Ahmad Abdul Haq


LENGGAK-LENGGOK JAKARTA

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Kamis, 17 April 2008 12:00 WIBLENGGAK-LENGGOK JAKARTA

LENGGAK-LENGGOK JAKARTA Potret keseharian Jakarta yang berwarna-warni, selalu melahirkan kisah-kisah yang menggelitik, lucu, aneh, menggelikan dan kadang penuh dengan ironi dan kegetiran. Mulai dari tren gaya hidup dan perilaku warganya yang terdiri dari beragam etnis di Indonesia, kisah keberhasilan dan kegagalan manusia dalam menggapai mimpi, ambisi dan asanya, sistem dan pengelolaan pemerintahan dari waktu ke waktu hingga pada keberagaman profesi dan aktivitas harian. Potret meriah Jakarta ini, menarik perhatian dua kartunis muda, Benny Rachmadi dan Muhammad Misrad, untuk mengabadikannya dalam bentuk kartun dan karikatur. Hasil karya keduanya, menjadi sebuah reportase sosial yang kritis dan menyentil selama kurun waktu tahun 1997 hingga 2007. Dimulai dari kumpulan kartun yang dibukukan dalam episode Lagak Jakarta 1 dan 2, yang mengukir kisah Jakarta sejak menjelang akhir rezim Orde Baru hingga masa transisi ke Era Reformasi. Hingga kemudian menjadi kolumnis kartun mingguan di harian Kompas sejak 2003 hingga sekarang. Buku terbaru yang diluncurkan kedua pasangan, yang lebih populer dengan nama Benny dan Mice ini, adalah “100 Tokoh Yang Mewarnai Jakarta”. Buku ini dibuat dengan resep karikatural yang kocak dan bertutur tentang 100 orang figur yang sering terlihat mewarnai kehidupan sehari-hari di Jakarta. Mulai dari pencari kodok, tukang ojek, cowok metroseksual, cowok Jawa Metal, Orang terjebak masa lalu, Om Senang, hingga hansip dan karakter banci. Tokoh-tokoh ini didaftar berdasarkan pengamatan pada penampilan hingga pada profesi, dengan dibubuhi berbagai deskripsi dan penamaan yang bisa memancing senyum hingga tawa. Bahkan tak jarang perjumpaan kebetulan yang terjadi beberapa kali pada sebuah karakter, menjadi ide untuk memasukannya sebagai tokoh dalam buku. Bagi Benny dan Mice, buku ini menjadi kritik yang sedikit menyindir pada kondisi sosial yang terhampar di Jakarta. “Sedikit menyentil saja, sebagai kritik tanpa bermaksud untuk menghakimi pada pihak manapun. Biar pembaca yang menilai” terang Benny tentang format buku ini. Sementara menurut Mice, sejak dari tahun 1997, kritikan mereka dalam bentuk kartun dan karikatur, ternyata tak juga efektif untuk bisa merubah keadaan. “Karena itu, tujuan buku ini yang penting cukup untuk membuat pembaca merenung, karena kritik apapun dari dulu tak pernah mampu menyentil penguasa”ujar Mice. Sementara berawal dari keprihatinan akan perubahan demografi Jakarta, termasuk dengan punahnya cagar-cagar budaya serta bangunan bersejarah peninggalan Jakarta tempo dulu, mendorong wartawan senior Alwi Shahab mencoba merekam kembali sejarah Jakarta ke dalam sejumlah buku. “Saya merasa sangat prihatin dengan hilangnya sejumlah bangunan atau gedung-gedung bersejarah dan berganti dengan bangunan atau gedung bisnis” tukas Alwi. Beberapa contoh misalnya lenyapnya Gedung Proklamasi, tempat yang digunakan untuk membacakan proklamasi kemerdekaan RI, hingga museum dan monumen sejarah yang berganti menjadi showroom mobil dan mal. Hingga saat ini, Alwi Shahab telah membukukan sejarah Jakarta tempo dulu ke dalam 8 judul buku. Mulai dari asal mula penamaan kawasan-kawasan terkenal di Jakarta atau Betawi atau Batavia, pelacakan cerita-cerita legenda atau mitos yang beredar di Jakarta, hingga pada perbandingan kehidupan sosial zaman penjajahan Belanda dengan kondisi saat ini. Misalnya adalah legenda sepak terjang pahlawan-pahlawan Betawi Si Pitung yang disebutnya sebagai Robin Hood Betawi, Si Jampang dan Nyai Dasimah yang menurut Alwi adalah sebuah kebenaran. Untuk mendapatkan kesahihan data penulisan buku tersebut, Alwi sampai harus mengunjungi tempat-tempat asal tokoh-tokoh itu, melakukan wawancara dengan sejumlah saksi sejarah dan melakukan riset di sana. Selain mengurai kebenaran legenda rakyat, Alwi juga menceritakan asal mula penamaan sebuah kampung atau kawasan di Jakarta, misalnya Muara Bangke, Muara Buaya hingga Kampung Pecah Kulit. Bahkan cerita-cerita unik zaman Batavia, juga mewarnai isi bukunya. Beberapa di antaranya adalah cerita tentang keberadaan Playboy Betawi, pelaksanaan hukum pancung dan belah tubuh, hingga ironi perubahan sungai Ciliwung, yang sempat mendapat julukan Venesia dari Timur, menjadi sungai yang sangat kotor dan kumuh pada saat ini.


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy