Sains Islami atau Pseudo-Sains?
Oleh Andriyansyah
Kita boleh saja meyakini Islam sebagai agama yang pro-ilmu pengetahuan. Tapi, sikap itu tak perlu ditempuh dengan cara “mencocok-cocokan” atau mencari ayat mana yang sesuai dengan fakta ilmiah tertentu. Sikap yang benar adalah terbukanya nalar sehingga mau mempelajari ilmu pengetahuan darimanapun asalnya. Tidak perlu membeda-bedakan ilmu pengetahuan di bidang teknik maupun sosial.
Komentar
Saya sangat sependapat dengan apa yang di utarakan oleh mas Andriyansyah, bahwa jika pseudo ilmiah yang anda maksud tersebut di biarkan berlanjut, maka keberadaan konflik antara agamawan dengan ilmuwan sebagaimana yang terjadi pada zaman renaissence adalah sebuah keniscayaan. Toh meskipun itu hanya spekulasi anda, tapi merupakan satu poin yang perlu kita renungkan bersama. Jika boleh saya berkomentar tentang Harun Yahya (seperti yang anda contohkan) dalam karya karyanya, beliau tidaklah semata mecoba membenarkan apalagi dengan seenaknya mencocok-cocokkan alias copy paste, melainkan kita semua mengakui bahwa dia adalah salah satu ilmuwan yang pasti mempunyai basic ilmiah yang dia pegang teguh kebenarannya dan terus dia perjuangkan. Dan saya pikir beliau adalah seorang pemikir yang mempunyai pandangan untuk memajukan Islam dan mencoba memberikan pencerahan baru bagi dunia sains dalam kerangka Islam. Dan mengenai adanya kepentingan ideologis, saya kira semua orang yang berusaha mengungkapkan buah pikirannya juga berjalan di atas sebuah ideologis yang dia pegang, begitu juga dengan anda dan saya. Ibnu khaldun pun mengatakan dalam Mukaddimahnya bahwa setiap penulis pasti berangkat dari sebuah ideologis bahkan tanpa dia sadari. Wallahu al-a’lam.
Hasil karya tulisan Harun Yahya yg mengagungkan Alquran dan Hadis sebagai dasar Ilmu pengetahuan, adalah cermin dari bersihnya hati dan cemerlangnya akal beliau telah menghasilkan karya2 tulisan yg beradab dan berguna bagi manusia2 yg mau berfikir dengan benar dan hati yg bersih. Lebih dari 7000 buku yg sudah dicetak dan dibaca dalam beberapa bahasa adalah bentuk suatu keberhasilan .
Berapa hasil tulisan ( yg bermutu untuk ummat Islam ) sdr Andryansah yg sudah dicetak dan dibaca oleh dunia ? Kritikan anda terhadap Harun Yahya yg mengagungkan AlQuran dan Hadis sebagai sumber ilmu dan Kebenaran itu menandakan hati dan fikiran yg sakit.
Bung Hakim,
Saya ingin sedikit melengkapi tulisan anda. Semoga ini bisa lebih bermanfaat bagi kita semua. Saya tidak begitu tahu dengan pasti siapa Harun Yahya .Satu hal yang saya tahu Harun Yahya, nama sesungguhnya adalah Adnan Okter, yang katanya mempunyai “intel inside”,sehingga dia menjadi seorang intelektual. Saya tak tahu apa siihh alasan nya ia bersembunyi dibalik nama fiktif tersebut??.Saya juga tidak tahu dengan pasti kenapa Adnan Okter menggunakan nama fiksi ini. Mungkin satu alasan yang kira-kira yang masuk akal,sepertinya dia tak yakin akan apa yang dia tulis dan ia takut jika orang-orang akan melempakan telur busuk setelah membaca buku “Qu Fi” nya.
Karena setelah Harun Yahya menulis dan menerbitkan ratusan buku dan Muslim menerimanya dengan antusiasme yang sangat besar.ia seakan mendapat kepercayaan diri yang cukup besar. Adnan Okter alias Harun Yahya keluar dari kegelapan dan menjadi dikenal sebagai author. Ia juga memelihara sebuah website dimana ada ada beberapa artikel yang dipublikasikan,menjelaskan makna tersembunyi dari Quran.
Ada beberapa artikel yang saya yakin menarik untuk untuk kita diskusikan bersama ,apakah karya Harun Yahya itu seperti yang anda klaim.
Dalam salah satu artkelnya,”The Information Network in Dolphins is Superior to the Internet”’ Ia memuji sebuah study dari seorang peneliti Selandia Baru yang menemukan sistem komunikasi pada suatu komunitas binatang. Lusseau, sang peneliti, mengobservasi sekelompok lumba-lumba dan membandingkan metode komunikasi lumba-lumba dengan sistin jaringan internet. Harun Yahya ,tanpa ragu-ragu, mengklaim ,” ….aliran informasi yang ada Internet memperlihatkan adanya “superior intelect” yang mengatur jaringan informasi pada lumba-lumba dan beberapa kehidupan lainnya dialam.Ini tak dapat diragukan bahwa “superior intellect “ itu adalah Sang Maha Tahu,Tuhan Yang Maha Kuasa.”
Sekarang pertanyaannya Tuhan Yang Mana? Tuhan nya Muslim,apakah Tuhannya orang Hindu,atau Tuhannya orang Kristen?? Harun Yahya mencoba membuktikan Tuhannya, pekerjaan tangan Allah pada jaringan informasi tsb, dan mengutip satu ayat dari Quran yang mengatakan,: “Sungguh Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Murah Hati (QS 26;9)”. Lho.....saya jadi tak mengerti apa hubungannya ayat Quran ini dengan hasil penemuan peneliti Selandia Baru. Mungkina anda yang hatinya dan fikirannya jernih bisa menjelaskannya???!!
Dalam Artikel lain,”The Secret of How Spider Walk on Ceillings”, Harun Yahya menerangkan bagaimana laba-laba bergelantung di langit-langit. Dia menceriterakan bahwa Kepala manusia menahan sekitar 100,000 rambut namun ada sekitar 600,000 rambut dibagian bawah kaki laba-laba. Rambut-rambut ini ujungnya berbentuk segitiga menciptakan daya cengkarm, yang mampu menyangga 173 kali berat badan laba-laba.Untuk mendukung argumentnya, Harun mengutip ayat Quran ,” Tuhan menciptakan setiap binatang dari air, beberapa diantara mereka berjalan dengan perutnya, beberapa dengan kedua kakinya dan ada yang dengan empat kakinya. Tuhan menciptakan apapun yang Dia inginkan.Tuhan berkuasa atas segala sesuatu’(QS 24:45)
Kelihatannya dari apa yang dia tulis seakan menjelaskan bahwa sebelum Quran diturunkan, tak seorangpun mengetahui bahwa hewan-hewan berjalan dengan dengan keempat kakinya,manusia berjalan dengan kedua kakinya dan ular berjalan dengan perutnya.Mungkin hanya seorang bayi dijaman batu yang tahu fakta ini,namun Yahya memberikan pujian kepada Allah akan kejabian/kenaehan pernyataannya itu. Dan lebih menakjubkan lagi, Allah lupa untuk mengatakan laba-laba yang bergantungan dilangit-langit memiliki lebih dari empat kaki, namun Yahya mengutip ayat ini begitu saja!!
Saya tidak tahu apakah karya seperti ini bisa sebagai dasar Ilmu pengetahuan, sekaligus cermin dari bersihnya hati dan cemerlangnya akal beliau yang telah menghasilkan karya2 tulisan yg beradab dan berguna bagi manusia2 yg mau berfikir dengan benar dan hati yg bersih sperti yang anda klaim??
Untuk singkatnya saya coba jawab tanggapan Sdr Bin Laen sbb:
1,Sesuai dengan catatan yg ada di HARUNYAHYA.NET Jelas disebutkan bahwa Nama aslinya adalah Adnan Oktar jadi beliau tidak bersembunyi dibalik nama aliasnya, mengenai mengapa dia menggunakan nama alias pertanyaan sdr salah alamat, tanya langsung saja kepada websitenya
2,Sdr bilang HY telah keluar dari kegelapan ( menuju yg terang adalah suatu rahmat tuhan )beliau menulis RIBUAN !!artikel bukan BEBERAPA seperti yg anda tulis dan semuanya merujuk dengan AL QUR’AN. menurut saya sah2 saja kalau seorang menulis yg tujuannya berdakwah dan beliau tidak melecehkan Kitab itu. Tidak perlu merasa iritasi (SEWOT kata orang Betawi ).
3,Pertanyaan sdr (tuhan agama mana ? yg HY klaim ).Sdr sudah jawab sendiri dalam pertanyaan itu ( HARUN YAHYA MENCOBA MEMBUKTIKAN TUHANNYA )
4,Artikle HY yg berjudul “The secret of how spider walk on ceilings “ saya cek diwebsitenya tidak ada, yg ada adalah “ The miracle in the spider “ 152 halaman.HY mengutip BANYAK ayat2 Quran bukan cuma satu ayat .
Jadi jelas menurut pendapat banyak orang HY mencoba mengkikis habis PERACUNAN PEMIKIRAN , terhadap orang2 muslim ,oleh Philosoper2 yg was was terhadap Al Quran.
Boleh saya anjurkan kepada Sdr Bin Laen untuk membaca buku HY yg berjudul “What the Quran says about LIARS and their METHODS “ (cukup download dari websitenya HY )mohon Sdr kritik dan diskusikan di website ini. Terima kasih
Puncak ketidakpuasan saya terhadap Harun Yahya, adalah ketika beliau mencoba mengkritik Buddhisme dalam situs resminya. Dengan amat sangat ceroboh, Harun Yahya menuduh Buddhisme sebagai “agama berhala”, dan memperkuat tuduhannya dengan memaparkan ayat-ayat Al Quran yang mengkritik berhala. Padahal, saya berasumsi bahwa orang sekaliber Harun Yahya pasti mengerti dan mengetahui bahwa Buddhisme sama-sekali tidak dibangun dari teologi, bercorak pragmatis, dan antroposentris. Saya tidak tahu, apakah HY sengaja menyalahpahami, atau memang tidak memahami Buddhisme.
Mengenai tulisannya sdr. Denis, bahwa “setiap penulis pasti berangkat dari sebuah ideologi”, saya kira tidak relevan ditujukan kepada Harun Yahya. Harun Yahya dalam buku-bukunya tidak kita posisikan sebagai “penulis”, namun scientist. Itu tepatnya. Dan scientist sejati, dalam pemahaman saya, haruslah dingin dan netral, objektif dan apa adanya, profesional. “Scientist” yang menggebu-gebu membenarkan suatu agama, sama saja seperti dokter yang mempromosikan merk obat tertentu (yang mana ini tidak etis dalam dunia kedokteran).
-----
Bung Andriyansyah,
Tulisan anda seolah-olah antara Al-quran yang bersumber dari Tuhan Semesta Alam adalah tidak berkaitan sama sekali dengan Iptek. Perlu anda tahu bahwa hakikat dari Iptek adalah mencari kebenaran yang hakiki. Berkaitan dengan teori Darwin yang menyimpulkan bahwa manusia ber-nenek moyang kera, apabila dikaitkan dengan Al-quran yang menyatakan bahwa Bapak Moyang manusia adalah nabi Adam as, jika anda masih menganggap bahwa Al-quran adalah kebenaran yang hakiki (maaf kalau anda ternyata non-muslim), lalu dengan teori iptek model apa yang bisa mengkompromikan teori darwin dengan teori Allah SWT? Apakah anda akan mengatakan bahwa teori darwin berdasarkan fakta? coba anda renungkan fakta yang mana? apakah darwin hidup pada saat fosil-fosil yang ditemukan itu masih berupa makhluk hidup? bagaimana dengan fenomana “the missing link”?. Kalau anda benar-benar orang yang terobsesi dengan kemajuan iptek, (perlu anda tahu saya juga seorang ilmuwan) tentu anda tidak akan pernah membiarkan anak-anak anda mempelajari suatu teori yang tidak pernah ada bukti empirik yang real, kecuali hanya perkiraan. Dan lebih jauh lagi, kalau anda benar-benar seorang muslim yang benar yang berhati bersih, anda tidak akan punya pemikiran yang aneh-aneh, dengan kerendahan hati, cobalah berkawan dengan orang-orang yang benar dalam beragama, bukan dengan orang yang memandang agamanya dengan aneh (sok pinter) kaya mas Ulil. Dan perlu juga anda tahu bahwa faham sekularisme, saat ini sedang sakarat, tinggal tunggu kehancurannya sebagaimana faham-faham yang lain, mari kita lihat bersama.
Al quran merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa. keajaibannya terus ada disetiap masa, coba kita renungkan tentang proses tumbuh kembangnya manusia dalam rahim! begitu serasinya fakta ilmiah yang ada dengan al Quran.
begitupun dengan hal yang lain.
menakjubkan!
SAINS akan sejalan dengan keterangan yang ada di Al Quran!!
bila ada sains yang bertentangan dengan Al Quran pasti tidak akan lama akan runtuh, coba kita pikir bagaimana teori darwin yang semenjak berkoar hingga sekarang tapi tak mampu membuktikan mata rantai nya yang hilang??
ingat sains itu berkembang dan titik puncak suatu fakta ilmiah hingga tak berubah lagi adalah ketika kita telah mengetahuinya selaras dengan Al Quran.
selama tidak sesuai dengan al quran maka fakta ilmiah tersebut masih dalam tarap dicari oleh manusia. (kalo yang bertaqwa tidak mencari lagi)
Mas Andriyansyah yang ter hormat
ada yang menarik menurut saya dari apa yang di cemaskan kebanyakan kalangan liberalisme islam,yaitu Kehati-hatian bersangatan dalam bergaul dengan Al-Qur’an dan Kritis dalam melihat persoalan, tapi sayang sekali sangat ceroboh.
Ada pula yang perlu dipertanyakan dari kalangan liberalisme islam ini,yaitu Menafsirkan Al-Qur’an sesuka hatinya saja atau berdasarkan Hawa Nafsu lemahnya dan mereka tidak cemas memperlakukan teks seperti itu.
salah satu contoh, adanya usaha memposisikan Al-Qur’an sebagai produk budaya (hasil karya, karsa Muhammad SAW), yang boleh jadi terdapat kesalahan disana-sini, baik secara teks atau secara ma’na. sehingga dibutuhkan kritik sastra terhadap teks, dan bahkan lebih jauh dari itu, disamping menerapkan hermeneotika, diperlukan mengkontekstualisasikan teks dengan cara melihat semangat teks, dengan kata lain Teks harus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, apa bila zaman atau konteks perempuan bertelanjang seperti binatang, maka teks (al-Qur’an)dipaksa untuk menghalalkan itu. akibatnya tidak jarang ditemukan mereka keluar dari teks yang sebenarnya. bahkan menentang teks itu sendiri. Namun tatkala ada ulama selain mereka menjelaskan al-Qur’an dengan metodologi dan fakta ilmiah, seakan-akan agama mereka diinjak-injak dengan sangat hina, dan tak rela diperlakukan dengan sehina itu.
memang aneh dan sangat nyeleneh tapi nyata, orang yang bodoh secara keilmuan Al-Quran dan science tiba-tiba mengkritik seperti sangat mengerti dengan persoalan. mereka tidak sadar menjadi perpanjangan tangan misionaris dan orientalis yang busuk hati terhadap islam.
Tidak seorangpun Mufasir mengatakan tafsir al-Quran adalah kebenaran mutlaq yang harus diterima seperti menerima al-Qur’an secara utuh. mereka sangat menyadari adanya perkembangan dalam menafsirkan al-Qur’an, dan mereka sangat faham bahwa al-Qur’an terus berkomunikasi di setiap zaman.
Kalau ternyata perkembangan ilmu pengetahuan menemukan teori baru yang mengalahkan teori lama, sementara teori lama terlanjur dianggap mapan untuk menjelaskan kebenaran teks al-Qur’an. yang dikritik bukan teks al-Qur’annya, tetapi teori yang sudah tidak dapat dipertanggung jawabkan itu, segera dilepaskan dari pemahaman teks al-Qur’an selama ini. karena yang bermasalah itu bukan teks tapi logika manusianya.
bukankan kita sama-sama mengakui bahwa kebenaran hakiki hanya milik Allah, sedangkan kebenaran manusia hanya relatif.
kebenaran manusia terletak pada kekeliruannya sendiri. kebenaran manusia terletak di kebodohannya sendiri. dan Kebenaran manusia terletak di kealpaannya sendiri
Al-Qur’an jelas bukan Ensiklopedi, bukan pula Buku Ilmiah. Tetapi kitab suci yang diturunkan Allah melalui malaikat jibril kepada Rasulullah yang ma’sum, dan terjaga ke otentikannya, sebagai petunjuk bagi manusia yang menggunakan aqal yang terlepas dari semua ikatan kebusukan hatinya. Membuat manusia terkagum-kagum karena keindahan isinya dan keotentikan kandungannya. yaitu manusia yang melihat bukan dengan mata keangkuhannya, tetapi dengan kejernihan fikiran dan objektifitas terhadap teks dan fitrah kemanusiaannya
Wallahu a’lam
satu pertanyaan mendasar, kenapa takut mengbungkan antara Islam dan sains?
bukankah banyak sekali ayat yang mengajak kita berfikir tentang sains???
kesemuanya berujung pada kesimpulan, akal berfungsi sebagai ta’kid belaka.
Tidak percaya???? berarti ndak pernah baca al-qur’an....
Dalam mengkaitkan AGAMA dan SAINS ... ? Diperlukan suatu KEJUJURAN dan KETERBUKAAN dan bukannya berdasarkan suatu PREMIS tertentu saja dan dengan PREMIS tsb ingin MEMAKNAI apapun juga termasuk AGAMA dan SAINS itu sendiri.
Dalam Al-QUR’AN banyak sekali ayat -ayat-ayat KAUNIYAH-- agar manusia berpikir tentang KEBESARAN ALLAH ? Sedangkan SAINS berangkat dari DATA yang ada dengan membuat seperangkat alat analisa agar DATA tersebut dapat diartikan. Artinya DETAILISASI yang dapat dibuatkan KESIMPULAN dengan VALID.
Yang seru AGAMAWAN itu bukan ILMUWAN, tapi kadang MENAFSIRKAN ayat-ayat KAUNIYAH berlagak ILMUWAN ... Pastilah amburadul. Dan banyak sekali MUSLIM yang berilmu KAUNIYAH ... merasa tertampar dengan ayat-ayat KAUNIYAH yang begitu JELAS sebagai sesuatu yang BENAR ... kurang begitu dihargai di AGAMA-nya karena pengetahuan AGAMAnya yang CETEK ... Yaitu karena kurangnya pengetahuan bahasa ARABnya dan ASAL USUL ayat tsb.
Orang lain menafsirkan CITRA ISLAM itu dari kedua-duanya. Saat yang berbicara adalah AGAMAWAN yang bukan ILMUWAN, maka dihantamlah AGAMAWAN itu dengan DETAILISASI atas DATA-DATA yang ada, sedangkan saat yang berbicara adalah ILMUWAN MUSLIM, maka dihantamlah ILMUWAN ini dengan hal-hal pengetahuan KEAGAMAAN.
Bagi yang MENGHANTAM ... KEJUJURAN dan KETERBUKAAN itu perlu, yaitu kalau MEMANG itu BENAR, kenapa harus DIHANTAM ? Akui dengan JUJUR, bahwa MEMANG BENAR Al QUR’AN mengatakan hal itu, tapi kalau itu TIDAK BENAR ... Wajar saja dihantam, barangkali TAFSIRnya saja yang kurang benar.
Barangkali ... Bagi MUSLIM-MUSLIM yang berkompeten ... Semangat MENJELAJAH KEILMUAN itu kurang sekali ... Kalau BELAJAR tanpa BIAYA itu sich WAJAR saja (Belajar karena mendapatkan BEASISWA = SCHOLARSHIP, baik dari FULBRIGHT, FORD FOUNDATIONS, MOBUNSHO dsb.) tapi saat harus MENELITI dari KOCEK SENDIRI ... Itu baru MASALAH ... Dan biasanya ... SANGAT JARANG ... MUSLIM mau melakukan hal itu ... Padahal KONTRIBUSI atas PENELITIAN tsb sangat BERARTI di dunia keilmuan dan TERUTAMA KEBANGGAAN bagi MUSIM-MUSLIM lainnya.
Komentar Masuk (10)
(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)