A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

UMAR WIRAHADIKUSUMAH




Nama :
UMAR WIRAHADIKUSUMAH

Lahir :
Sumedang, Jawa Barat, 10 Oktober 1924

Agama :
Islam

Pendidikan :
-ELS (1942)
-Seinendojo, Tangerang (1943)
-Pendidikan Peta (1944)
-Sekolah Staf Komando Angkatan Darat, Bandung (1955)
-SMA C, Bandung (1957)
-Unpad, Bandung (tidak selesai, 1957)
-Seskoad (1963)


Karir :
-Mandor perkebunan karet Jatinangor, Sumedang
-Danton TKR, Tasikmalaya (1942-1943)
-Komandan TKR Cicalengka (1945)
-Menumpas pemberontakan komunis di Cirebon, Brebes, Tegal (1946-1947)
-Komandan Brigade I, Cirebon (1947)
-Komandan Brigade IV, Solo (1948-1949)
-Menumpas pemberontakan PKI, Madiun (1948)
-Asisten Operasi Kodam VI/Siliwangi (1951)
-Menumpas pemberontakan PRRI (1958)
-Pangdam V/Jaya (1960-1965)
-Pangkostrad, merangkap Panglima Komando Mandala Siaga (Kolaga), 1965-1967
-Wakil Kasad (1967-1969)
-Kepala Staf Angkatan Darat (1969-1973)
-Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (1973-1983)
-Wakil Presiden Republik Indonesia (1983-sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Gatot Subroto 9, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
Jalan Merdeka Selatan 6, Jakarta Pusat

 

UMAR WIRAHADIKUSUMAH


Mengesankan seorang yang pendiam, jarang bergurau, tetapi Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah ternyata sangat gesit. Tugas yang diembannya, antara lain, mengawasi pelaksanaan pembangunan nasional, membuat si pendiam ini banyak melakukan kunjungan mendadak ke daerah-daerah. Inspeksi mendadak (Sidak) itulah yang mewarnai kepemimpinan Umar belakangan ini.

Misalnya kunjungan Sidak ke Jawa Timur, Mei 1984. Menggunakan pesawat khusus TNI-AU, rencana semula rombongan Wakil Presiden mendarat di Lanuma Abdurahman Saleh, Malang. Tetapi, cuaca buruk, dan pesawat hanya bisa mendarat di Juanda, Surabaya. Maka, pesawat heli yang menunggu di Lanuma Abdurahman Saleh, dipanggil ke Juanda. Menunggu kedatangan heli, lebih dari 40 menit, Umar Wirahadikusumah tidak beranjak dari pesawat, khawatir orang tahu, sehingga kunjungan Sidak bisa bocor.

Dengan jip Landrover, ia meninjau sejumlah pabrik gula, dan berdialog dengan para petani tebu. Sementara dia berdialog, seseorang disuruhnya membeli nasi bungkus. Dalam perjalanan dari pabrik ke pantai, di mobil, Umar menyantap nasi bungkus itu.

Di pantai Pasuruan, seorang pejabat setempat ingin mendampingi Wakil Presiden ketika berdialog dengan nelayan. Dengan halusnya sang pejabat itu ditolak Umar. Umar ingin para nelayan berbicara apa adanya, tanpa rasa takut terhadap pejabat setempat.

Suatu hari di bulan Agustus, tahun yang sama, warga Kota Banjarmasin kaget menerima kedatangan Wakil Presiden secara tiba-tiba. Umar meninjau Universitas Lambung Mangkurat, lokasi transmigrasi khusus PIR perkebunan, dengan naik mobil umum. Sopir bis, beberapa saat kemudian baru sadar, penumpangnya ternyata orang kedua di republik ini. Banyak lagi kisah perjalanan Sidak Wakil Presiden yang unik-unik, yang membuat pejabat di daerah panik. Tahun 1985, beberapa kunjungan yang bisa dicatat unik, misalnya, di Kabupaten Goa, Sulawesi Selatan, di Semarang, Jawa Tengah, juga di Medan.

Umar tidak mencari-cari kesalahan. Ia hanya ingin laporan dari tangan pertama. Jenderal purnawirawan yang menolak disebut angker ini memang dikenal "bersih", dan karena itu ingin memberi contoh ke daerah. Mobil pribadinya adalah Mercedes tahun 1971 yang, konon, hadiah TNI-AD tatkala ia mengakhiri jabatannya sebagai Kepala Staf, 1973.Lahir dalam suatu keluarga besar yang tergolong bangsawan, ibunya adalah Rd. Ratnaningrum, putri Patih Demang Kartamenda di Bandung. Ayahnya, R. Rangga Wirahadikusumah menjabat Wedana Ciawi, Tasikmalaya, sampai Jepang datang. Umar anak bungsu dari Ny. Ratnaningrum, yang melahirkan 5 anak, tetapi 2 di antaranya meninggal. Rangga kemudian menikah lagi dengan R. Djuhaeni. Mereka mempunyai sebelas anak.

Setelah tamat Europesche School (ELS), 1942, Umar meneruskan sekolahnya di MULO sambil ikut pendidikan Seinendojo di Tangerang selama 8 bulan. Setamat itu, ia meneruskan pendidikan militernya ke Peta di Bogor selama 6 bulan. Ia kemudian menjabat komandan peleton di Tasikmalaya selama setahun, kemudian dipindahkan ke Pangandaran.

Umar mendirikan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Cicalengka pada 1 September 1945, dan ia menjabat komandannya. Awal 1946, ia diangkat menjadi wakil kepala staf Resimen X Tasikmalaya dengan pangkat kapten. Itulah awal kariernya dalam ABRI.

Pangkat Umar naik menjadi mayor pada 1 Maret 1948. Sebagai komandan batalyon tahun itu, ia ikut dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun. Agaknya, Umar memang ditakdirkan banyak bertempur. Sebagai komandan Resimen Tempur Siliwangi pada 1958, bersama pasukannya, ia mendarat di Medan, lalu menyusup hingga Sumatera Barat, menumpas PRRI. Tatkala itu ia menyandang pangkat letnan kolonel.

Sekembalinya, ia diangkat menjadi komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB) Jakarta Raya. Dua pekan setelah menyandang pangkat kolonel, Umar menjabat Pangdam V/Jaya. Di masa itulah peranan Umar menonjol, karena sebagai Pangdam dan Penguasa Pelaksana Dwikora Daerah Jakarta Raya, ia membekukan segala bentuk kegiatan PKI dan ormas-ormasnya setelah pemberontakan G- 30-S/PKI itu.

Nama Umar Wirahadikusumah terus menanjak. Pada 1 Desember 1965, ia menjabat Panglima Kostrad menggantikan Mayjen Soeharto. Kariernya menanjak lagi menjadi KSAD, 1969, setelah dua tahun sebelumnya magang sebagai Wakil Panglima Angkatan Darat. Jabatan KSAD dilepasnya 1973, saat Umar kembali menjadi orang sipil. Ia diangkat sebagai Ketua Bapeka.

Banyak yang tidak menduga, lelaki yang menguasai bahasa Inggris dan Belanda ini terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi Pak Harto. Ia rajin sembahyang. Ketika membuka rapat kerja Departemen Agama di Jakarta, Maret 1985, Umar meminta agar khotbah dapat menciptakan budaya, malu dan perasaan berdosa terhadap perbuatan korupsi dan penyelewengan lain. Adalah Umar Wirahadikusumah yang menginstruksikan, supaya kasus korupsi di Dispenda Bogor diusut sampai tuntas.

Ayah dua putri, yang tetap suka makan lalap, ini tidak suka pesta atau menonton film. Menikah dengan Karlina, 2 Februari 1957, Umar kini meninggalkan kegemarannya bermain sepak bola dan tenis. Sejak 1974, ia bermain golf.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


UKA TJANDRASASMITA | ULLY SIGAR RUSADY | UMAR KAYAM | UMAR WIRAHADIKUSUMAH | USMAN ADMADJAJA | UTOMO JOSODIRDJO | Umar Juoro | Utut Adianto Wahyuwidayat


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq