Klipping - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka

 

Klipping

Idul Fitri dan Pembaruan Komitmen

Oleh Abdul Moqsith Ghazali

“...dalam konteks kebangsaan-kenegaraan kita, kembali ke fitrah berarti kembali ke fitrah dan komitmen awal didirikannya negara ini. Dulu para pendiri negara ini telah bersepakat bahwa Indonesia adalah negara yang berlandas tumpu pada Pancasila-UUD 1945 dan bukan pada ketentuan formal agama. Walau umat Islam adalah umat terbanyak, telah ada konsensus bahwa Indonesia tak hendak dirancang menjadi negara Islam. Piagam Jakarta pun akhirnya dibatalkan. Bahkan, jauh sebelum teks proklamasi diucapkan Bung Karno, tahun 1928 para pemuda Indonesia bersumpah untuk bersatu dalam tiga hal; satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Tak ada sumpah untuk satu agama. Dengan demikian, perilaku sebagian umat Islam yang tak mau menghormati bendera merah putih menunjukkan bahwa mereka tak mengerti komitmen awal kebangsaan itu. Mereka buta huruf mengenai soal-soal kebangsaan walau tak tertutup kemungkinan mereka mengerti soal-soal keislaman. Mereka mengalami defisit pengertian mengenai negara Indonesia. Seharusnya umat Islam tak hanya menguasai dalil-dalil agama, melainkan juga dalil-dalil dalam berbangsa dan bernegara.”

19/09/2011 | Klipping, | Komentar (10) #

Salafisme Sejati Muhammad Abduh

Oleh Akhmad Sahal*

Tulisan ini sebelumnya dimuat secara bersambung di Koran Tempo, 18-20 Agustus 2011.

.....sementara salafisme Wahabi melancarkan takfir (pengkafiran), salafisme Abduh menggalakkan tafkir (pengaktifan pikiran).

Adanya pertentangan dua salafisme tersebut lantas membuat kita bertanya: apa hakekat islam salafi? Kaum Wahabi mengartikannya sebagai sebagai laku ngeblat generasi salaf, dengan menjadikan mereka sebagai model untuk dicontoh secara harfiah. Apapun yang berbeda dari pakem ngeblat mereka langsung dicap bid’ah. Di sini proses sejarah umat dilihat sebagai proses penyimpangan, lantaran menjauhkan Islam dari kemurniannya. Karena itu, Islam mesti dimurnikan kembali setiap saat. Artinya, bagi kaum Wahabi, masa depan umat Islam adalah masa lalu mereka

21/08/2011 | Klipping, | Komentar (5) #

Islam Itu Tidak Sulit

Oleh Akhmad Sahal*

Tulisan ini sebelumnya dimuat di Koran Tempo, 8 Agustus 2011

Islam adalah agama yang mudah dan longgar, bukan agama yang sulit dan sempit. Demikianlah penegasan Rashid Ridla sebagaimana tertuang dalam kitabnya Yusrul Islam wa Ushul at-Tasyri’ al-‘Am (Kemudahan Islam dan Dasar-Dasar Legislasi Umum Hukum Islam). Kitab yang terbit pada 1928 tersebut merupakan sanggahan dari pengarang terhadap dua kubu sekaligus: ulama konservatif yang bersemangat menerapkan syari’ah secara membabibuta dan kaum muslim sekular yang secara gelondongan mau meniru Barat dan mengabaikan syariah sama sekali. Tapi seperti apa kemudahan Islam itu?

11/08/2011 | Klipping, | Komentar (2) #

Menjual Ramadan di Televisi

Oleh Hamid Basyaib

Tulisan ini sebelumnya dimuat di www.kolomkalam.com

Kita bisa tersesat kalau kita menonton televisi hari-hari ini. Kita bakal menyimpulkan bahwa Ramadan bukanlah bulan puasa, melainkan bulan hiburan dan musim banjir hadiah.

11/08/2011 | Klipping, | Komentar (14) #

Sesat Itu Tidak Gampang

Oleh Akhmad Sahal*

Artikel ini sebelumnya dimuat di Koran Tempo, 3 Agustus 2011

Abduh menulis dalam kitabnya Al-Islam wa al-Nashraniyyah: “apabila seorang muslim menyatakan satu pendapat yang kalau dilihat dari seratus sisi tampak kufur, tapi ada satu sisi saja yang terlihat masih dalam iman, maka orang tersebut tidak bisa dicap sebagai kafir.”

08/08/2011 | Klipping, | Komentar (11) #

Membebaskan Islam dari Bin-Ladinisme*

Oleh Novriantoni Kahar*

“Doktrin kedua yang juga sangat penting dalam Bin Ladinisme adalah soal al-wala’ wa al-bara’. Ini doktrin tentang tak boleh terbelahnya loyalitas seorang muslim. Yang pertama dan utama dalam pikiran dan sanubari muslim adalah Islam, terutama Islam Bin-Ladinisme. Loyalitas (al-wala’) terhadap Islam tak boleh terbelah. Dengan loyalitas itu, seorang muslim harus membebaskan diri dari favoritisme lainnya (bara’). Seorang muslim hanya boleh mengidolakan Allah dan rasulnya, tak boleh ikut-ikutan mengidolakan Justin Bieber, David Beckham, dan Lady Gaga.”

12/05/2011 | Klipping, | Komentar (19) #

Radikalisasi dan Deradikalisasi

Oleh Ulil Abshar-Abdalla*

Dimuat di Jurnal Nasional, 3 Mei 2011

.... dibutuhkan “jihad intelektual” yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan pemahaman keagamaan yang toleran, pluralistik, dan berwawasan terbuka. Sikap keagamaan yang tertutup dan membenci perbedaan potensial berkembang lebih jauh menjadi sikap mengeras melawan mereka yang dianggap “di luar” kelompok sendiri.

Jihad ini membutuhkan topangan dari dua pihak sekaligus. Pertama, dari pihak pemerintah dalam bentuk dukungan terhadap golongan-golongan keagamaan yang moderat, serta tindakan tegas bagi mereka yang hendak mengembangkan “wacana kebencian” terhadap kelompok yang berbeda. Kedua, pihak tokoh-tokoh agama dan kelompok-kelompok sipil dalam masyarakat. Mereka juga mempunyai peran penting untuk menyediakan lahan subur bagi berkembangnya paham yang toleran.

03/05/2011 | Klipping, | Komentar (32) #

Menahan Laju Negara Islam Indonesia

Oleh Abdul Moqsith Ghazali

Dimuat di Media Indonesia, 2 Mei 2011

..... terang perbedaan kapasitas intelektual antara Kartosuwirjo di satu pihak dan Maududi-Sayyid Quthb di pihak lain. Kartosoewirjo tak mengkriya karya-karya intelektual yang menjelaskan landasan pokok dan kerangka konsepstual NII. Sejauh pengetahuan saya, Kartosoewirjo tak mensistematisasikan pemikiran politiknya dalam buku utuh. Ketiadan rujukan ideologis dari sang proklamator NII ini menyebabkan para pelanjut gerakan NII seperti ayam kehilangan induk. Tak ada tokoh kedua apalagi ketiga yang berperan penting setelah Kartosoewirjo laksana Sayyid Quthb setelah Hasan al-Banna.

Kartosoewirjo memiliki kesamaan dengan Hasan al-Banna, Sayyid Quthb, dan Maududi hanya dalam proses kematiannya. Mereka mati karena dibunuh. Pada tanggal 12 Pebruari 1949, Hasan al-Banna dibunuh oleh oleh polisi rahasia Mesir. Pada tahun 1966, Sayyid Quthb dibunuh dengan tuduhan makar terhadap pemerintah Mesir. Hal yang sama dialami Kartosoewrijo. Pengadilan Mahadper, 16 Agustur l962, memutuskan bahwa Kartosoewirjo telah makar terhadap NKRI. Atas dasar itu, Kartosoewirjo dihukum mati.

03/05/2011 | Klipping, | Komentar (17) #

Terorisme Versus Islam

Oleh Saidiman Ahmad

Dimuat di Koran Tempo, 25 April 2011

Yang bisa kita katakan adalah bahwa “jihad” telah mengalami manipulasi makna yang sangat serius menjadi “perang suci.” Manipulasi itu muncul dalam dua level. Pertama, kata “jihad” sama sekali tidak bermakna “perang suci” melainkan “perjuangan” atau “kesungguhan hati.” Kedua, konsep perang suci juga tidak ditemukan dalam tradisi ajaran Islam. Tidak pernah ada istilah “al-harb al-muqaddas” dalam tradisi Islam.

27/04/2011 | Klipping, | Komentar (15) #

Malcolm X

Oleh Goenawan Mohamad

Catatan Pinggir, Majalah Tempo, 18 April 2011

Di sekitar Ka’bah, kebencian yang memenjarakannya selama ini tampak tak punya dasar yang kekal. Tak bisa kedap. Apa sebenarnya “musuh”? Jika “ras” yang menjadikan sejarah manusia sebuah permusuhan, apa arti “ras”? Tidakkah itu wacana yang – seperti wacana perbedaan lain – dikekalkan nafsu dan ketakutan manusia, diubah jadi alasan untuk saling menaklukkan, hingga dunia seperti sebuah kutukan?

Malcolm X pulang ke Amerika sebagai orang yang berubah. Kini namanya Malik El-Shabazz. Ia tetap yakin, Islam bekerja untuk keadilan. Namun itu berarti Islam mengakui apa yang universal dalam perjuangan itu: keadilan hanya berarti keadilan jika berlaku untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri.

22/04/2011 | Klipping, | Komentar (9) #
Halaman: 1 dari 11  1 2 3 >  Last ›

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq