Pendekatan Kritik Sastra Terhadap Alquran - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Kolom
23/07/2007

Pendekatan Kritik Sastra Terhadap Alquran

Oleh Muhtar Sadili

Penitikberatan aspek-aspek sosial yang masuk dalam rumpun humaniora tadi, akan membantu secara metodologis agar kita sampai pada makna yang kehendaki teks. Hal ini tidak berarti teks Alquran akan kehilangan sakralitasnya lantaran didekati ilmu-ilmu kemanusiaan. Sebaliknya, ilmu tersebut merupakan alat bantu efektif yang dapat menghidupkan semangat teks keagamaan dalam konstalasi realitas sosial yang menjadi konsideran nilai filosofis wahyu.

23/07/2007 06:15 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (1)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

Al-Qur’an turun secara tanzil, dalam artian bukan menyesuaikan dengan konteks waktu turunnya. Karena kondisi sosial waktu al-Qur’an turun berbeda jauh dengan konsep AL-Qur’an itu sendiri. Kedua, Al-Quran didalamnya terdapat kualitas sastra yang tinggi, tetapi bukan berarti kitab sastra. Bahasa yang digunakan pun memang bahasa arab, tetapi bahasa arab Al-Qur’an memperluas makna bahsa itu sendiri, seperti kata karomah yang saat itu dipahami sebagai kemulyaan bangsawan Quraeisy menjadi kemulyaan orang taqwa. Sholat yang hanya diartikan do’a menjadi sebuah kegiatan komunikasi antara hamba dan tuhannya, dlsb.

#1. Dikirim oleh Ibnu Saif  pada  01/09   02:09 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq