A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Umar Juoro




Nama :
Umar Juoro

Lahir :
Solo, Jawa Tengah, 6 Desember 1959

Agama :
Islam

Pendidikan :
- Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (S1; 1985)
- University of the Philippiness (MA in Economics; 1987)
- Boston University, AS (MA in Political Economy; 1992)
- Kiel Institute of World Economics (studi lanjutan dalam bidang ekonomi internasional), Jerman (1993)


Karir :
- Peneliti di LP3ES, Jakarta (1985-1989)
- Peneliti di Institute of Southeast Asian Studies (1992)
- Staf Ahli Komisi V DPR (Fraksi Golkar; 1996-1997)
- Konsultan di Bappenas, PU dan Deperindag, Bank Dunia, ADB, ILO, UNDP dalam periode (1992-1997)
- Asisten Bidang Ekuin Wakil Presiden/Presiden Habibie (1998-1999)
- Staf Ahli Komisi VIII DPR RI (2002)
- Senior Fellow the Habibie Center (2000€“sekarang)
- Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (2000-sekarang)


Kegiatan Lain :
- Dewan Ekonomi Muhammadiyah (2000-2005)
- Dewan Pakar ICMI (2000-2005)
- Dewan Insinyur Persatuan Insinyur Indonesia (2002-2004)


Karya :
- Democratic Development in East and Southeast Asia, Aldershot (UK): Ashgate, 1998
- Masalah Terdepan dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia (1985)


Keluarga :
Ayah : Syahir Irfani Ibu : Siti Khadijah Istri : Yuliana Anak : 1. Jose Akbar Juoro 2. Juan Ahmar Juoro

Alamat Rumah :
Bumi Bintaro Permai HE 25, Jakarta 12320

Alamat Kantor :
Jalan Aditiawarman 40, Jakarta

 

Umar Juoro


Peribahasa €œBak pinang dibelah dua€ tampaknya tak berlaku bagi Umar Juoro dan saudara kembarnya, Amir Sambodo. Meski sejak kecil hingga kuliah mereka selalu bersama, ketika berkarir keduanya menempuh jalan sendiri-sendiri. Umar terjun sebagai peneliti dan pengamat, sedangkan Amir lebih memilih menjadi pegawai biasa di sebuah perusahaan swasta.

Tak cuma itu. Dari segi kegemaran, mereka juga berbeda. Amir menyukai permainan golf, sementara Umar lebih menggemari olah raga yang bersifat tim seperti, bola voli, sepak bola, dan bola basket. Lalu, dari sisi penampilan, mereka bisa dibilang pun agak berbeda selera. €œSaya pakai kumis, Amir tidak,€ tuturnya. €œAmir gemuk, saya lebih suka langsing,€ tambah wong Solo ini.

Masa kecil Umar dihabiskan di sebuah desa terpencil di Boyolali, Jawa Tengah. Ketika menginjak sekolah dasar (SD), ia hijrah ke Ibu Kota. €œSaat itu, orang tua saya yang tentara (Kostrad) pindah dinasnya ke Jakarta,€ tuturnya. Sebagai anak kolong (julukan untuk anak-anak tentara), Umar kecil terbilang badung. Walau begitu, ia selalu juara di sekolah €“ dari SD hingga SMA.

Selain itu, ketika sekolah, Umar juga tergolong aktif. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler diikutinya. Semisal, ia tercatat sebagai ketua OSIS di SMA 9 Jakarta (kini SMA 70). Dan ketika kuliah di ITB, kegiatannya semakin menjadi-jadi. Ia menjadi sekretaris jenderal (sekjen) Keluarga Mahasiswa ITB, aktif di sejumlah unit kegiatan mahasiswa, rajin berpolitik di kampus, dan giat menulis ke sejumlah media massa. Bahkan, paparnya, €œSaya pernah menjadi reporter sebuah majalah di Bandung, yang kini sudah ditutup.€

Rupanya, kegiatan tulis menulisnya berlanjut hingga sekarang. Tulisan-tulisan pengagum Bung Karno dan Albert Einstein itu kerap memenuhi sejumlah media massa. Ia juga telah menulis beberapa buku. Temanya tentang politik dan ekonomi.

Hari-hari penggemar renang itu kini boleh dibilang supersibuk. Selain menjadi peneliti senior di Habibie Center, ia juga tercatat sebagai Ketua Dewan Direktur Center for Information and Development Studies (CIDES) dan Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Lalu, Umar juga anggota Dewan Ekonomi Muhammadiyah dan anggota Dewan Insinyur Persatuan Insinyur Indonesia.

Pengalaman yang paling berkesan bagi Umar Juoro adalah saat menjadi penasehat Presiden Habibie. Betapa tidak, menurut dia, dalam usia masih muda ia sudah dekat dengan pusat kekuasaan €“ menjadi penasehat orang yang jauh lebih tua darinya. Khusus tentang kedekatan dengan kekuasaan, itu sangat menyenangkan baginya. Banyak pelajaran yang diperoleh, meskipun bukan pengambil keputusan. €œKita bisa memberikan kontribusi. Apa yang kita pikirkan bisa kita laksanakan,€ ujarnya.

Beruntung, sang istri tercinta sangat menyokong rangkaian kesibukannya itu. Bagi Umar, istrinya adalah sebagai inspirator dalam kehidupannya. Baik itu untuk urusan kerja atau kesenangan hidup. Lebih jauh, sang istri juga sebagai partner dalam mengambil keputusan, terutama yang bersifat pribadi. €œSaya berpikir, dalam sebuah keluarga keputusan yang diambil akan jauh lebih baik bila merupakan hasil musyawarah dengan istri,€ katanya.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


UKA TJANDRASASMITA | ULLY SIGAR RUSADY | UMAR KAYAM | UMAR WIRAHADIKUSUMAH | USMAN ADMADJAJA | UTOMO JOSODIRDJO | Umar Juoro | Utut Adianto Wahyuwidayat


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq