Ahmad Abdul Haq


PEREMPUAN-PEREMPUAN TULANG PUNGGUNG

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Senin, 28 April 2008 12:00 WIBPEREMPUAN-PEREMPUAN TULANG PUNGGUNG

PEREMPUAN-PEREMPUAN TULANG PUNGGUNG Bagaimana jika dalam sebuah keluarga, justru kaum perempuan yang menjadi penopang utama ekonomi keluarga, tanpa menihilkan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga? Apakah konsep kesetaraan jender serta dorongan kuat emansipasi kaum perempuan di segala bidang, memang semakin melunturkan budaya atau kultur patriarkhi yang beredar di masyarakat saat ini? Ponirah, Suyanti, Suwarni dan Onah Lasmanah membuktikan bahwa konsep pembagian pekerjaan atas dasar jenis kelamin, memang sudah tidak relevan lagi saat ini. Setidaknya bagi mereka berempat. Bahwa pekerjaan atau profesi yang selalu identik dengan lahan kaum laki-laki, tidak lagi tabu, sungkan, risi maupun malu mereka tekuni, demi hidup dan kehidupan serta masa depan keluarga dan sesama. Pandangan miring dan cibiran bernada sumbang dari sekitarnya, tak pernah mereka pedulikan. Bagi Ponirah, atau akrab disapa Mbah Pon, himpitan kesulitan ekonomi, di tengah tingginya hasrat untuk bisa menyekolahkan keenam anaknya, tak lantas membuatnya putus harapan. Demi menambah penghasilan sang suami yang hanya seorang pekerja serabutan sebagai tukang becak, petani penggarap dan tukang batu, apapun akan dilakoninya. Akhirnya, saat menyadari bahwa keinginan untuk berdagang terbentur modal, sementara yang dimilikinya hanya tenaga, profesi tukang becak pun rela ditekuni selama 23 tahun, dari tahun 1985 hingga sekarang! Bagi janda 58 tahun asal Bantul Yogyakarta ini, asal halal dan bisa serta kuat dilakukannya, pekerjaan apapun tak ada masalah. Bahkan saking sudah sangat menikmati pekerjaannya, saat ditanya apakah tidak malu atau risih, dengan enteng dijawabnya "kan hanya mbecak to, bukan nglakuin yang enggak-enggak untuk mendapakan uang". Alhasil, berkat keteguhan hati dan otot bajanya, Mbah Pon mampu menuntaskan keenam anaknya hinga semuanya tamat sekolah menengah atas, dan tetap setia menarik becak hingga sekarang. Sementara bagi Suyanti, keinginan untuk bisa menopang hidup orang tua dan serta menyekolahkan anak-anaknya saat berpisah dengan suami pertama, mendorongnya menjalani profesi yang sangat kuat tertanam di pandangan masyarakat sebagai profesi kaum adam, yaitu sopir bus malam. Hingga saat ini, bisa jadi Suyanti adalah satu-satunya sopir bus wanita antar kota antar provinsi dan juga antar pulau yang tetap bertahan sejak tahun 1990! Bahkan di tengah gerogotan tumor rahim, Suyanti tetap memaksakan diri untuk membawa bus Gajah Mungkur rute Wonogiri-Jakarta pp setiap saat. Bahkan jalur lintas Sumatera pun pernah ditaklukannya, saat mengantar penumpang busnya ke Pekanbaru, Riau. Saat sang suami harus beristirahat total dari pekerjaan dan sekaligus peran pencari nafkah utama keluarga karena terserang penyakit hepatitis, Suwarni, ibu rumah tangga asal Mojokerto, Jawa Timur, mau tak mau harus menggantikan tugas penopang ekonomi utama keluarga. Usaha tambal ban yang sebelumnya dikerjakan sang suami, diambil alihnya untuk mendapatkan penghasilan, menyekolahkan 3 anaknya dan juga membiayai pengobatan penyakit sang suami. Pada saat bersamaan, Suwarni juga merangkap profesi sebagai tukang ojek, pewarung kopi, serta menjadi seniwati ludruk, campursari dan wayang kulit selama 15 tahun sejak 1993. Sedangkan bagi Onah Lasmanah, kecintaan yang mendalam terhadap lingkungan, membuatnya tak segan bergelut dengan cangkul dan sawah ladang serta hutan sejak kecil. Berawal dari mewakili sang ayah pada pertemuan kader petani, yang membuatnya terus setia pada pekerjaan petani. Keseharian Onah dihabiskan untuk merawat dan mengurusi sawah, ladang serta hutan di sekitar kampungnya di Cimaragas, Ciamis Jawa Barat. Selain menjadikan pertanian sebagai sumber penghasilan, Onah juga sangat mencintai dunia pengobatan tradisional. Pekarangan rumahnya sukses disulap menjadi wana farma, sebagai laboratorium obat-obatan tradisional. Dari sekitar 300 jenis tanaman obat, Onah telah menciptakan sekitar 150 obat-obatan herbal. Kegigihannya dalam bidang pertanian dan obat-obatan tradisional, telah mengantarkan Onah pada berbagai penghargaan, dari kelas lokal hingga internasional. Sejumlah negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, Thailand hingga negara Jerman dan Belanda di daratan Eropa telah telah didatanginya untuk memamerkan obat tradisionalnya. Prestasi tertinggi yang diraihnya adalah penghargaan dari Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) di Bangkok Thailand tahun 2004 lalu. Hingga saat ini, perempuan sederhana lulusan SMA ini, masih terus mencangkul di pekarangannya di sela waktunya mengajar para mahasiswa pertanian di rumahnya. Sementara saat ditanya harapannya pada kehidupan saat ini, dengan pasti dan yakin Onah menjawab " Harmoni alam...".


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy