Muslim Ahmadiyah Cisalada - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
06/10/2010

Muslim Ahmadiyah Cisalada

Oleh Saidiman Ahmad

Aksi kekerasan yang dilakukan kepada jemaat Muslim Ahmadiyah tidak pernah dilakukan secara spontan. Ada proses pengumpulan massa dan provokasi. Aparat negara mestinya bisa mencegah kekerasan sejak dini, yakni membubarkan pengumpulan massa yang bertujuan memprovokasi tindak kekerasan. Dalam semua pengumpulan massa untuk membubarkan Muslim Ahmadiyah, selalu terjadi kampanye kebencian dan permusuhan terhadap jemaat tersebut. 

Di Cisalada, 1 Oktober 2010, Pancasila tidak menunjukkan kesaktiannya. Sekelompok orang dengan sengaja menginjak-injak wibawa dasar negara. Mereka dengan semena-mena melakukan aksi kekerasan atas nama kebencian terhadap kelompok Muslim Ahmadiyah. Tuah Pancasila sebagai perekat kemajemukan tiba-tiba terasa hambar oleh kebengisan sekelompok warga. Aparat keamanan, yang semestinya menjadi garda depan pengawal kewibawaan Pancasila, tidak mampu—mungkin tidak mau—berbuat banyak. Mereka datang ke lokasi kejadian satu setengah jam setelah memperoleh laporan dari warga Muslim Ahmadiyah. Aparat keamanan bahkan terlihat sangat lemah ketika langkah mereka melakukan pengamanan dihadang warga penyerang. Satu masjid, lima rumah, satu mobil dan dua sepeda motor dibakar. 17 rumah warga lainnya dirusak dan dijarah. Warga Muslim Ahmadiyah yang rumahnya rusak dan terbakar terpaksa mengungsi.

Kekerasan terhadap jemaat Muslim Ahmadiyah sudah berulang kali terjadi. Di desa Manislor, Kuningan, Jawa Barat, tiga ribu warga Ahmadiyah terus waspada atas ancaman serangan yang bisa terjadi setiap saat. Di Mataram, Nusa Tenggara Barat, sudah sejak lama ratusan warga Ahmadiyah mengungsi. Rumah dan tempat ibadah mereka berkali-kali dirusak dan dibakar. Mereka dilarang kembali ke kampung tempat lahir mereka.

Kekhawatiran warga Muslim Ahmadiyah atas ancaman tindak kekerasan sangat beralasan. Hampir semua serangan yang mereka alami tidak memperoleh penanganan yang serius dari aparat negara. Di Manislor dan Bogor, warga Ahmadiyah mesti mempertahankan sendiri nyawa dan harta bendanya yang terancam. Sementara penyerang selalu sangat leluasa mengorganisir diri melakukan aksi.

Aksi kekerasan yang dilakukan kepada jemaat Muslim Ahmadiyah tidak pernah dilakukan secara spontan. Ada proses pengumpulan massa dan provokasi. Aparat negara mestinya bisa mencegah kekerasan sejak dini, yakni membubarkan pengumpulan massa yang bertujuan memprovokasi tindak kekerasan. Dalam semua pengumpulan massa untuk membubarkan Muslim Ahmadiyah, selalu terjadi kampanye kebencian dan permusuhan terhadap jemaat tersebut. Undang-undang PNPS tahun 1965 secara tegas menyatakan bahwa kampanye kebencian dan permusuhan terhadap satu kelompok masyarakat dilarang. Para pelakunya mesti ditangkap dan dikenai sanksi hukuman maksimal 5 tahun penjara sesuai KUHP Pasal 156 A.

Alih-alih mencegah potensi kekerasan dengan menangkap dan membubarkan kampanye kebencian dan permusuhan, aparat negara justru sangat sering mengkriminalkan korban. Masjid-masjid dan sarana pendidikan Muslim Ahmadiyah disegel. Mereka dilarang menyebarkan dakwah kebaikan.

Setidaknya ada dua prasyarat utama untuk menyelesaikan persoalan kekerasan yang tak berkesudahan ini. Pertama, masyarakat yang toleran. Kedua, adanya efektifitas dan kemampuan negara dalam melindungi setiap warga. Sayang sekali kita tidak punya keduanya.

06/10/2010 | Editorial | #

Komentar

Komentar Masuk (36)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

kepada imron

saya sangat setuju dengan anda,kalau memang para kaum ahmadiyah itu tidak yakin kepada ajaran agama islam silahkan mereka mencari agamanya sendiri yang mereka yakini,akan tetapi ketika mereka mengatakan bahwa mereka adalah seorang muslim ahmadiyah inilah yang menjadi permasalahan bagi umat islam,mereka menyatakan bahwa ada nabi lain setelah nabi Muhammad,ajaran ini tentu sangat bertentangan dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an yang umat islam imani,dalam islam nabi Muhammad merupakan nabi penutup bagi para nabi dan tidak ada seorang nabi pun setelahnya,ungkapan ini tentu sangat menyakiti umat islam yang mengatakan ada nabi setelah nabi Muhammad padahal dalam ajaran islam yang menyatakan Muhammad adalah nabi terakhir merupakan sesuatu yang sudah qath’i tidak ada perbedaan bagi para ulama,kalau mereka menyatakan bahwa ahmadiyah adalah agama tersendiri selesai persoalan,umat islam pun akan menghormatinya seperti agama-agama lainnya yang diluar islam.Wallahu A’lam

Posted by rifki akbar  on  11/18  at  03:25 PM

kepada annisa bin fajar
saya heran dengan logika pemikiran anda,dari sekian panjang tulisan anda begitu banyak kerancuan pemikiran,pertama anda mengatakan kalau anda mengetahui ungkapan “arogan” itu hanya anda dengar dari orang tua,ulama,Al-Qur’an,dari sistematika kalimat tersebut sangat nampak bahwa anda begitu amat menafikan Al-Qur’an,kalau anda sudah mengetahui Islam adalah agama penyempurna dan Muhammad adalah penutup para nabi berasal dari ungkapan ayat Al-Qur’an dengan demikian kata “arogan” yang anda sematkan kepada saya sudah salah tujuan,bagi UMAT ISLAM Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia untuk mengajarkan bagaimana cara penyembahan manusia kepada Tuhannya yakni Allah SWT dengan secara BENAR,Al-Quran merupakan kitab suci yang menjadi salah satu dari lima pilar keimanan bagi UMAT ISLAM yang WAJIB di imani tanpa KERAGUAN sedikitpun karena lima pilar iman inilah yang membedakan UMAT ISLAM dengan umat yang lain.kerancuan kedua anda mengatakan bahwa manusia tidak boleh mengklaim agamanya lah yang paling benar,disini anda berusaha untuk menyusupkan paham skeptisisme yang oleh para ulama paham tersebut penuh dengan permasalahan dalam logika pemikiran.seseorang dalam memeluk agamanya bertujuan agar dia memperoleh sesuatu yang BENAR dalam hidupnya dan tidak terjerumus kedalam sesuatu hal yang SALAH,sementara paham skeptisisme yang anda coba ajukan adalah hanya untuk membenarkan keraguan dan meragukan kebenaran yang pada akhirnya kita hanya akan berada dalam pola pemikiran “ragu-ragu” dan jadilah kita pemeluk “agama ragu-ragu” yang dalam literatur filsafat yunani kuno sikap mental seperti ini dinamakan arrepsia (bimbang atau sangsi) dan aoristia (bingung,tidak bisa memutuskan).Hal ini justru sangat bertentangan dengan ajaran agama islam,Islam datang adalah untuk megajarkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan alam semesta ini hanya satu yaitu Allah SWT dan tidak bermanifes menjadi tiga,kita mengetahui bahwa dunia ini hanya bersifat sementara, seseorang akan mampu untuk tidak bingung,tidak bimbang,tidak sangsi,bisa mengambil keputusan,tidak terjebak kedalam keraguan dan tidak berada dalam pemikiran yang abu-abu terhadap suatu persoalan.
dengan sikap eksklusivitas inilah yang justru memberikan keyakinan pada manusia bahwa agama yang dianutnya adalah benar,manusia akan semakin giat untuk melakukan ritual keagamaan seperti yang diajarkan agamanya karena dia meyakini ke-eksklusivitas-an kebenaran dalam agamanya.Wallahu A’lam

Posted by rifki akbar  on  11/18  at  03:06 PM

kepada annisa bin fajar
saya heran dengan logika pemikiran anda,dari sekian panjang tulisan anda begitu banyak kerancuan pemikiran,pertama anda mengatakan kalau anda mengetahui ungkapan “arogan” itu hanya anda dengar dari orang tua,ulama,Al-Qur’an,dari sistematika kalimat tersebut sangat nampak bahwa anda begitu amat menafikan Al-Qur’an,kalau anda sudah mengetahui Islam adalah agama penyempurna dan Muhammad adalah penutup para nabi berasal dari ungkapan ayat Al-Qur’an dengan demikian kata “arogan” yang anda sematkan kepada saya sudah salah tujuan,bagi UMAT ISLAM Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia untuk mengajarkan bagaimana cara penyembahan manusia kepada Tuhannya yakni Allah SWT dengan secara BENAR,Al-Quran merupakan kitab suci yang menjadi salah satu dari lima pilar keimanan bagi UMAT ISLAM yang WAJIB di imani tanpa KERAGUAN sedikitpun karena lima pilar iman inilah yang membedakan UMAT ISLAM dengan umat yang lain.kerancuan kedua anda mengatakan bahwa manusia tidak boleh mengklaim agamanya lah yang paling benar,disini anda berusaha untuk menyusupkan paham skeptisisme yang oleh para ulama paham tersebut penuh dengan permasalahan dalam logika pemikiran.seseorang dalam memeluk agamanya bertujuan agar dia memperoleh sesuatu yang BENAR dalam hidupnya dan tidak terjerumus kedalam sesuatu hal yang SALAH,sementara paham skeptisisme yang anda coba ajukan adalah hanya untuk membenarkan keraguan dan meragukan kebenaran yang pada akhirnya kita hanya akan berada dalam pola pemikiran “ragu-ragu” dan jadilah kita pemeluk “agama ragu-ragu” yang dalam literatur filsafat yunani kuno sikap mental seperti ini dinamakan arrepsia (bimbang atau sangsi) dan aoristia (bingung,tidak bisa memutuskan).Hal ini justru sangat bertentangan dengan ajaran agama islam,Islam datang adalah untuk megajarkan kepada manusia mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar mana yang salah, kita dapat mengetahui bahwa Tuhan alam semesta ini hanya satu yaitu Allah SWT dan tidak bermanifes menjadi tiga,kita mengetahui bahwa dunia ini hanya bersifat sementara, seseorang akan mampu untuk tidak bingung,tidak bimbang,tidak sangsi,bisa mengambil keputusan,tidak terjebak kedalam keraguan dan tidak berada dalam pemikiran yang abu-abu terhadap suatu persoalan.
dengan sikap eksklusivitas inilah yang justru memberikan keyakinan pada manusia bahwa agama yang dianutnya adalah benar,manusia akan semakin giat untuk melakukan ritual keagamaan seperti yang diajarkan agamanya karena dia meyakini ke-eksklusivitas-an kebenaran dalam agamanya.Wallahu A’lam

Posted by rifki akbar  on  11/18  at  03:06 PM

buat @rifki Akbar.

Kalo Anda percaya Allah tidak picik, maka mestinya anda yakin bahwa agama yang diturunkan-Nya juga gak memiliki konsep yang picik. Nah, carilah itu.

Bandingkan, sistem ajaran mana yang paling sesuai dengan akal jujur manusia, sekurang-kurangnya akal Anda sendiri. Buat kriteria agama yang dibutuhkan oleh manusia, baik sebagai Individu maupun sebagai komunitas. Saya yakin akal budi Anda sanggup untuk menyaring agama-agama yang sekarang ada untuk Anda yakini, Anda imani dan Anda pegang secara utuh, baik oleh daya nalar maupun daya spiritual Anda.

Jika ternyata menurut Anda tak ada yang sesuai dengan nalar Anda, maka jangan salahkan orang Ahmadiyah atau kelompok lain yang berusaha menciptakan Agama atau keyakinan sendiri. Sehingga selayaknya orang demikian diakui untuk membuat agama sendiri. Tapi mestinya jantan juga untuk keluar dari dasar agama sebelumnya. JAntan tuh ga sama dengan AROGAN kan???.

Posted by imron  on  11/08  at  11:52 AM

@all : buat yg para komentar
ywdah jangan nangiss n sewot gtu
hahaha

Posted by teddy  on  11/05  at  02:37 PM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq