Sumber: Kick Andy.com
|
Jumat, 24 Mei 2013 21:30 WIB
Di tengah banyaknya masalah hokum yang menyangkut aparat di negeri ini, Kick Andy menemukan sebuah kisah inspiratif dari Perbatasan Kalimantan Barat, Indonesia dan Serawak, Malaysia. Ini kisah Satgas Pamtas Yonif 123/Rajawali, Satuan TNI Angkatan Darat yang melaksanakan tugas pengamanan perbatasan tersebut, dengan jumlah pasukan sebanyak 650 orang personil. Mereka terbagi dalam 36 pos penjagaan di sepanjang perbatasan Kalimantan Barat. Wilayah perbatasan selalu memiliki berbagai problema masyarakat, begitu pula dengan wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Serawak ini. Masyarakat di sini rata-rata hidup dalam kesederhanaan dengan berbagai masalah dalam soal fasilitas kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang minim. Kehadiran Satgas Pamtas Yonif 123/Rajawali di lokasi mereka sejak 28 oktober 2012 telah memberi warna yang berbeda. Hak itu terjadi karena satuan tentara asal Kodam I/ Bukit Barisan ini, melakukan banyak bakti sosial diluar tugas utamanya dalam penjagaan dan pengamanan wilayah. Di tengah-tengah tugas, satuan angkatan darat ini melakukan expedisi kemanusiaan. Kegiatan yang disebut sebagai Expedisi Rajawali Khatulistiwa ini telah memberi bantuan extra pada masyarakat dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Cerita tentang banyaknya sekolah di wilayah perbatasan yang nyaris terlantar adalah sebuah kenyataan di perbatasan Kalimantan Barat. Topografi daerah dengan akses transportasi yang tidak memadai menjadi salah satu kendala keberlangsungan proses belajar mengajar di sekolah. Guru yang sering absen tanpa alasan, menjadikan murid sering terlantar. Fenomena kekosongan guru banyak terjadi pada sekolah-sekolah di perbatasan ini. Melihat itu Satgas Pamtas yonif 123/Rajawali telah ikut aktif dalam kegiatan mengajar di 23 Sekolah Dasar dan 1 SMP di sepanjang perbatasan. Misalnya di SD Segumun, host Kick Andy bertemu dengan Kopda Dedi Hermanto yang rela mengantikan tugas guru. Setiap hari Dedi mengajar hampir semua mata pelajaran di kelas 3, bahkan ia menjadi wali kelasnya. Sementaradi SD Sei Beruang, kami bertemu dengan Praka TB Situmorang yang sering harus menangani murid dari kelas 1 sampai kelas 4 sendirian. Tiga guru honorer yang seharusnya mengajar, sering absen dengan berbagai alasan. “Kasian anak-anak terlantar gak keruan, jadi saya mau mengajar untuk mereka,” kata Prajurit yang disukai murid-muridnya itu. Selain masalah pendidikan, masyarakat di perbatasan juga memiliki keterbatasan dalam akses kesehatan. Maka salah satu bagian penting dari Ekspedisi Rajawali khatulistiwa adalah bakti sosial dalam kegiatan Ekspedisi Kesehatan. Dalam ekspedisi tersebut dilaksanakan pengobatan massal secara gratis terhadap masyarakat. Berbagai pelayanan kesehatan ditangani dalam bakti sosial ini. Dari pasien umum, kesehatan gigi, pemeriksaan atau pelayanan program keluarga berencana, operasi khatarak, hingga pelayanan khitan.
Melengkapi semua kegiatan sosial itu, tim Satgas bersama masyarakat telah berhasil membangun 18 pusat kegiatan masyarakat, yang disebut sebagai Ruman Rajawali. Rumah itu memiliki dua fungsi utama sebagai pusat pembelajaran informal bagi anak-anak, dan pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Setiap sore puluhan anak-anak akan datang ke rumah-rumah Rajawali yang tesebar di 18 wilayah perbatasan. Mereka suka cita mendapat kesempatan untuk belajar dengan bimbingan dari personil satgas. Inilah sebuah gambaran utuh tentang hubungan harmonis antara aparat dan rakyat dalam pelaksanaan tugas selama lebih dari enam bulan di perbatasan Kalimatan Barat dan Serawak, Malaysia. |
Tag: Kliping Media, Kick Andy |