Pendekatan Kritik Sastra Terhadap Alquran
Oleh Muhtar Sadili
Penitikberatan aspek-aspek sosial yang masuk dalam rumpun humaniora tadi, akan membantu secara metodologis agar kita sampai pada makna yang kehendaki teks. Hal ini tidak berarti teks Alquran akan kehilangan sakralitasnya lantaran didekati ilmu-ilmu kemanusiaan. Sebaliknya, ilmu tersebut merupakan alat bantu efektif yang dapat menghidupkan semangat teks keagamaan dalam konstalasi realitas sosial yang menjadi konsideran nilai filosofis wahyu.
Komentar
Al-Qur’an turun secara tanzil, dalam artian bukan menyesuaikan dengan konteks waktu turunnya. Karena kondisi sosial waktu al-Qur’an turun berbeda jauh dengan konsep AL-Qur’an itu sendiri. Kedua, Al-Quran didalamnya terdapat kualitas sastra yang tinggi, tetapi bukan berarti kitab sastra. Bahasa yang digunakan pun memang bahasa arab, tetapi bahasa arab Al-Qur’an memperluas makna bahsa itu sendiri, seperti kata karomah yang saat itu dipahami sebagai kemulyaan bangsawan Quraeisy menjadi kemulyaan orang taqwa. Sholat yang hanya diartikan do’a menjadi sebuah kegiatan komunikasi antara hamba dan tuhannya, dlsb.
Komentar Masuk (1)
(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)