Mungkin banyak yang bingung, “Koq judulnya gini?” Namun saya yakin ketika habis membaca tulisan saya ini, pasti akan banyak yang baru sadar bahwa banyak sekali di tengah kita yang melakukan hal “Hormat Pandang Bulu”
Dari kecil, kita sebagai ‘Orang Timur’ diajarkan untuk selalu menghormati orang yang lebih tua dari kita. Kalau berbicara kepada mereka harus dengan sapaan ‘Pak’, ‘Bu’, ‘Om’, ‘Tante’, ‘Kakek’, ‘Nenek’, ‘Babe’, ‘Ayah’, ‘Bunda’, dan sebagainya. Di sekolah, kuliah, hingga di tempat kerja pun kita akhirnya terbiasa untuk menghormati orang yang lebih tua dari kita. Di tempat kerja, kita belajar satu hal lagi, yaitu untuk menghormati mereka yang secara structural berada levelnya di atas kita, alias atasan kita.
Saya yakin kita semua mampu untuk bisa menghormati mereka yang lebih tua dan lebih senior secara level di tempat kerja kita. Tapi, apakah kita juga sanggup untuk menghormati mereka yang lebih muda dan secara struktur organisasi berada sejajar atau bahkan di bawah kita? Sebutan “Hormat Pandang Bulu” seperti judul tulisan saya ini ditujukan untuk mereka yang hanya sanggup untuk menghormati orang yang lebih tua, dan yang berada lebih tinggi daripada dirinya di struktur organisasi.
Sesungguhnya, seorang pemimpin adalah seseorang yang selain mampu memberikan arahan yang jelas dan memimpin timnya mencapai apa yang sudah ditargetkan diawal, dia juga adalah seseorang yang mampu menghormati seluruh anggota timnya.
Kita pasti sudah pernah mendengar pepatah kuno yang mengatakan, “Hormatilah orang lain seperti halnya kamu ingin dihormati oleh orang lain.” Di dalam dunia kerja, pepatah ini masih berlaku hinggu sekarang. Bagaimana anda mau mendapatkan hormat dari tim anda, kalau anda sendiri tidak menghormati mereka, dan anda tidak mendengarkan pendapat mereka?
Sejak dari kecil, saya diajarkan oleh orang tua saya untuk selalu baik terhadap semua orang, terutama kepada mereka yang bernasib kurang seberuntung saya. Semenjak kecil saya diharuskan untuk selalu bilang “Terima kasih”, dan bilang “Maaf” kepada pembantu di rumah ketika saya berbuat salah. Didikan inilah yang membuat saya sampai detik ini selalu bilang “Terima kasih” kepada penjaga gardu ketika bayar tol dan bayar parkir di mall, dan bilang “Sorry” kepada siapapun ketika saya berbuat salah.
Selain karena kebiasaan sejak kecil, saya selalu bilang “Terima kasih” kepada penjaga gardu parkir di mall karena saya sadar bahwa mereka sesungguhnya mungkin tidak ingin bekerja sebagai penjaga gardu. Tapi mereka tetap melakukannya, dan tetap menjalankan Standard Operating Procedure-nya (SOP) yang mengharuskan mereka untuk selalu tersenyum dan mengucapkan, “Terima kasih” ketika memberikan bukti tanda bayar parkir beserta uang kembalian kita. Saya selalu berpikir, “Apa sih susahnya untuk bilang ‘Terima kasih’ sambil senyum balik ke mereka sehingga mereka juga berasa dihormati?” Hal yang sangat mudah untuk dilakukan, tapi sering dilupakan atau bahkan dihiraukan oleh kebanyakan orang.
Di twitter sekali-kali saya ingatkan untuk jangan hanya menghormati Boss anda, tapi hormatilah juga mereka yang ‘di bawah’. Berlatihlah dari hari ini untuk bisa menghormati semua orang tanpa pandang bulu. Dari satpam, office boy, pembantu di rumah, supir,…
ercaya deh, kalau kita sudah berhasil membiasakan untuk melakukan hal ini, untuk bisa menghormati rekan kerja yang levelnya sejajar dengan kita atau yang ada di bawah kita, akan menjadi sangat mudah. Semoga akan semakin banyak pemimpin yang humble, yang mampu untuk menghormati semua orang, tanpa pandang bulu!
Billy Boen
www.billyboen.com
Chief Executive Officer – PT Jakarta International Management & Consulting
Author & Host Radio Show “Young On Top” on Kis 95.1fm Jakarta, setiap Rabu pukul 7-8 malam
Follow me on www.twitter.com/billyboen
Follow “Young On Top” on www.twitter.com/youngontop