Manifesto OKI
Oleh Novriantoni
Saya berandai-andai, skenario seperti ini akan terjadi. Semua negara berpenduduk mayoritas muslim kompak berkumpul di sebuah pertemuan semacam Organisasi Konferensi Islam (OKI) guna membahas langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menanggapi kebiadaban Israel saat ini.
Saya berandai-andai, skenario seperti ini akan terjadi. Semua negara berpenduduk mayoritas muslim kompak berkumpul di sebuah pertemuan semacam Organisasi Konferensi Islam (OKI) guna membahas langkah-langkah yang perlu ditempuh guna menanggapi kebiadaban Israel saat ini. Dari pertemuan itu, secara ajaib mereka sepakat mengeluarkan Manifesto OKI yang tercatat sebagai pesan OKI paling bertenaga, menyentuh, dan ikut mendorong percepatan kemerdekaan Palestina dari Israel, persis seperti rekomendasi Konferensi Asia Afrika (KAA) yang mengilhami kemerdekaan banyak negara berkembang di tahun 1960-an. Jika pengandaian ini boleh diteruskan, rumusannya saya buat begini:
Buat nurani-nurani kemanusiaan yang masih hidup di Israel sana dan di Amerika....
Salam perdamaian,
Kami, negara-negara yang tergabung dalam OKI, dengan ini memaklumkan sudah perlunya memilih jalur jihad melawan Israel dan Amerika, demi tegaknya kemanusiaan bangsa Palestina. Kami telah lelah menyaksikan didukungnya kesemena-menaan Israel oleh Amerika, baik berupa pasokan senjata-senjata pembunuhan manusia-manusia tak berdosa di Palestina dan Lebanan sana, maupun di meja-meja perundingan yang menjadi ajang pembenarannya.
Kami sudah letih menghadapi tekanan publik dalam negeri kami, agar aspirasi mereka soal konflik Arab-Israel tersalurkan secara lebih efektif, berhasil nyata, bukan hanya retorika. Kami tak kuasa lagi membendung gelombang mujahidin yang tak mampu menahan amarah mereka untuk terbang ke Israel sana guna menyapa bangsa yang terbukti hanya paham bahasa senjata. Untuk itu, mohon maaf kalau kami suatu saat terpaksa memfasilitasi mereka untuk sampai kesana, betapapun konyolnya itu dipandang dunia. Sebab mereka sudah tahu, badan-badan yang berwenang untuk menjaga perdamaian dunia, pun sudah juga Anda sandera.
Kami tak peduli lagi jika dicap mensponsori terorisme, karena terorisme yang sesungguhnya, dengan cara yang jauh lebih sistematis dan makan lebih banyak korban, telah dilakukan Israel secara amat rasialis, dan hampir selalu dibenarkan Amerika, sejak pertengahan abad lampau. Sudah pupus kesabaran kami untuk menyaksikan diindahkannya hak-hak bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat di darat, laut, dan udaranya sendiri, sampai di milenium ketiga ini.
Ketahuilah, cara-cara moderat yang sedapat mungkin kami tempuh dalam menyikapi tontonan pelecehan nilai-nilai kemanusiaan Palestina dan tetangga-tetangganya oleh Israel yang berdaya dan didukung kekuatan adidaya, telah cukup lama menyiksa batin kemanusiaan kami.
Di dalam negeri, kami sudah tak tahan mendengar ejekan kaum esktremis sebagai rezim-rezim banci dan agen-agen kapitalisme global, hanya karena kami selalu menempuh jalur moderasi dan berusaha bijak dalam menanggapi isu-isu Palestina. Engkau Isreal dan Amerika, pasti tahu pasti bahwa ekstremisme dan terorisme yang kini menghantui dunia, tak lain juga buah dari ketidakadilan yang kalian pertontonkan secara telanjang, baik di Tepi Barat dan Jalur Gaza, maupun di meja perundingan yang curang dan culas di Washington dan Camp David sana.
Tahukah Anda siapa yang sebenar-sebenarnya paling menderita karena ulah para ekstremis dan teroris itu?! Para teroris itu, telah berulang-ulang melakukan aksinya di medan yang salah, karena counter-terrorism yang hendak mereka tujukan pada Anda, berulang-ulang kami cegah, sehingga tak sejengkalpun menginjak tahan Anda, kecuali sekali-dua.
Akhirnya, mereka membom Bali, Jakarta, Kairo, Jeddah, Beirut, Bombai, bahkan London dan Madrid, kota-kota yang tak sepenuhnya terkait ulah Anda. Hampir tak terhitung jumlah bom yang sudah mereka ledakkan di Baghdad, Karbala, Tikrit, Bashrah, dan kota-kota Irak lainnya, dan itu demi melawan Anda. Di negeri kami, karena tindakan amanusiawi seperti itu, mereka telah pula kami hukum. Bagi kami, itu semata-mata demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Tapi, mereka menuduh kami sedang membela Anda.
Pernahkah terpikir oleh Anda bahwa semua itu mereka lakukan karena akar persoalannya masih Anda abaikan dan ingkari; tak kunjung menarik minat Anda untuk diselesaikan?! Selagi pengakuan hak-hak bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat di darat, laut, dan udaranya, selalu Anda hambat, yakinlah bahwa terorisme akan selalu menghantui dunia. Kalau itu belum terselesaikan, usaha kami yang tertatih-tatih untuk menguatkan dan membudayakan iklim toleransi, moderasi, dan perdamaian, baik di negeri kami maupun di dunia ini, hanya akan sia-sia belaka.
Karena itu, hentikan horor ketidakadilan ini, atau dunia akan jadi neraka yang tak hanya mengusik kenyamaman hidup kami, tapi juga Anda dan dunia umumnya! Stop berilusi bahwa kekuatan senjata akan selalu mampu menaklukkan batin segolongan manusia untuk bebas dari penjajah. Andai nurani Anda masih menyala, kami bersedia menjadi mitra percepatan kemerdekaan Palestina dan pembentukan tatanan dunia yang lebih berkeadilan dan berkemanusiaan. Mungkin impian kita sama, yaitu menciptakan dunia yang nyaman ditempati, tidak hanya oleh Yahudi, tapi juga Muslim, Kristen, Konfusius, Hindu, Budha; dari segala ras, segala bangsa, dan segala agama.
Mustahilkah mewujudkan impian itu?! Salam damai, OKI. []
Komentar
Jika Negara-negara Islam Timur Tengah bersatu, Israel tidak ada apa-apanya. Senjata OKI adalah MIGAS, 75 persen Migas Dunia berasal dari Timur Tengah. Hentikan eksport Midas sebulan saja, maka Negara2 Barat menangis. Yg paling menyedihkan, Migas punya Negara2 Arab, yg atur Amerika Serikat, itulah Kebodohan Liga Arab khususnya dan Timur Tengah pada umumnya.
-----
SEBAIKNYA MEREKA JANGAN HANYA MEMPERHATIKAN SIKAP GARANG DARI YANG RADIKAL TETAPI TERIMA PULA ULURAN TANGAN SERTA SENYUM PERSAUDARAAN DARI KITA, YANG SERING TERABAIKAN OLEHNYA.
- Putra, Gatot Subroto jakarta Pusat
semoga setiap agama saling mengulurkan tangan persaudaraan. yang muslim sebagai mayoritas hendaknya lebih banyak mengulrkan tangan persaudaraannya, dan “yang lain sebagai minoritas” hendaknya tetap juga mengulurkan tangan persaudaraannya walaupun jumlahnya terbatas. hilangkan niatan islamisasi, kristenisasi, hinduisasi, budhaisasi, dll. hilangkan prasangka bahwa akan terjadi islamisasi, kristenisasi, hinduisasi, budhaisasi, dll. NEGARA : tolong jamin kehidupan semua umat beragama di Indonesia ini. semua tanggung jawab awal mula ada di pundak NEGARA! Negara tidak boleh berpihak/mengalah pada salah satu agama! Negara tidak boleh berpikir/melakukan diskriminasi, walaupun mungkin individu-individu ada yang berpikir dan bertindak diskriminasi. Negara harus ada di atas semua agama, walaupun mungkin resikonya Negara menjadi musuh agama. Di daerah yang mayoritas agama tertentu, pendirian tempat ibadah agama lain sebagai sarana “membina umat” hendaknya dijamin, jika ada yang merusak, mengusir itu harus di tindak tegas! jangan cuma bisa bisa melarang membangun tempat ibadah, tetapi tidak bisa memberikan solusi “dimana membangunnya” karena tempat ibadah itu adalah untuk umat beragama “sesama warga bangsa Indonesia”. Jangan bawa kasus Israel-Palestina sebagai “Other Vs Islam” karena hanya akan meredusir masalah universal-nya yaitu “Pelanggaran Hak Asasi Manusia”.
Bung, Manifesto seperti ini sangatlah bermanfaat bagi kesejahteraan dan keamanan dunia, tapi jadi tidak berguna apabila harus dideklariskan oleh negara2 yang membawa atawa mengatas namakan agama. Sebenarnya mengapa perang ini tidak pernah selesai selesai ? Jawabannya adalah, perang seperti ini selalu langsung ditarik ke wilayah agama oleh orang-orang yang dungu yang mengakibatkan terjadinya penarikan dukungan dari negara2 yang tidak berhubungan dengan Islam. Apabila manisfesto ini dilahirkan oleh negara2 pencinta damai, mengapa tidak.... Saya lebih yakin hasilnya akan tercapai bila manifesto ini dilahirkan bukan dari negara2 OKI.
Bung, dunia ini sudah alergi dengan kata2 OKI, cuma ngga kelihatan aja. Jauh sebelum perang ini berkecamuk, teror ada dimana-mana dengan dalih keadilan. Keadilan apa ? Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Maroko, Libya dan banyak negara penghasil minyak lainnya bergelimang kekayaan dari hasil minyak. Apakah mereka perduli dengan negara2 yang lain. Bila mereka perduli, itu baru 5-10 tahun belakangan ini. Kemudian bicara mengenai keadilan....jangan suka minta keadilan dari negara lain, ngga baik itu. Berusahalah dengan sekuat tenaga dan bina hubungan internasional yang baik dan jauhi korupsi dan nepostisme, maka semuanya paling tidak bisa BERDIKARI. Sebagai orang berpendidikan mari kita bina pola pikir masyarakat ini dengan memberikan informasi yang benar. Kata2 kEADILAN itu berasal dari orang yang tidak beragama. Terima kasih,
Artikel Saudara Novri memang tepat ketika diawali dengan kata “berandai-andai”. Sebuah ekspresi yang memang tercabut dari fakta yang sebenarnya. Sentimen kolektif di level muslim dunia amat lemah. Negara-negara Islam tampak pasrah dengan ketidakberdayaan ini. Saudi Arabia, Mesir dan negara Islam lainnya yang bersifat pengecut dan tolol itu, telah menanggung dosa sejarah yang mereka torehkan dengan cara “menyembah” Amerika, the real devil. Apalagi PBB, lembaga internasional yang paling “pengecut”, tak punya nyali, tak layak hidup. lembaga yang selama ini mengaku memperjuangkan perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan ini tak layak hidup. Kofi Anan, dan pendukung terorisme lainnya tampak jelas telah kehilangan nurani dan spirit humanisnya. La’natullah Alaihi!!!
Saya setuju Menifesto dari OKI yang dicetuskan oleh Bapak Novriantoni, itu manifesto yang sangat-sangat mulia, tetapi menurut saya ini langkah yang identik dengan apa yang disebut sebagai “bagaikan melempar garam di lautan” artinya manifesto ini sangat-sangat sia-sia. Tetapi untuk Bapak Novriayanto, tidak perlu bersedih hari, karena ini adalah masa perang (yang dicetuskan oleh Bush dengan slogan PERANG MELAWAN TERORIS). Dalam masa perang, ya memang demikian adannya. kalau kita lihat tanggapan oleh Rahmat Gunawan tentang “Muhammadiah” dalam situs JIL ini beberapa waktu lalu, maka Masalah perang ini belum berarti apa-apa. jadi Perang antara kubu anti teroris (USA dan sekutu) melawan teroris (Islam) belum mencapai puncak karena yang mati masih dibawah 10.000 orang. katanya di Vietnam yang mati 6 juta (4 Juta komunis Vietnam dan 2 juta non-komunis Vietnam), dalam perang dingin justru Amerika bersatu dengan Islam melawan Komunisme. dalam perang dunia kedua yang mati katanya 52 juta orang dengan terbanyak orang protestan eropa, termasuk didalamnya 6 juta yahudi dibantai nazi. katanya dalam perang dunia pertama yang mati cuman 34 juta, dengan kematian terbanyak protestan eropa. dalam perang saudara di Amerika antara pasukan Union atau pasukan Lincoln dari Utara melawan pasukan konfederasi Selatan pimpinan Jenderal Lee, yang mati cuman 1,5 juta dengan korban luka-luka hanya 15 juta. dalam perang Salib yang sangat lamapun cuman 3 juta tentara Islam dan tentara Salib yang tewas. jadi ini adalah BIASA. kata Soekarno “biasa dalam revolusi...”. mungkin ada benarnya (walaupun ada juga salahnya) tulisan dari Gunawan itu bahwa ini hanya ESTAFET KEBENCIAN. jadi hari ini Amerika benci ISlam, walaupun kemarin suka Islam (jaman Ronald Reagen dalam masa perang dingin), entah besok siapa yang dibenci Amerika, mungkin masih Islam, Korea Utara, Kuba, China dan lain-lain. Jadi untuk Bapak Novriantoni… Bapak tenag-tenag ajalah, tidur saya yang nyenyak… ini BIASA… kematian masih dibawah 10.000 jiwa
Komentar Masuk (13)
(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)