Islam, Pluralisme, dan Kemerdekaan Beragama - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Kolom
12/09/2005

Islam, Pluralisme, dan Kemerdekaan Beragama

Oleh Ahmad Fuad Fanani

Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam sebuah komunitas sosial menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusivitas (keterbukaan) –suatu prinsip yang mengutamakan akomodasi dan bukan konflik- di antara mereka. Sebab, pada dasarnya masing-masing agama mempunyai berbagai klaim kebenaran yang ingin ditegakkan terus, sedangkan realitas masyarakat yang ada terbukti heterogen secara kultural dan religius.

Tradisi berbeda pendapat di kalangan umat, bila dikelola dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat. Dengan tradisi perbedaan pendapat, kita menjadi tidak mudah untuk merasa paling benar sendiri. Pada tradisi perbedaan pendapat yang berujung pada dialog, ada sebuah nuansa saling kritik atas kelemahan masing-masing guna memperbaikinya di kemudian hari. Sayangnya, perbedaan pendapat dan penyikapan terhadap fatwa MUI belakangan cenderung sepi dari dialog yang produktif dan kondusif. Bahkan, ada sekelompok orang yang dengan mengatasnamakan kebenaran dan kehendak Tuhan, menyerang kelompok lain yang dianggap menyimpang dengan dalih pelurusan akidah dan ibadah.

Dengan otoritas dan jumlah ulama yang terhimpun di dalamnya, sebetulnya MUI diharapkan menjadi penengah dari berbagai corak pemikiran yang saat ini berkembang pesat di Indonesia. Sayangnya, harapan itu malah menjadi terbalik dengan pembelaan MUI terhadap sekelompok orang dan penghakiman MUI terhadap sebagian lainnya. Bahkan, dengan pengeluaran fatwa yang cenderung terlihat otoriter dan membelenggu kebebasan berpikir yang merupakan pilar demokrasi itu, MUI sama sekali tidak merasa bersalah dan menyesal. Pendefinisian ajaran-ajaran yang dilarang seperti pluralisme, liberalisme, dan liberalisme, tampak menggunakan pengertian sepihak yang sebetulnya sangat berlawanan dengan pengertian sesungguhnya. Mestinya, pendefinisiannya harus melalui pengkajian yang mendalam, serius, dan menggunakan perspektif yang lebih luas.

Pluralisme dalam Islam

Pada dasarnya, pluralisme adalah sebuah pengakuan akan hukum Tuhan yang menciptakan manusia yang tidak hanya terdiri dari satu kelompok, suku, warna kulit, dan agama saja. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda agar mereka bisa saling belajar, bergaul, dan membantu antara satu dan lainnya. Pluralisme mengakui perbedaan-perbedaan itu sebagai sebuah realitas yang pasti ada di mana saja. Justru, dengan pluralisme itu akan tergali berbagai komitmen bersama untuk memperjuangkan sesuatu yang melampaui kepentingan kelompok dan agamanya. Kepentingan itu antara lain adalah perjuangan keadilan, kemanusiaan, pengentasan kemiskinan, dan kemajuan pendidikan. Maka, pendefinisian pluralisme sebagai sebuah relativisme adalah sebuah kesalahan yang fatal. Sebab, pluralisme sendiri mengakui adanya tradisi iman dan keberagamaan yang berbeda antara satu agama dengan agama lainnya.

Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam sebuah komunitas sosial menjanjikan dikedepankannya prinsip inklusivitas (keterbukaan) –suatu prinsip yang mengutamakan akomodasi dan bukan konflik- di antara mereka. Sebab, pada dasarnya masing-masing agama mempunyai berbagai klaim kebenaran yang ingin ditegakkan terus, sedangkan realitas masyarakat yang ada terbukti heterogen secara kultural dan religius. Oleh karena itu, inklusivitas menjadi penting sebagai jalan menuju tumbuhnya kepekaan terhadap berbagai kemungkinan unik yang bisa memperkaya usaha manusia dalam mencari kesejahteraan spiritual dan moral. Realitas pluralitas yang bisa mendorong ke arah kerja sama dan keterbukaan itu, secara jelas telah diserukan oleh Allah Swt dalam QS. Al-Hujurat ayat 14. Dalam ayat itu, tercermin bahwa pluralitas adalah sebuah kebijakan Tuhan agar manusia saling mengenal dan membuka diri untuk bekerja sama.

Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 213 juga disebutkan: “Manusia itu adalah satu umat. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan beserta mereka mereka Ia turunkan Kitab-kitab dengan benar, supaya Dia bisa memberi keputusan antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan”. Dalam ayat itu muncul tiga fakta: kesatuan umat dibawah satu Tuhan; kekhususan agama-agama yang dibawa oleh para nabi; dan peranan wahyu (Kitab suci) dalam mendamaikan perbedaan di antara berbagai umat beragama. Ketiganya adalah konsepsi fundamental Alquran tentang pluralisme agama. Di satu sisi, konsepsi itu tidak mengingkari kekhususan berbagai agama, di sisi lain konsepsi itu juga menekankan kebutuhan untuk mengakui kesatuan manusia dan kebutuhan untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antar umat beragama (The Islamic Roots of Democratic Pluralism, 2001).

Menurut Abdulaziz Sachedina (2001), argumen utama pluralisme agama dalam Al-Qur’an didasarkan pada hubungan antara keimanan privat (pribadi) dan proyeksi publiknya dalam masyarakat Islam. Berkenaan dengan keimanan privat, Alquran bersikap nonintervensionis (misalnya, segala bentuk otoritas manusia tidak boleh menganggu keyakinan batin individu). Sedangkan dengan proyeksi publik keimanan, sikap Alquran didasarkan pada prinsip koeksistensi. Yaitu kesediaan dari umat dominan untuk memberikan kebebasan bagi umat beragama lain dengan aturan mereka sendiri. Aturan itu bisa berbentuk cara menjalankan urusan mereka dan untuk hidup berdampingan dengan kaum muslimin. Maka, berdasarkan prinsip itu, masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, seharusnya bisa menjadi cermin sebuah masyarakat yang mengakui, menghormati, dan menjalankan pluralisme keagaman.

Kemerdekaan Beragama

Pada masa lalu, semua agama pasti pernah mengalami penderitaan dan konflik. Hal itu bisa jadi diakibatkan oleh kebijakan yang diskriminatif oleh penguasa atau karena perlakukan agama lain yang lebih mayoritas. Oleh karenanya, hampir semua agama memberikan perhatian yang lebih terhadap hak-hak dasar kebebasan beragama. Kebebasan beragama ini juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keadilan dan kebebasan politik. Dan ketiga hal itu merupakan pilar dari penegakan dan perjuangan demokrasi. Kebebasan individu untuk beragama, hanya bisa diwujudkan dalam sistem yang demokratis. Maka, hak-hak asasi manusia tentang adanya jaminan beribadah secara bebas dan menyebarkan agamanya harus senantiasa dikembangkan. Jangan sampai, sebuah agama atau sekelompok tertentu dalam intern agama memaksa dan menggunakan kekerasan guna menghegemoni dakwah untuk kelompoknya sendiri.

Islam sebagai tradisi moral sangat mengakui fakta akan pluralisme dan kemerdekaan beragama. Dasar pengakuan itu terdiri dua hal: pertama, karena pluralisme merupakan ajakan terhadap penggunaan pikiran manusia. Alquran memberikan kedudukan yang sangat penting terhadap pilihan rasional dan dorongan individu. Menjadi seorang muslim adalah urusan pilihan rasional dan cara respon individu. Penekanannya di sini bukan hanya karena nilai etika itu rasional dan ilmiah, namun karena layak dan dapat dimengerti oleh semua manusia. Dalam Alquranpun juga dijelaskan bahwa tidak ada pemaksaan dalam beragama, karena beragama merupakan pilihan dan kebebasan individu. Kedua, penerimaan sosial atas nilai Islam sebagai sebuah pemahaman oleh individu dan masyarakat yang berbeda-beda. Maksudnya, basis pluralisme ini senantiasa dikelola oleh perbedaan pendapat yang secara luas diperbolehkan oleh norma-norma sosial. Dialektika sosial akan mengembangkan dan menguatkan definisi yang bisa diterima tentang nilai etika (M. Khalid Masud, The Scope of Pluralism in Islamic Moral Traditions, 2002). Maka, tradisi dialog antar agama menjadi penting guna mengembangkan nilai-nilai etika Islam yang sangat menghargai kebebasan beragama.

Berdasarkan hal di atas, maka peranan negara sebagai penjamin kebebasan beragama perlu dipertegas lagi. Negara harus menjamin bahwa kemerdekaan beragama tidak akan melanggar hak-hak orang lain. Negara tidak boleh mendukung satu agama serta satu kelompok paham serta menindas yang lainnya. Fungsi negara adalah menjamin kebebasan menjalankan agama diberikan secara sama kepada semua agama dan pahamnya. Sebab, pada dasarnya ada hubungan yang mutlak antara kebebasan beragama, institusi, dan kebijakan yang dapat menjamin kebebasan itu. Bila salah satunya timpang, maka kehidupan demokrasi dan jaminan kebebasan warganya akan terancam juga.

Akhirnya, pemerintah dan masyarakat Indonesia harus mau menghargai dan melaksanakan prinsip pluralisme keagaman dan kebebasan beragama. Soalnya, kebebasan dan pengakuan akan keberagaman merupakan potensi yang sangat bagus untuk membangkitkan negeri ini dari tirani sekelompok orang dan korupsi yang merajalela. Prinsip kebebasan, persamaan, dan keadilan sosial mesti ditegakkan melampaui sekat-sekat golongan, agama, dan paham keagamaan. Kita semua harus berdoa dan berusaha secara maksimal agar kemelut demokrasi dan gejala otoritarianisme keagamaan ini segera berakhir. Walahu A’lam Bisshawab.

Ahmad Fuad Fanani, Ketua Program Kajian Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), Dosen FE UHAMKA, Jakarta

12/09/2005 | Kolom | #

Komentar

Komentar Masuk (8)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

islam tidak kenal pluralisme. wong muhammad aja menyebarkan islam dengan kekerasan:masuk islam, bayar jizyah atau diperangi alias penggal kepala. gimana pluralisme? ngarang aja!

Posted by oscar  on  05/20  at  01:02 AM

kami sebagai umat kristiani khususnya katolik sdh sgt terkuras hbs kesabarannya. km sdh tdk dianggap di negara ini. Cth : FPI merusak tempat mkn saat bulan ramadhan. Kami org yg tdk berpuasa tdk mkn ? itu kan sm sj dgn membunuh.karna meghargai? km di sini jrg dihargai oleh umat muslim.

Posted by ....................  on  01/09  at  09:56 PM

Assalamualikum,wr,wb… Tanggapan untuk bapak Yusak Johanes Syukurlah kalau anda sekarang sadar bahwa keselamatan bukan terletak pada Gereja Roma Katolik anda akan tetapi setahu saya keselamatan anda tergantung dari pengakuan anda akan Yesus Kristus yang mati diatas kayu salib dan bangkit kembali pada hari yang ke 3 sebagai jurus selamat anda, ayat di kitab Yohanes 14:6 (Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.) adalah benar hanya untuk anda sebagai pemeluk agama katolik dan seluruh orang nasrani, sedangkan orang yang tidak mengenal ayat tersebut, bagaimana mereka bisa menyatakannya???? Akan tetapi untuk anda mutlak harus anda akui bahwa : “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku kalau anda tidak mau mengakui akan hal itu misalnya anda sebagai orang katolik malah menyatakan Muhammad sebagai juruselamat anda, apa ini mungkin?, dan bagaimana anda bisa mendapatkan bagian dalam kerajaan surga tersebut? Pasti Tuhan anda akan bingung. Anda mengatakan bahwa mengikuti Yesus yang penting adalah mengamalkan prinsip2 ajaran Yesus mengenai keberpihakan pada yang miskin dan tertindas, kasih pada sesama, berbagi pada kaum yang membutuhkan, mengerti dan mengamalkan cinta kasih, dengan tanpa batas, tanpa terkungkung ruang/sekat2 agama, ras, golongan atau apapun juga. Hal ini betul sekali, tapi ini tidak ada kaitannya dengan kerajaan surga yang anda bicarakan. Yesus yang anda teladani adalah suatu contoh yang harus anda lakukan dalam kehidupan anda sehari hari, tapi sekali lagi hal ini tidaklah menjadi jaminan untuk anda mendapatkan tempat di surga. Dan untuk orang katolik dan nasrani pada umumnya hanya pengakuan tersebut maka Allah akan menganugerahkan keselamatan kepada anda. Jadi menurut apa yang saya baca bahwa keselamatan anda adalah hadiah dari Allah secara cuma cuma karena anda dianggap sebagai anakNya karena pengakuan anda tersebut. Hal ini janganlah anda kaitkan dengan agama agama lain, karena mereka tidak mengenal Alkitab, akan tetapi orang orang yang lain pasti juga akan memperoleh keselamatan sesuai dengan penilaian Tuhan mereka (sesuai dengan anggapan tentang Tuhannya masing masing. Karena Allah memberikan hadiah tersebut kepada orang orang yang Ia kehendakiNya.

Menurut saya keputusan yang terpenting pada tahun 1962, pada waktu Konsili Vatikan II adalah umat Roma Katolik diperbolehkan membaca Alkitab (Kitab Suci) dimana sebelumnya dilarang keras untuk membacanya karena dianggap bisa salah mengartikannya dan hanya para pastor saja yang dianggap boleh membacanya. Padahal dikatakan dalam kitab suci anda: 1 Yohanes 2:27 Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu—dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta—dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. 1 Titus 4:13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar. Nah apakah anda sudah membaca kitab suci anda? Saya yakin pasti sudah. Kalau anda tidak membaca kitab suci anda maka anda tidak akan tahu apa apa, maka pada akhirnya hanya iman anda saja yang bekerja, bagaimana kalau iman anda itu dibohongi oleh pendapat pendapat romo?. Iman tanpa pengtahuan itu namanya nekad, saya coba mencontohkan begini, pada suatu tempat yang sangat gelap dan anda diminta untuk mrlangkah 1 langkah kedepan, apakah anda berani melangkah? Kalau anda jawab “ya” itu berarti iman yang nekad, akan tetapi kalau sebelum anda melangkah anda meraba dulu baru melangkah saya rasa itu adalah iman bijaksana, karena Allah anda adalah Allah yang terang dan tidak ada yang ditutup tutupinya.  Alkitab anda juga mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong/ mati Yakobus 2 2:20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Yakobus 2 2:26 Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. Dan 1 Korintus 13 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih. Iman yang nekad inilah iman yang mudah ditunggangi sesuai dengan keinginan pemimpinnya/golongannya/kelompoknya dll. Akan tetapi iman yang betul betul melek tidak akan mudah ditunggangngi oleh orang lain. Anda juga mengatakan “Percaya atau tidak, dalam setiap misa, ada sesi dimana kami orang Katolik mendoakan semua orang yang sudah meninggal, baik mereka yang beragama Hindu, Budha, Islam atau yang lain2 di luar nasrani; untuk bisa sampai pada pintu Kerajaan Allah. Sungguh luar biasa!! menurut saya hanya Agama Katolik yang bisa begini.” Saya akui ini adalah suatu perbuatan yang luar biasa dan bisa dipakai sebagai teladan bagi agama agama yang lainnya di Indonesia tercinta ini, akan tetapi saya yakin bukan hanya umat katolik saja yang mampu melakuka hal ini, akan tetapi umat yang lainnya juga melakukan hal hal yang sama. Malah saya yakin umat kristiani selalu berdoa juga untuk seluruh keluarga yang ditimpa musibah termasuk juga umat katolik dan pasti tidak ada kecualinya. Saya juga tidak setuju kalau hanya umat nasrani saja yang bisa maju didunia ini karena kelebihan dalam beragamanya. Allah mencintai semua bangsa didunia ini dan tidak ada kecualinya, kenapa umat katolik merasa mempunyai kasih yang lebih besar dari pada umat lainnya sehingga bisa mengclaim kemajuan dari umat katolik dalam bidang tertentu sehingga lebih maju dalam kehidupan sosial ekonomi dibandingkan dengan pemeluk agama agama yang lainnya? Apakah anda tidak bisa merasakan betapa pedihnya hati agama agama yang lain dengan perkataan anda tersebut? Tadi anda menyebutkan soal “kasih”, bahwa Mengikuti Yesus adalah mengerti dan mengamalkan cinta kasih, dengan tanpa batas, tanpa terkungkung ruang/sekat2 agama, ras, golongan atau apapun juga. Dimanakah kasih anda itu sekarang? Kitab Wahyu yang ditulis oleh Yohanes mengatakan di Wahyu 2 2:2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.  2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah 2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.  Tapi saya akan berdoa untuk anda agar supaya Allah tidak mencela anda sebagai orang katolik yang merasa lebih unggul dalam segalanya daripada umat lainnya. Dan juga tidak mencela anda karena anda (umat katolik) tidak mabuk kebenaran...!! Dan akhir kata saya kutipkan sebuah ayat untuk anda beserta seluruh keluarga anda dan untuk seluruh umat katolik pada umumnya dari 1 Korintus 1:3 Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu sekalian dari sekarang sampai selama lamanya. Amin

Untuk Bpk Muh Soebchan Rahim Bapak katakan “duhai saudaraku.tiada yang dapat saya katakan selain...kembalilah..kembalilah ke jalan yang lurus, bertaubatlah...janganlah kita terpedaya setan dan iblis yang mengembuskan keraguan dan menyamarkan sesuatu yang sudah jelas hukum dan syariatnya....marilah saudaraku, terlebih lagi dibulan yang penuh berkah ini....Ramadhan, yang entah apa mungkin kita masih bersua dengannya di tahun depan...” Kurang jelas maksud bapak dengan jalan yang lurus itu bagaimana pak? Apakah dengan berperang di jalan Allah, menumpas orang orang kafir atau membaca kitab kitab sebelum Al Qur’an, bagaimana ini pak ….? Kemudian yang bapak katakan “janganlah kita terpedaya setan dan iblis yang mengembuskan keraguan dan menyamarkan sesuatu yang sudah jelas hukum dan syariatnya” ini maksudnya siapa pak? Saya melihat malah bapak yang mulai ragu sehingga tidak tahu harus menuliskan apa. Akan tetapi saya yakin sekali bahwa bapak sebenarnya ingin menyampaikan sesuatu, tapi kelihatannya bimbang dan ragu. Saya kira JIL suatu tempat yang baik dan bebas untuk bapak mengeluarkan pendapat bapak saat ini, sehingga kita bisa sharing satu dengan yang lainnya dengan bahasa yang sesuai dengan keinginan kita sebebas bebasnya. Tapi untuk saya pribadi lebih cocok untuk menggunakan bahasa sehari hari yang mempunya sopan santun sesuai dengan kepribadian bangsa Indosesia yang baik sejak awalnya.

wassalaamu’alaikum wr. wb. Munir Sjaf
-----

Posted by Munir Sjaf  on  10/07  at  04:10 AM

Membaca tentang JIL, sungguh membuat perasaan ini bergetar...sudah sejauh inikah umat Rasul tersisih dari jalan kebenaran, mengandalkan akal dan pikiran, memutar balikan yang haq dan bathil, mencampur adukan kebenaran dan kesesatan..seolah hendak menyamarkan perbedaan siang dan malam....Masya Allah, duhai saudaraku..tiada yang dapat saya katakan selain...kembalilah..kembalilah ke jalan yang lurus, bertaubatlah...janganlah kita terpedaya setan dan iblis yang mengembuskan keraguan dan menyamarkan sesuatu yang sudah jelas hukum dn syariatnya....marilah saudaraku, terlebih lagi dibulan yang penuh berkah ini....Ramadhan, yang entah apa mungkin kita masih bersua dengannya di tahun depan…

Posted by Muh Soebchan Rahim  on  10/03  at  07:11 PM

Assalamualikum,wr,wb… Banyak orang merasa bangga dengan agamanya, terutama para muslimin dan muslimah di Indonesia. Setelah saya bertemu dan melihat kenyataan dilapangan, saya kira tidak sampai 10% muslim dan muslimah yang benar benar mengakui Allah sebagai pegangannya, banyak dari mereka hanya memegang Islam sebagai Tuhannya. Kebanyakan muslim selalu menyebut “La illaha il’Allah Muhamaddan Rasulullah” tapi dalam kenyataan hidup mereka mengimani “La illaha il’Islam Muhamaddan Rasulullah” Tetapi saya juga percaya banyak juga muslim tidak menyebut “La illaha il’Allah Muhamaddan Rasulullah” …. tapi dalam tindak tanduknya mengutamakan Allah sebagai Tuhannya. Manakah yang benar? Jadi menurut hemat saya, apalah yang harus kita banggakan dari Islam itu kalau perbuatan perbuatan kita hanya membuat orang lain menjadi susah, malah sebaliknya saya menjadi malu sebagai muslim, apa lagi diperkuat dengan perbuatan perbuatan kawan kawan muslim setanah air itu.  Kemudian apa lagi yang bisa dibanggakan dari Islam, Al Qur’an nya saja bertentangan dari ayat yang satu dengan yang lain (anda bisa buktikan sendiri dari ruang tanggapan JIL dimana argumentasi soal ayat ayat di Al Qur’an sangat bertentangan satu sama lainnya sehingga mudah membuat ruang Tanggapan JIL ini menjadi ramai). Bagaimana dengan hadistnya? Ada hadist palsu dll, jadi kita harus mengikuti yang mana? Saya bersyukur karena dalam hinaan hinaan dunia saat ini terhadap muslim Indonesia rupanya masih ada muslim yang tersisa walaupun jumlahnya sangat sedikit seperti JIL dll. Saya coba mengkutip tulisan saudara saya bapak Abdullah Krisna yang ditujukan kepada Mas Fuad “….saya kira anda tahu sebutan apa yang paling pantas untuk orang yang mengingkari norma pokok dalam Islam (Al-Qur’an)” dan kalau boleh saya menjawabnya saya kira Allah akan menjawab “ Fuad, teruslah berfikir dan jangan menerima apa adanya tentang Al Qur’an itu, pelajarilah terus dan ajarkanlah Al Qur’an itu kepada orang orang yang hanya mengimani Al Qur’an tanpa membacanya, sehingga banyak muslim menjadi benar”

Coba anda pikirkan masalah ini, (konon) nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis. Anda percaya atau tidak?…………….. (jangan anda teruskan membacanya dan renungkan dulu dan jawablah dalam diri anda masing masing.  Dan apakah jawab saudara?) Kalau menurut pendapat saya, tidaklah betul kalau nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa saya menolak berpendapat bahwa nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis : 1. Menurut ceritanya sebelum perjanjian dengan orang orang Mekah ditandatangani oleh nabi, mereka menolak mengakui dia sebagai rasul Allah. Untuk memperlunak permintaan mereka maka dia mencoret gelar itu dan menuliskan namanya menjadi Muhammad, anak Abdu’llah dan sebagai gantinya mereka menandatangani perjanjian damai itu . 2. Peristiwa yang terjadi diatas tempat tidur sebelum meninggal, menguatkan bahwa nabi Muhammad dapat membaca dan menulis. Menyadari bahwa dia akan mati, maka dia memberi isyarat kepada Aisyah dimana dia akan menuliskan nama penggantinya, tapi dia terlalu lemah untuk melakukannya.  3. Nabi Muhammad bekerja bertahun tahun, sebagai pedagang kafilah unta, yang tentunya harus mengerti membaca, menulis dan ilmu hitung sebab dia melawat ke Damaskus dan kota kota lainnya. 4. Di biara St. Catherine di gunung Sinai tersimpan sehelai surat pribadi nabi Muhammad yang katanya ditandatangani oleh beliau pada tahun 632 yang memberikan jaminan kebebasan kepada para rahib dan biara biaranya untuk melakukan peribadatan. 5. Suku Badawi adalah suku yang sangat fasih dan pandai dalam bahasa Arab, Nabi Muhammad hidup bersama sama dengan suku tersebut hingga berumur 5 tahun. Kemudian Nabi Muhammad juga berpergian bersama sama dengan suku tersebut dalam usia dewasa dan belajar bahasa klasik mereka, yang samapai hari tidak berbeda denagn bahasa Arab dalam Al Qur’an. 6. Dalam QS96:1-5, Jibril memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca dan Nabi Muhammad membaca. Kalau Nabi Muhammad dapat membaca, apakah dia tidak dapat menulis? Mengapa Allah menunjuk kepada Nabi Muhammad sebagai orang yang “mengajar dengan pena” kalau betul beliau tidak dapat menulis???? Kalau memang ternyata betul Nabi Muhammad dapat membaca dan menulis apakah kenabian Muhammad akan hilang? Ataukah anda menjadi tidak percaya kepada nabi anda?.  Tanyakanlah langsung kepada beliau pada saat anda bertemu nanti, dan kalau betul nabi Muhammad dapat membaca dan menulis., alangkah kecewanya anda pada saat itu. Akan tetapi saya dan juga mungkin orang orang JIL bila bertemu dengan nabi muhammad dan ternyata nabi Muhammad dapat membaca dan menulis.maka saya tidak akan kecewa karena memang sudah tahu dari awal kalau nabi Muhammad dapat membaca dan menulis. Naaaah, bagaimana sekarang? Apakah saya seorang yang akan dituduhkan Bpk Abdullah Krisna sama seperti Mas Fuad???? Tentu saya kita jawabnya “ya”. Saya memperdalam Islam bukan untuk menghina Islam, tapi untuk pengetahuan dan kebenaran, Allah adalah maha pengasih lagi penyayang, sayangnya pengikutnya banyak yang kejam dan haus darah.

Bpk Abdullah Krisna juga mengatakan “saya -kalau boleh saya berbangga- saya menjadi muslim, karena ada kristen, hindu, budha dll.....karena menurut saya Islam adalah satu-satunya jalan kebenaran, sehingga saya memilihnya dengan meninggalkan yang lain,yang saya anggap tidak benar....tapi saya tetap mengakui keberadaannya....” Menurut pendapat saya, boleh boleh saja anda membanggakan diri dengan Islamnya anda itu, tapi itu bukan berarti yang lain tidak benar khan pak. Saya juga percaya JIL juga sangat bangga dengan Islamnya, akan tetapi bapak juga mencelanya. Apalagi dengan agama yang lainnya, pasti bapak akan mencela habis habisan. Yang paling saya sesalkan adalah tindakan main hakim bapak dalam memukul rata setiap agama, dimana semua agama dianggap tidak benar dan pemeluk agama tersebut tidak boleh marah kalau dikatakan agamanya tidak benar. Sebaliknya jika ada orang yang mengatakan agama bapak adalah agama yang tidak benar, bagaimanakah perasaan bapak? Marah?, ingin membunuhnya? Dalam agama kristen ada tertulis di Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Mereka juga mengaku kalau agamanya adalah agama yang benar apakah mereka salah? Apakah bapak bisa mempengaruhi mereka untuk pindah agamanya ke agama yang lebih benar?

Anda juga menyebutkan “….dengan Tuhan yang satu.....” tentu yang anda maksudkan adalah Allah hanya satu yaitu Allahnya Ibrahim. Saya ambil contoh saja agama kristen, apakah bapak tahu siapakah Allahnya orang kristen atau orang Yahudi? Allahnya mereka adalah Allahnya Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yakub, Nabi Ismail, dst…dst, bukankah Allah para nabi nabi ini (28 nabi) adalah Allahnya bapak? Terserah kepada bapak mau mengakui atau tidak akan tetapi Allah yang disebut ke 28 nabi itu adalah Allahnya orang orang kristen dan Yahudi pada awalnya dan kemudian baru diakui oleh Nabi Muhammad kurang lebih tahun 610. Nah anda mau mengatakan apa sekarang? Apakah Allahnya orang Islam memakai Allahnya orang Yahudi/kristen? Saya yakin anda pasti marah besar dalam hal ini, akan tetapi saya tidak akan marah dan saya yakin JIL juga tidak akan marah, karena Allah kita itu memang Allah maha pengasih lagi penyayang. Artinya Allah yang sangat mengasihi anda dan juga umat umat yang lain juga. Saya tidak yakin kalau bapak mempelajari juga agama kristen, dari mana bapak tahu kalau agama bapak adalah agama yang paling benarapakah bapak pernah membaca Alkitab orang kristen?, sedangkan Allah sendiri mengatakan Torat, Zabur dan Injil adalah kitab yang benar. QS 5:68 Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. Jadi kalau boleh saya menuliskan dengan kata kata saya bahwa setiap orang yang mengaku dirinya Islam (muslim) tapi juga tidak menegakan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu (Allah). Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. Menurut pendapat saya Nabi Muhammad juga belajar agama kristen dari istri pertamanya (Siti Kadijah) yang kebetulan Waraqah (anak paman Kadijah) adalah seorang pendeta Yahudi. Dan apakah tidak mungkin Nabi Muhammad mendapatkan 1 copy dari tulisan Warraq soal kekristenan (Torat, Zabur )? Dan saya juga yakin bapak akan bilang bahwa kitab kitab tersebut sudah tidak asli lagi, apakah Al Qur’an bapak masih asli? Apakah tidak diubah sesuai dengan kebudayaan Arab? Apakah bapak tahu bahwa Al Qur’an pertama kali dicetak tahun 1530 kedalam bahasa Arab di Roma dan diterjemahkan kedalam bahasa Prancis tahun 1647?  Dan juga menurut pendapat saya dengan kata kata saya ini, pasti banyak orang yang mengatakan saya menghina Islam, nah sekarang apakah betul saya menghina Islam? Atau bapak bapak tidak mau berpikir seperti mas Fuad? Yang menghina Allah itu siapa sebenarnya, orang orang yang meninggikan Allah atau orang orang yang meninggikan Islam tapi merendahkan Allah? Kalau anda menghina Allahnya orang kristen itu berarti anda menghina Allah anda sendiri, anda jangan pernah mengira ngira kalau Allahnya orang kristen ada 3. Kalau anda harus berdebad dengan orang kristen kemudian anda menyebutkan Tuhannya orang kristen adalah 3, maka anda akan dikategorikan orang yang tidak berbobot dalam perdebatan itu dan perdebatan tidak perlu diteruskan karena pengertian anda salah total. Sekali lagi, kalau hal ini terjadi maka islamlah yang terhina. Akan tetapi kalau kita bisa menghargai dan menerima pendapat agama agama yang lain maka Islam akan terhormat dimata dunia. Pada saat ini kelihatannya Islam sangat terhina didunia akibat segelintir orang/kelompok yang selalu bertindak mengatas namakan Allah.

wassalaamu’alaikum wr. wb. Munir Sjaf

Posted by Munir Sjaf  on  10/03  at  07:11 AM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq