi diri sendiri dengan cara pandang orang lain dalam memahami diri kita. Selamat jalan bibi Sum, ampunan dan rahmat Allah senantiasa ada bersamamu dalam wujudnya yang sempurna, meskipun di dalam kehidupanmu banyak orang melihat ketidaksempurnaanmu. Allahumma ighfirlaha warhamha aw ‘afiha wa’fu anha. Amin.

Ahmad Baedowi


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy