Satu Istri - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Buku
12/12/2007

Satu Istri

Oleh Nong Darol Mahmada

Buku ini jelas-jelas diperuntukkan untuk suami baik yang punya niat berpoligami atau tetap monogami. Bagi yang berniat poligami, setelah membaca buku ini pasti tak akan jadi menambah istrinya. Bagi yang setia dengan satu istri, pasti akan semakin membahagiakan istrinya.

Judul : Bahagiakan Diri dengan Satu Istri


Penulis : Cahyadi Takariawan


Penerbit : Era Intermedia, 2007


Tebal : xxxi + 278 halaman

Terbitnya buku ini tak kalah kontroversialnya dengan poligami Aa Gym beberapa waktu lalu yang berakibat pesantren dan usaha bisnisnya makin sepi. Meski penulisnya menolak kalau ia menulis buku ini bukan lah karena faktor itu. Konon saking kontroversinya, buku ini sempat ditarik dari peredaran karena membuat gerah aktivis dan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meski yang memberi pengantar buku ini adalah istri pertama Presiden partai tersebut, Sri Rahayu Tifatul Sembiring. Wajar saja karena buku ini ditulis oleh Ustadz Cahyadi Takariawan yang merupakan salah seorang anggota Majelis Syuro PKS. Majelis ini menempati posisi tertinggi dalam struktur partai yang berideologi Islam ini. Sementara sudah jadi rahasia umum kalau ikhwan partai ini lazim melaksanakan praktek poligami dengan tujuan untuk perluasan dakwah Islam. Mereka juga meyakini bila poligami merupakan solusi ideal relasi suami istri bila sang suami ”tergoda.”

Di sinilah menarik dan beraninya buku ini. Isinya memang benar-benar menelanjangi praktek poligami yang banyak menyengsarakan kaum istri dan anak serta lebih khusus lagi kata penulis, berakibat buruk pada dakwah Islam. Artinya penulis mendekonstruksi pemahaman dan keyakinan sebagian besar koleganya di partai. Dalam pendahuluannya, penulis mengakui bahwa sebenarnya tema ini merupakan tema yang selalu dia hindari karena supersensitif bahkan hipersensitif. Menurutnya, menulis masalah poligami bukanlah wilayah aman untuk mengungkapkannya. Keputusan penulis untuk tetap menulis tema ini, tentulah sangat tidak populer. Bahkan cenderung menentang arus, atau mungkin juga menentang policy partai. 

Sedari awal penulis menekankan bahwa ia menulis buku ini bukan dalam rangka menolak hukum atau ajaran Islam tentang poligami. Yang ia tolak adalah praktek poligami itu sendiri. Hal ini dikarenakan banyak fakta dan kasus yang akhirnya ia sendiri punya kesimpulan kalau poligami itu bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan persoalan keluarga tapi malah menghancurkan institusi keluarga khususnya perempuan dan anak. Meski penulis mengakui pada kasus-kasus tertentu seperti menolong janda dan anak korban konflik, poligami tetaplah menjadi solusi. Tapi kenyataannya sangat jarang suami yang berpoligami karena alasan tersebut. Mayoritas berpoligami karena perempuan yang akan dijadikan istri selanjutnya itu lebih muda, lebih menarik, lebih pintar dan lebih segalanya dibanding istri terdahulunya. Buku ini banyak mengungkap data dan fakta yang didasarkan pada kasus-kasus praktek poligami yang memang menjadi kecenderungan partai dimana penulis terlibat dan dari pengaduan para kliennya karena profesinya sebagai konsultan pernikahan dan keluarga di Jogja Family Center (JFC).

Karena itulah penulis menyarankan agar suami membahagiakan dan memaksimalkan diri dengan satu istri. Dari situ, penulis mengeksplorasi argumen-argumen doktrin Islam tentang monogami yang menurut saya argumen tersebut mendekonstruksi argumen tentang poligami dalam Islam.

Seperti diketahui, biasanya para pelaku poligami membenarkan perbuatannya tersebut pada dua hal: Alquran surat al-Nisa ayat 3 yang membolehkan poligami sampai empat dan mengikuti Sunnah Nabi. Padahal kata penulis, bila kita melihat kehidupan keluarga Nabi secara cermat, sesungguhnya Nabi itu melakukan monogami. Karena dalam kurun waktu kehidupan rumah tangga Nabi, Nabi itu sangat monogami. Kehidupan rumah tangga Nabi dengan Khadijah itu berlangsung 25 tahun, sementara Nabi mempraktekan poligami itu hanya 10 tahun. Itu pun setelah Khadijah wafat dan kebanyakan pernikahannya itu lebih dikarenakan menolong janda-janda sahabat beliau yang meninggal akibat perang untuk membela Islam. (hal xviii)

Sementara ayat Alquran yang menjadi acuan poligami itu pun titik tekannya pada sikap suami yang bisa berlaku adil, bukan pada bolehnya praktek poligami tersebut. Sikap adil susah sekali ukurannya karena sangat melibatkan perasaan, tidak hanya kepuasan materi dan seksual semata. Anugerah perasaan inilah yang merupakan salah satu kelebihan manusia. Seperti yang diulas dengan bagus oleh Bintu Syathi Aisyah Abdurrahman dalam bukunya Istri-istri Nabi, kehidupan istri-istri Nabi saja tak sepenuhnya harmonis, malah cenderung penuh intrik dan saling cemburu karena mereka saling bersaing untuk memperebutkan perhatian Nabi. Untuk sekualitas lelaki seperti Nabi saja, yang banyak diberi kelebihan oleh Allah, Beliau cukup kerepotan mengelola perasaan dan menghadapi isteri-isterinya. Apalagi untuk manusia biasa seperti kita semua. Karena itu kata penulis, kita ini bukan Nabi, isteri kita pun bukan Aisyah. Makanya jangan coba-coba berpoligami. (hal 238)

Ada juga yang berargumen berpoligami itu karena untuk menghindari zina. Istilahnya, dari pada selingkuh kan lebih baik poligami. Menurut penulis, kok bisa poligami dibandingkan dan disejajarkan dengan zina (selingkuh). Penyejajaran seperti ini kata penulis, merupakan cara berpikir yang tak nyambung, dan ungkapan tersebut tidak pada tempatnya sebagai alasan untuk melakukan poligami. Ia menyodorkan beberapa pilihan selain poligami. Misalnya dari pada suami berpoligami lebih baik berpuasa untuk menjaga diri atau konsentrasi dan fokus ke isteri atau onani dan masturbasi atau berkebiri atau berlari-lari untuk membuang energi atau bertobat setiap hari atau aktif dalam kegiatan berorganisasi atau segera naik haji atau banyak pilihan perbuatan yang lebih baik dan positif. Jadi bagi penulis, suami tak mesti berpoligami, atau lebih ekstrim lagi berselingkuh, karena pilihan untuk tetap beristri satu tetap yang paling realistis. (hal.99)

Di tengah komunitas yang menjadikan poligami sebagai praktek yang lazim, penulis mengakui, banyak yang bertanya kenapa ia tak berpoligami. Dengan memarodikan lagu Aa Gym, penulis menjawab:

Jagalah istri, jangan kau sakiti Sayangi istri, amanah ilahi Bila diri kian bersih, satu isteri terasa lebih Bila bisa jaga diri, tidak perlu menikah lagi

Bila suami berpoligami Dakwah akan terbebani Demarketing menjadi jadi Dakwah bisa dibenci

Jagalah istri, jangan khianati Jagalah diri, tak perlu poligami

Buku ini jelas-jelas diperuntukkan untuk suami baik yang punya niat berpoligami atau tetap monogami. Bagi yang berniat poligami, setelah membaca buku ini pasti tak akan jadi menambah istrinya. Bagi yang setia dengan satu istri, pasti akan semakin membahagiakan istrinya. Bagi yang sudah berpoligami, ada dua kemungkinan: membenarkan atau menolak mentah-mentah isi buku ini. Yang pasti buku ini jelas pesannya seperti kelihatan dari judulnya: ”Bahagiakan Diri dengan Satu Istri”.

Tentu saja buku ini tak hanya layak dibaca para suami atau lelaki meski isinya memang lebih banyak diperuntukkan untuk kaum Adam. Bagi perempuan pun, buku ini sangat bermanfaat karena banyak kiat dan nasihat agar para istri tidak dipoligami. Sayang sekali, bukunya sangat sulit untuk didapatkan sekarang. Salut untuk Ustadz Cahyadi…
[]

12/12/2007 | Buku | #

Komentar

Komentar Masuk (44)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

islam itu sangat berpihak kepada kaum hawa, maka dengan syari’at poligami, islam ingin melindungi kaum hawa tersebut! Posted by prengki on 08/31 at 10:13 PM
saya sangat setuju dg sodara Prengki,
bukankah pada zaman Nabi beristri banyak itu wajar mungkin sampai puluhan bukan hanya 1 sampai 4,maka turunlah “surat al-Nisa ayat 3"untuk membatasi (melindungi kaum hawa).
dan ingat kita manusia biasa(BUKAN NABI)apakah kita mampu berbuat adil?

Posted by ibnu  on  10/16  at  09:04 PM

bagi yang mampu laksanakanlah karena memang di bolehkan, tapi jika merasa nantinya tdk bisa memenuhi kewajiban, satu lebih baik! Tuhan lebih tau apa yang baik dan tdk baik untuk hambanya, *tdk mungkin tdk ada manfaat klo Tuhan sendiri membolehkan*,

Posted by wanabud  on  09/12  at  01:50 PM

islam itu sangat berpihak kepada kaum hawa, maka dengan syari’at poligami, islam ingin melindungi kaum hawa tersebut!

Posted by prengki  on  08/31  at  10:13 PM

poligami sebenarnya salah satu bagian dari sikap hidup seseorang yang diambil karena prinsip dan tujuan hidupnya. sebenarnya alquran sangat sederhana memberi gambaran tentang makna hidup, yaitu bahwa manusia hidup didunia dalam rangka mencari pahala untuk bekal hidup diakherat kelak.

demikian halnya dalam sisi kehidupan berumah tangga, kalau kita berpikir sederhana kenapa musti kita beristri lebih dari satu, yang pasti konflik kehidupannya akan lebih konplek. cukuplah kita beristri satu, kalau itu lebih mudah kita mengelola hidup didunia untuk mencari pahala yang cukup untuk bekal kita hidup diakherat sehingga dapat masuk surga.

kalau kita dapat masuk surga, semua kenikmatan akan kita dapatkan termasuk istri yang cantik dan menyenangkan. kesimpulannya kenapa kita musti beristri lebih dari satu( apalagi kalau motivasinya sek/daripada berjinah ), kalau kita masuk surga, pasti istri2 kita bidadari2 cantik seperti yang digambarkan dialquran.

untuk itu cukuplah kita beristri satu yang penting kita masuk surga.

Posted by tia  on  08/07  at  09:56 AM

Istri saya menyuruh saya menikah lagi, malah dia juga memilihkan calonnya untuk saya. Jadi ada yang bilang poligami menyiksa istri pertama, tidaklah selalu benar. kalau istri saya iklas Karena Allah, kebahagiaan suami adalah kebahagiaan istri. saya sendiri nggak pengen nikah lagi

Posted by saryadi  on  05/21  at  03:40 PM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq