Ahmad Abdul Haq


BERGURU KE NEGERI KANGURU

Back | Up | Next

 

Sumber: Kick Andy.com

 

 
Jumat, 02 April 2010 20:30 WIBBERGURU KE NEGERI KANGURU

BERGURU KE NEGERI KANGURU Selama ini kita mengenal program pertukaran pelajar, yaitu pelajar dari Indonesia bertandang ke luar negeri atau sebaliknya dari manca negara belajar ke Indonesia. Kali ini Kick Andy akan mengupas pertukaran guru. Yaitu sejumlah guru yang ada di beberapa daerah dikirim ke Australia. Di Benua Kanguru itu para guru belajar dan mengajar di sekolah-sekolah setempat dan tinggal di rumah-rumah guru yang tentu saja warga Australia. Tentu saja banyak manfaat yang bisa diambil dan cerita-cerita unik dari para guru yang mengikuti program BRIDGE atau Building Relationship and Growing Engament Australia – Indonesia itu.

Ahmad Faiz misalnya. Guru yang mengajar di Peguruan Al Hikmah Surabaya itu pernah mengikuti program BRIDGE ke Australia pada 2009 lalu. Sepulang dari Australia, pria 27 tahun itu langsung menterapkan metode yang diperolehnya. Salah satunya adalah dengan “pin”. Jadi setiap guru atau siswa yang memakai pin itu harus menggunakan bahasa Inggris, karena di pin itu tertulis “Speak English with me”. “ Akibatnya, di lingkungan sekolah Al Hikmah semua harus menggunakan bahasa Inggris mulai dari guru, siswa hingga petugas kebersihan,”ujar Ahmad Fais. Selain itu, Ahmad Fais juga meniru cara berdisiplin para guru di Australia. “Di Australia guru harus datang ke kelas sebelum murid masuk,”kata Ahmad Fais serius. Makanya di Sekolah Al Hikmah, sebelum guru mengajar 15 menit sebelum bel masuk, digelar “morning briefing”. Di acara morning briefing itu setiap guru selain mengaji, membaca ayat-ayat suci Al Quran juga menceritakan persoalan yang lagi hangat dalam bahasa Inggris.

Cerita menarik lainnya adalah yang dikisahkan Johanes Budi atau akrab disapa Pak Budi. Pria asal Yogyakarta itu mengikuti program Bridge dan dikirim ke Australia pada 2009 lalu. Sepulang dari Benua Kanguru, Pak Budi langsung menterapkan pengalamannya di tempat ia mengajar yaitu di SMK Kesuma, Mataram, Lombok. Dengan peralatan seadanya Pak Budi yang terkenal di kalangan murid-muridnya itu membuat sejumlah alat peraga dan ditempelkan di dalam ruangan kelas. Di ruangan kelas yang tadinya kosong dan bersih diubah sedemikian rupa, sehingga penuh dengan pernak-pernik alat peraga. Dengan sejumlah pernak-pernik itu akan memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal. Pengalaman menarik selama mengikuti program Bridge bagi Pak Budi adalah ia sering diundang untuk mengajar di berbagai sekolah di Australia. Para guru di Australia banyak yang tertarik dan terkesan cara mengajar Pak Budi. Selain atraktif, Pak Budi juga selalu mengenakan baju tradisional Lombok ketika mengajar.”Bahkan akibat ulah saya ini, saya pernah ditulis dan masuk di salah satu surat kabar setempat,”kata Pak Budi bangga.

Sementara para guru dari berbagai daerah yang baru saja mengikuti program Bridge bertekad akan menterapkan apa yang dilihat dan dipelajari di negeri kanguru itu. Seperti Kasim Bahri dan Sally Kharisma Putri ini misalnya. Kedua guru asal SMU Negeri Palembang, Sumatera Selatan itu akan meniru cara mengajar di sekolah negeri di Kingscote, Kangaroo Island, Australia. Menurut mereka, sistem mengajar di Australia bisa ditiru terutama adalah dengan formasi duduk para siswa. Jika di Indonesia posisi bangku para murid berjajar dari depan ke belakang, maka akan diubah dengan melingkar. Ini dimaksudkan agar guru dan siswa bisa lebih interaktif, tidak satu arah. Sama juga halnya pengalaman yang diperoleh Sri Wuryaningsih dan Keni Putri. Kedua guru SMU 70 Jakarta itu ditempatkan di Paramatta High School Sydney Australia ketika mengikuti program Bridge 2010 lalu. Di Paramatta mereka bisa melihat bagaimana sekolah itu menggunakan kurikulum yang benar-benar menghargai jerih payah para siswanya. Di sekolah yang siswanya sebagian besar adalah multi etnis itu tidak dikenal dengan tidak naik kelas. Jadi semua muridnya setiap tahunnya naik kelas. Hanya saja peringkat siswa ditentukan dengan nilainya.”Benar-benar merupakan sesuatu yang baru”,ujar mereka. Program Bridge yang sudah berlangsung selama tiga tahun dan mendapat kucuran dana dari Yayasan Myer dan AusAid itu tentu saja patut dihargai terutama bagi sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. Di tengah keterpurukan perekonomian Indonesia yang mengakibatkan sedikit terabaikan dunia pendidikan kita, studi banding para guru kita ke Australia itu benar-benar sangat terasa manfaatnya. Tentu saja, bukan studi banding yang marak dilakukan para pejabat kita ke luar negeri yang banyak menghambur-hamburkan uang rakyat. ( end )


Kick Andy: Home • The Show • Special • Andy's Corner • Foundation • Recommended Book • Andy's Friend • Andy's Team • About

Tag: Kliping Media, Kick Andy