Budhy Munawar-Rachman: Paramadina Harus Pertahankan Stamina
Oleh Redaksi
Bagi Cak Nur, untuk pengembangan pemikiran keislaman yang kontekstual dengan problem-problem kebangsaan, mengapresiasi khasanah-khasanah klasik Islam sangatlah perlu. Saya kira, itulah wasiat Cak Nur yang perlu kita kembangkan lebih jauh.
Komentar
Cak Nur adalah cerminan cendikiawan islam yang cocok dengan corak bangsa Indonesia, selain pluralist, cak nur memiliki pikiran yang terbuka terhadap perubahan-perubahan zaman, tidak fundamentalist. Sayangnya Cak Nur sudah tiada, tidak bisa menyumbangkan pikiran pikirannya lagi buat bangsa Indonesia, namun pikiran pikiran dan buku buku cak nur yang telah terbit memuat berbagai pesan yang sangat berharga bagi bangsa. Seperti halnya Gus Dur, Prof.Syafii Maarif, Amien Rais, dan tokoh tokoh islam plural lainnya, cak nur adalah cermin dari intelektual islam sejati.
Sebagai pembaharu Islam, Cak Nur layak ditempatkan pada tempat yang terhormat sejajar dengan para pendahulunya seperti Fazlur Raman, misalnya, yang nota bene adalah gurunya di Chicago, Amerika. Bahkan, menurut saya, tidak sekadar Fazlur Rahman. pemikir-pemikir Islam liberal, seperti Nasr Hamid Abu Zayd, Kholid Aboe El-Fadl, Farid Esack, Abid Al-Jabiri, Arkoun, Abdul Karim Soroush - layak disejajarkan dengan Cak Nur. Cak Nur bukan hanya milik masyarakat Indonesia, tetapi juga milik dunia, utamanya yang peduli terhadap ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, pluralisme, keadilan, dll. Karenanya, amat sangat disayangkan jika ide-ide progresif Cak Nur dibiarkan begitu saja...tanpa ada yang meneruskan. Diusianya yang ke 20 tahun Paramadina, Oktober lalu, saya berharap agar paramadina bisa eksis dan menjaga staminanya agar bisa melanjutkan cita-cita Cak Nur untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa-masa yang akan datang. Cak Nur telah tiada, tetapi ide-ide Cak Nur akan terus dikenang oleh sejarah sepanjang masa. Sejarahlah yang akan membuktikan, apakah ide-ide Cak Nur teruji di tengah gelombang sejarah yang terus melaju. Kepada kawan-kawanku di Paramadina; Mas Budhy Munawar-Rachman, Ihsan Ali Fauzi, Yudi Latif, dan masih banyak yang lainnya, yang tidak mungkin disebut di sini, saya berharap agar kalian bisa meneruskan ide-ide Cak Nur. Bahkan tidak sekadar meneruskan, tetapi harus meliberalkan ide-ide Cak Nur sesuai dengan berbagai ragam persoalan krusial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, seperti maraknya gejala konservatisme Islam dan tuntutan untuk menegakkan syariat Islam. Meliberalkan pikiran Cak Nur? Ya, kenapa tidak! Bukankah Cak Nur, di tahun-tahun awal proyek pembaharuannya juga meliberalkan pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah yang sering dikutip di berbagai bukunya. Itulah kelebihan Cak Nur, di mana kreatifitas intelektualnya selalu mengembara ke mana-mana mencari jawaban yang bersifat solutif terhadap permasalahan yang berkembang. Berani berbeda, berani dikecam, berani ditinggalkan oleh seniornya, mengantarkan Cak Nur menjadi seorang pemikir yang dikagumi banyak orang dan teladan yang pantas untuk kita jadikan model. Semoga diusianya yang ke-20 ini, Paramadina semakin dewasa dan menjadi ikon pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Amin Ya Rabbal Alamin. (Moh. Shofan, UM Gresik)
-----
bagi sya cak nur adalah manusia biasa yang sama seperti kita semua jadi dia bukan the absolut one
PARAMADINA sebagaimana Allah wajib hukumnya pada era globalisasi menyampaikan:
I. Risalah Tuhan/Allah sebagamana semua para rasul menyampaikannya:
1. Al Maidah (5) ayat 67 (oleh tiap-tiap rasul).
2. Al An Aam (6) ayat 124,125 (oleh Allah sendiri).
3. Al A’raaf (7) ayat 62,60 (oleh Nuh).
4. Al A’raaf (7) ayat 69,66 (oleh Hud).
5. Al A’raaf (7) ayat 79,75 (oleh Shaleh).
6. Al A’raaf (7) ayat 93,88 (oleh Syuaaib).
7. Al A’raaf (7) ayat 144,109 (oleh Musa).
8. Al Ahzab (33) ayat 38,39,40 (oleh Muhammad dan siapa saja dari umat Islam sesuai Yasiin (36) ayat 3).
9. Al Jinn (72) ayat 23,26,27,28 (oleh rasul yang dirido’i).
10. Nabi Muhammad saw. menyampaikan Risalah Tuhan/Allah pada proses syiar-syiar Allah diseluruh proses manasik haji (dan barangsiapa yang tidak mengetahui makna arti dari manasik haji adalah sama dengan isi Taurat sesuai Al A’raaf (7) ayat 144,145, mereka adalah keledai sesuai Al Hujurat (62) ayat 5 (Taurat = Risalah Tuhan/Allah = Manasik Haji).
II. Wajib menunggu-nunggu dan tidak melupakan Allah menurunkan penggenapan Hari Takwil Kebenaran Kitab pada era globalisasi memenuhi Al A’raaf (7) ayat 52,53, yang menjelaskan tentang Risalah Tuhan/Allah atau makna dari manasik haji.
(Hadits: dari Syu’bah: Rasulullah berkata berdiri kiamat: habis gelap terbitlah terang benderang ilmu pengetahuan agama sesuai Al Qiyamah (75) ayat 6-15, Al Baqarah (2) ayat 257, Ibrahim (14) ayat 1, datangnya kebakitan ilmu pengetahuan agama sesuai Al Mujaadilah (58) ayat 6,18,22), maka baitullah (Manasik Haji) sudah tidak dikunjungi orang lagi, karena rahasianaya telah terungkap ilmunya.
Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.
Komentar Masuk (4)
(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)