Gus Dur, Al-Quran, dan Pornografi - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Kolom
19/06/2006

Gus Dur, Al-Quran, dan Pornografi

Oleh M. Guntur Romli

Saat ini, kisah yang menimpa Gus Dur mirip cerita Abu Nawas. Tersiar desas-desus, Gus Dur mengatakan Al-Quran adalah kitab suci porno. Menurut kabar angin itu pula, pernyataan Gus Dur tersebut diucapkan sewaktu acara ”Kongkow Bareng Gus Dur” di Kantor Berita -Radio (KBR) 68H, Jakarta, yang mengudara saban Sabtu. Kebetulan saya salah seorang pembawa acara tersebut. Karena tuduhan itu, Gus Dur diteror oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam di Purwakarta (23 Mei 2006).

Syahdan, Khalifah Harun al-Rasyid marah besar pada sahibnya yang karib dan setia, yaitu Abu Nawas. Ia ingin menghukum mati Abu Nawas setelah menerima laporan bahwa Abu Nawas mengeluarkan fatwa: tidak mau ruku’ dan sujud dalam salat. Lebih lagi, Harun al-Rasyid mendengar Abu Nawas berkata bahwa ia khalifah yang suka fitnah! Menurut pembantu-pembantu-nya, Abu Nawas telah layak dipancung karena melanggar- syariat Islam dan menyebar fitnah. Khalifah mulai terpancing. Tapi untung ada seorang pembantunya yang memberi saran, hendaknya Khalifah melakukan tabayun (konfirmasi) dulu pada Abu Nawas.

Abu Nawas pun digeret menghadap Khalifah. Kini, ia menjadi pesakitan. ”Hai Abu Nawas, benar kamu berpendapat tidak ruku’ dan sujud dalam salat?” tanya Khalifah dengan keras.

Abu Nawas menjawab dengan tenang, ”Benar, Saudaraku.”

Khalifah kembali bertanya dengan nada suara yang lebih tinggi, ”Benar kamu berkata kepada masyarakat bahwa aku, Harun al-Rasyid, adalah seorang khalifah yang suka fitnah?”

Abu Nawas menjawab, ”Benar, Saudara-ku.”

Khalifah berteriak dengan suara menggelegar, ”Kamu memang pantas dihukum mati, karena melanggar syariat Islam dan menebarkan fitnah tentang khalifah!”

Abu Nawas tersenyum seraya berkata-, ”Saudaraku, memang aku tidak menolak bahwa aku telah mengeluarkan dua pendapat tadi, tapi sepertinya kabar yang sampai padamu tidak lengkap, kata-kataku dipelintir, dijagal, seolah-olah aku berkata salah.”

Khalifah berkata dengan ketus, ”Apa maksudmu? Ja-ngan membela diri, kau telah mengaku dan mengatakan kabar itu benar adanya.”

Abu Nawas beranjak dari duduknya dan menjelaskan dengan tenang, ”Saudaraku, aku memang berkata ruku’ dan sujud tidak perlu dalam salat, tapi dalam salat apa? Waktu itu aku menjelaskan tata cara salat jenazah yang memang tidak perlu ruku’ dan sujud.”

”Bagaimana soal aku yang suka fitnah?” tanya Khalifah.

Abu Nawas menjawab dengan senyuman, ”Kala itu, aku sedang menjelaskan tafsir ayat 28 Surat Al-Anfal, yang berbunyi ketahuilah bahwa kekayaan dan anak-anakmu hanyalah ujian bagimu. Sebagai seorang khalifah dan seorang ayah, kamu sangat menyukai kekayaan dan anak-anakmu, berarti kamu suka ’fitnah’ (ujian) itu.” Mendengar penjelasan Abu Nawas yang sekaligus kritikan, Khalifah Harun al-Rasyid tertunduk malu, menyesal dan sadar.

Rupanya, kedekatan Abu Nawas dengan Harun alRa-syid menyulut iri dan dengki di antara pembantu-pembantunya. Abu Nawas memanggil Khalifah dengan ”ya akhi” (saudaraku). Hubungan di antara mereka bukan antara tuan dan hamba. Pembantu-pembantu khalifah yang hasud ingin memisahkan hubungan akrab tersebut de-ngan memutarbalikkan berita.

****

Saat ini, kisah yang menimpa Gus Dur mirip cerita Abu Nawas. Tersiar desas-desus, Gus Dur mengatakan Al-Quran adalah kitab suci porno. Menurut kabar angin itu pula, pernyataan Gus Dur tersebut diucapkan sewaktu acara ”Kongkow Bareng Gus Dur” di Kantor Berita -Radio (KBR) 68H, Jakarta, yang mengudara saban Sabtu. Kebetulan saya salah seorang pembawa acara tersebut. Karena tuduhan itu, Gus Dur diteror oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam di Purwakarta (23 Mei 2006).

Seperti nasib Abu Nawas, pernyataan Gus Dur sengaja dipelintir dan dilepaskan dari konteksnya karena ada motif dan untuk- tujuan tertentu. Padahal, dalam acara kongko tersebut, berkali-kali Gus Dur yang selalu ceplas-ceplos dan lucu berkata- bahwa konsepsi porno itu ada dalam otak seseorang. Kita sering bilang, orang itu otaknya lagi ngeres atau lagi ”piktor” (pikir-an kotor). Pernyataan Gus Dur yang lengkap begini, ”Porno itu letaknya ada dalam persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa Al-Quran itu kitab suci porno, karena ada ayat -tentang menyusui (Al-Baqarah: 233). Bagi yang ngeres-, menyusui berarti mengeluarkan dan me-tetek, dan ada juga roman-romanan antara Zulaikha dan Yusuf (QS Yusuf: 24).” Liciknya, mereka, yang pernah juga menyebarkan fitnah bahwa Gus Dur telah dibaptis, menyebarkan -bahwa Gus Dur telah berkata Al-Quran itu kitab suci porno.

Pemenggalan kata-kata tersebut sangatlah berbahaya. Kita bisa mengatakan Alquran mengecam orang yang salat ketika hanya mengutip ayat 4 dalam surat al-Ma’ûn, “maka celakalah orang-orang yang salat!” (fawaylul lil mushallîn). Padahal maksudnya orang yang melaksanakan salat tapi masih celaka adalah orang yang salat tapi lalai: ingin dilihat orang, dan enggan bersedekah—dijelaskan dalam tiga ayat sesudahnya.

Gus Dur memang tidak pernah sepi dari tuduhan. Dulu ia pernah dituduh ingin mengubah assalamualaikum menjadi selamat pagi, siang, sore, dan malam. Seperti Abu Nawas, Gus Dur dituduh ingin mengubah rukun salat, ketika menoleh ke kanan dan ke kiri ketika mengakhiri salat, bukan lagi assalamualaikum yang diucapkan, melainkan selamat pagi untuk salat subuh, selamat siang untuk salat zuhur, dan seterusnya. Padahal Gus Dur mengatakan boleh mengganti assalamualaikum dalam konteks sapaan (greeting), bukan dalam salat.

Untuk itulah, bagi yang masih berakal sehat, akan langsung bertabayun kepada Gus Dur, bukan langsung menuduh, menyebarkan fitnah, apalagi melakukan tindak kekerasan. Bukankah menurut Al-Quran hanya orang fasiklah yang tidak mau bertabayun?

M. Guntur Romli, Pembawa acara ”Kongkow Bareng Gus Dur”

19/06/2006 | Kolom | #

Komentar

Komentar Masuk (22)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Terlalu banyak orang sakit jiwanya di karenakan terlalu memperturutkan akal, dia mencari-cari siapakah yang lebih dulu ada ayam atau telur.Karena tidak terbatas maka akal itu berbahaya klo tidak ada pembatas...apakah pembatas itu??maka carilah ilmu syariah, kembalilah pada Quran dan Hadist karena ilmu dan akal itu berbeda...Marilah kita tobat bareng2 bung..

Posted by si bolang  on  08/07  at  03:36 PM

Yah, bagaimana anda bersikaplah.
kepada personelnya atau kepada ajaran hakiki yang diyakini personel tsb.
Yang jelas aturan dari Allah itu sudah jelas dan tidak mengkin ada yang bisa menyerupakannya.
jadi jangan beropini atau menafsirkan menurut diri sendiri tanpa melakukan musyawarah dengan ahli agama diseluruh dunia.

Posted by teguh  on  07/29  at  12:30 PM

terkadang mendengar gurauan dan pendapat GUS DUR sangatlah membingungkan akan tetapi dari pendapat itulah semua orang akan berpikir sejenak tentang keberadaan dan kondisi islam sendiri, yang mengerti dan mencari akan memahami inti dari sebuah pendapat, namun yang tidak mengerti dan iri akan membuat semua jadi kebencian, PAHAMI ISLAM dan GURAUAN GUS DUR
-----

Posted by ali muhammad muhsin al malik  on  01/25  at  01:02 AM

Untuk menyatakan hubungan seks saja dalam Alqur’an digunakan kata ataa, ‘asyiru yang berarti mendatangi dan menggauli. Untuk menyatakan vagina digunakan kata qubul dan pantat dengan dubur.

Begitu halus dan santunnya Alqur’an berbicara lalu bagaimana mungkin dikatakan porno ?

Ya Alloh ampuni kami. duh gusti Nabi maafkan kami ini.

Posted by Imam Syafi'i al Singosariiy  on  07/13  at  08:07 PM

Gus Dur telah mengajarkan ke seluruh masyarakat di dunia bagaimana memahami kemajemukan masyarakat di dunia sehingga perbedaan agama tidak akan menjadi polemik tetapi menjadi sesuatu yang sangat indah. Gus Dur adalah muslim sejati tetapi beliau sangat menghormati agama yang lain. Negara kita hanya akan disegani dunia barat kalo masyarakat indonesia mau belajar dari pak Gus Dur bagaimana menjadi seorang muslim moderat. Hidup Gus Dur...! Majulah indonesia muslim moderat...!

Posted by Dormian Situmorang  on  07/12  at  06:07 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq