Ahmad Abdul Haq


BERANI TAMPIL BEDA

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 26 Maret 2010 21:30 WIBBERANI TAMPIL BEDA

BERANI TAMPIL BEDA Seni pertunjukan – termasuk tari, musik dll – di Indonesia kini sudah mengalami transformasi. Jika biasanya banyak di antara pelaku seni pertunjukkan memilih mengambil jalur aman (mainstream) alias berkompromi dengan keinginan pasar, kini tak jarang pula yang memilih untuk berkarya dengan cara yang berbeda, bahkan tergolong nyeleneh, berani, lucu, dan ekstrim. Mereka adalah orang-orang yang berani tampil beda!

Dari Kota Pendidikan, Yogyakarta, hadir band The Produk Gagal dan Fonticello. The Produk Gagal (TPG), menamakan musik mereka Aliran Orkes Moral, yang terinspirasi pada grup musik angkatan 70-an, PSP (Pengantar Minum Racun) dan PSP (Pancaran Sinar Petromax). Genre musik humor, namun sarat dengan pesan-pesan moral serta kritik sosial, menjadi pilihan TPG untuk berkiprah di dunia musik Indonesia. TPG yang berumur 8 tahun tepat di hari yang sama mereka hadir menjadi tamu di Kick Andy ini, telah menghasilkan 3 album indie sejak 2004 hingga 2006. Band yang tahun ini meluncurkan album komersial pertama bertajuk MariJuana (Mari Berjuang Atasi Narkoba) pada 19 Maret 2010 lalu ini, sangat percaya diri melawan arus musik bertema percintaan saat ini. Mereka memadukan aliran musik pop, rock, jazz hingga ska dengan unsur musik etnik tradisional, selain mengkombinasikan 50% musik dan 50% kostum panggung. Simak seperti apa penampilan unik bin heboh mereka di Kick Andy, serta jawaban-jawaban nyeleneh yang keluar dari mulut Gepeng Kesana-Kesini dan teman-temannya saat ditanya host Kick Andy mengenai ciri dan karakter khas, konsep musik serta visi misi bermusik mereka.

Sementara Fonticello, berusaha mendobrak anggapan bahwa alat musik Cello hanya sebatas instrumen pendukung untuk musik jazz maupun klasik, yang sangat terbatas segmentasinya. Di tangan 4 personil Fonticello, Madey, Angga, Taufan dan Alex serta Dave sebagai additional drummer, alunan gahar dan menggelegar khas musik classic rock dan heavy metal mereka ciptakan dari gesekan dan petikan Cello, yang mereka namakan Cello Rock. Berlatar belakang fakultas seni musik dengan jurusan Cello, yang berbasis musik klasik, tak membuat mereka terbelenggu dengan format musik ”berat” itu. Berawal dari wadah ajang kumpul-kumpul sesama pecinta Cello bernama Jogja Cello Ensemble, mereka akhirnya terinspirasi oleh grup musik asal Finlandia Apocalyptica, yang juga memainkan Cello untuk musik rock. Kini Fonticello menjadi satu-satunya grup musik yang memainkan aliran Cello Rock di Asia.

Sementara dari Bandung, ada grup Lungsuran Daur yang dimotori oleh Dodong Kodir. Keunikan grup musik Kerawitan Sunda Kontemporer ini adalah dari alat-alat musiknya. Seluruh instrumen musik Lungsuran Daur, terbuat dari benda-benda bekas yang cenderung telah menjadi sampah. Mulai dari sampah plastik, kayu, logam, fiber hingga kulit buah-buahan. Hobi Dodong Kodir adalah menyusuri segala macam pasar loak dan mengobok-obok sampah, demi menemukan bahan-bahan limbah yang bisa dimodifikasinya menjadi alat musik dengan bunyi-bunyian baru. Misalnya Tornadong, instrumen dari buah labu yang mampu menghasilkan suara menggelegar seperti badai tornado, kemudian juga sebuah bolpoin bekas, yang mampu mengeluarkan suara gemuruh air bah, dan masih banyak lainnya. Selain kekhasan alat musiknya, Dodong juga kerap mengkombinasikan seni musiknya dengan pertunjukan teater, musikalisasi puisi, maupun karya sastra lainnya. Alhasil, Dodong dan Lungsuran Daur bisa melanglang buana ke lima benua atas undangan negara-negara asing untuk mempertunjukkan mahakarya seninya. Sedangkan The Indonesia Choir (TIC) berdiri pada tahun 2008. TIC adalah paduan suara yang mewadahi penyanyi dan musisi Indonesia untuk melestarikan dan mengembangkan musik tradisi, musik nasional dan musik dunia. Sebagian besar lagu yang dinyanyikan TIC adalah lagu-lagu daerah Indonesia, yang diaransir ulang dengan apik dan harmonis oleh sang pendiri sekaligus konduktor, Jay Wijayanto. Oleh Jay, paduan suara yang umumnya dipersepsikan serius, berat dan jaim, diubah menjadi paduan suara nan ceria, koreografi yang enerjik, dikombinasikan dengan keramaian acapella serta interaksi jenaka Jay dan personil TIC dengan para penonton. Keunikan TIC inilah, yang mengantarkan mereka pada sejumlah konser di beberapa negara Eropa.

Dan tak kalah heboh, adalah pertunjukan seni tarian sekaligus olahraga cheerleading dari Indonesian Cheerleading Community (ICC) All-Stars. ICC All-Stars berupaya mendobrak pandangan bahwa cheerleading selalu dikonotasikan hanya sebagai tarian sorak-sorai penyemangat oleh sejumlah perempuan yang dikenal sebagai pom-pom girl. Atau pandangan jika dilakukan oleh laki-laki, umumnya adalah laki-laki yang ”melambai” atau banci. ICC Allstars justru dirintis oleh seorang laki-laki tulen. Oki Trihartomo, adalah seorang pecinta olahraga fisik, yang tertarik pada tingginya tuntutan stamina dan keterampilan fisik serta keindahan gerakan-gerakan senam gimnastik sebagai daya tarik utama cheerleading. Selain lima orang perempuan, tujuh anggota ICC Allstars lainnya adalah para pria tulen, yang juga penggemar olah raga bela diri, olahraga fisik lainnya dan tarian modern. Berkat keseriusan ICC Allstars menekuni cheerleading, mereka mampu membawa nama Indonesia ke sejumlah kompetisi cheerleading internasional yang diadakan di Jepang dan Jerman.

Penasaran seperti apa penampilan berani beda para tamu Kick Andy ini? Jangan sampai terlewatkan Kick Andy 26 Maret 2010 ini.


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy