Gagasan Pluralisme Dewa
Oleh Saidiman
Filsuf abad Pencerahan, Imanuel Kant, membagi kebenaran dalam dua kutub besar: kebenaran fatamorgana (baca: fenomena) yang dicerap oleh potensi subjektif kemanusiaan, dan kebenaran hakiki (baca: numena) yang objektif dan tak terjangkau oleh potensi kemanusiaan. Ketika seseorang menyatakan sebuah kebenaran objektif, maka sesungguhnya itu hanyalah klaim kebenaran subjektif.
Komentar
saya sependapat apa yang dikatakan oleh dewa dalam setiap bait dan lirik lagunya di album 2x nya dengan format yang baru. hal ini menandakan bahwa kita dibukakan matanya terhadap realitas kondisi bangsa dan umat di indonesia yang selama ini masih selalu membawa - bawa ayat Tuhan sebagai kamuflase “kepentingan” belaka. nyatanya banyak sekarang para “ulama - ulama instan” yang belum tentu kredibel dimata masyarakat sudah keluar dari jalur yang semestinya. maka dari itu sebagai group musik yang punya misi untuk memberikan suatu kesadaran bagi mereka - mereka yang sudah “keblinger” dalam memposisikan agama saya sangat mendukun apabila dewa tetap menulis lirik -lirik yang membangkitkan kesadaran spiritual kita yang hakiki.
Kebenaran versi kita masing-masing (kebenaran subjektif), kebenaran versi apapun, seyogyanya berdampak kebaikan, baik bagi kita maupun orang lain, bagi kelompok kita maupun kelompok lain, agama kita atau agama lain. Mungkin type kebenaran dogmatis masih bisa memberikan dampak baik seperti ini jika saja penganutnya tidak merasa benar sendiri, walaupun agak sulit karena sifatnya yang leterlek atau tekstual memasung kesadaran untuk memahami lebih jauh, lebih inti, lebih esoteris. Terbatas pada teks dan simbol yang terlihat. Simbol-simbol yang digunakan Dewa baik dalam syair lagu atau cover CD albumnya kental tercium aroma kontemplasi, perenungan, bahkan mungkin mabuk (trance). Suatu maqam dimana semua orang bisa bertemu, dari identitas apapun. Apakah simbol-simbol ini akan mencerahkan orang banyak atau tidak, menjadi pertanyaan yang tidak penting. Sebab, semuanya akan berdampak. Lewat musik mungkin dampak ini bisa lebih signifikan disampaikan dibanding ustadz dalam ceramah agamanya, dosen dalam kuliahnya, atau dalam tulisan seperti inipun. Walaupun begitu musik tentu tidak akan memberikan pencerahan secara massif. Yang jelas sebab itu sudah dibuat, tunggu saja akibatnya.
saya penggemar berat Dewa terutama sejak Once masuk jadi vokalis Dewa. Ada satu lagu yang sangat saya kagumi yaitu lagu “SATU”. Dewa memang sedang mengajak perdamaian antar semua perbedaan yang ada. Tanpa harus mengubah-ubah keyakinan yang ada. Perdamaian bukan berarti harus campur atau plural, tetapi bagai taman yang memiliki banyak macam bunya dan warnanya
Bagi aku, Dewa adalah band yang mampu menjawab keresahan-keresahan, kehausan akan sebuah esensi. Hal-hal yang bersifat imanenpun Dewa mampu mengkritisinya… Jikalah kita berani mengkritisi keyakinan kita sendiri, apakah kebenaran hakiki (al Haq) yang kita selama ini klaim sebagai kebenaran yang benar-benar betul menurut kita-atau kebenaran sementara, yang perlu kita temukan jawanbannya. Bukankah pada akhirnya pembenaran dari Al Haq itu sendiri yang menentukan. Dewa, adalah “suara” tuhan...Amien…
-----
menurut saya, kelompok dewa itu hanya mengambil pethilan2 dari hakekat sebenarnya atas pemahaman para tokoh sufi terdahulu demi ketenaran pribadi. saya tidak syu’udhon pada para tokoh sufi (al-Hallaj) tetapi kemampuan dany dalam mengartikan maksud dari al-hallaj masih perlu diragukan. harusnya dany mengusai bahasa arab dulu dengan canggih, baik tata bahasanya maupun sastrannya. lalu harus disertai dengan akhlak yamg mulai, itulah syarat yang dimiliki oleh para penafsir yang benar. kalau sembarang orang boleh menafsirkan lalu apa bedanya tafsiran dany dengan pelacur.
saya malah curiga apa yang dilakukan dany dewa ini bagian dari upaya penghancuran islam dari dalam, dengan kampaye pluralisme ini merupakan agenda barat untuk menghancurkan islam. ingat! dany dewa adalah salah satu pendiri lib for all (liberal untuk semua) dimana lembaga ini milik yahudi yang bertujuan untuk meliberalisasi islam. maka saran saya segera bertaubatlah, sebelum datangnya azab?!
ya plural itu realita bangsa kita, bahkan realita manusia planet bumi. Tapi ada juga yang sedang membentuk jurang ; kaya - miskin (kapitalism & individualism) merusak sendi nilai manusia, menuju kesesatan iblis.Kita menjadi banyak bicara agama dan nilai lain, tapi sedikit memberi. Dikotomi islam liberal dan islam tidak liberal. Dikotomi pembela islam dan bukan pembela islam. Siapa yang ciptakan dikotomi dalam Islam ini ? Ada yang disesatkan dan ada yang dihidayahi, kuasa itu ada pada Alloh. bahkan kita diciptakan untuk hanya menghamba pada Nya. benarkah kita masih punya pilihan ? Tentu yang dimaksud pilihan adalah sesuatu yang menyerupai pilihan yang ada dalam lingkaran ibadah, dan bukan di luar lingkaran itu. Inna Lillahi Wainna Ilaihi Rojiuun, dari mana engkau dan mau kemana ?
Komentar Masuk (6)
(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)