Persembahan untuk Cak Nur
Oleh M. Hanifudin Mahfud
Bebeda dengan dua pembicara di atas, Ust. Abu Zaid, justru menyatakan Cak Nur tidak membuat pencerahan dalam dunia Islam tapi justru penggelapan. Menurut aktivis HTI ini, yang bisa membuat pencerahan yaitu Khilafah Islamiyah. Semua persoalan kehidupan akan selesai dengan syariat Islam dan Khilafah Islamiyah. Dengan pandangan dasar tersebut, ia menolak pembaharuan pemikiran Cak Nur.
Komentar
Salam Tanggapan ini ditujukan kepada mereka yang berpikir hanya syariat dan kekhalifahan sebagai jalan pencerahan. Terlepas dari pertanyaan apakah Cak Nur telah membuat pencerahan, maka kami ingin menyampaikan betapa khilafnya kita jika menjadikan kekhilafahan sebagai jalan pencerahan. Ditambah syariat yang tidak jelas semakin menjauhkan dari pencerahan
1. Konsep kepemimpinan yang sangat rancu.
a). Masa kenabian= nabi tidak mempersiapkan penggantinya atau paling tidak metode suksesi. Menurut kami, hal ini mustahil seorang nabi suci yang membawa ajaran yang kaffah tapi meluputkan pembahasan tentang kepemimpinan. Mustahil nabi lebih mengurus doa masuk WC daripada mengurus ummatnya dengan mempersiapkan pemimpin.
b). Masa khulafaur rasyidin = 3 dari 4 khalifah (amirul mukminin) tewas mengenaskan ditangan umat Islam sendiri. Apakah ini bukan sebuah kerancuan yang sangat nyata? Belum lagi pertempuran antara sahabat yang sama-sama bertitel radiallahu anhu. Bisakah sesama penghuni surga saling berbunuh-bunuhan?
c). Masa kerajaan= pasca masa khulafaur rasyidin, berdiri kerajaan Umayah dan kerajaan Abasiyah. Di mana pertumpahan darah adalah jalan berdirinya sebuah kerajaan. Tapi sayang, mata kita dibutakan oleh slogan “masa kejayaan Islam”. Padahal kerajaan itu berdiri diatas genangan darah umat muslim yang saling berbantai.
d). Masa modern= Arab masih mempertahankan sistem kerajaan. Beberapa diantaranya menjadikan salah satu mazhab menjadi mazhab resmi. Sementara di negara lain, umat Islam justru membangun negara sekuler.
2. Syariat yang rumit
Jika penerapan syariat Islam menjadi syarat pencerahan, maka pertanyaan kami adalah:
a) Syariat yang bagaimana yang dapat mengantarkan pada pencerahan, apakah sebagaimana Imam Syafii, atau Imam Maliki atau Imam Hanafi atau Imam HAmbali?
b) Sekiranya sebuah negara menganut salah satu mazhab fiqhi, maka bagaimana dengan yang tidak menganut mazhab standarnya negara? Apakah masih ada kebebasan memilih mazhab fiqih?
c) Apakah jika kita rajin melaksanakan syariat, tiba2 kita menguasai teknologi ? Atau kita kembali pada zaman unta, kurma?
d) Jika syariat Islam diterapkan, siapa yang berhak menjadi dewan ahli? Apakah tergantung suara terbanyak melalui pemilu? Atau kemampuan menyusun intrik politik? atau ...? Anggaplah memang mereka yang punya kapabilitas yang berhak untuk menjadi dewan ahli (mereka tidak ragu memotong tangan sendiri jika mereka mencuri, misalnya), maka siapa yang bisa menilai?
Pencerahan hanya muncul dengan adanya perubahan pemikiran, sehingga ummat bisa mengetahui eksistensi kediriannya dan eksistensi keummatannya serta eksistensi kekhalifahannya. Artinya perlu penyadaran tentang eksistensi kemanusiaan. Selain itu penguatan pada sektor ekonomi, politik, tekonologi dan segala bidang.
Sekedar tambahan: jika saudara2 di HTI ingin mendirikan kekhalifahan, saya ingin bertanya: bagaimana caranya menjadi kandidat khalifah? Apakah harus bikin partai? KPU-nya siapa? (bebas korup gak KPU nya). Kebetulan saya sudah punya teman sekitar 40an yang sudah baiat saya jadi khalifah. Bole gak saya dilantik jadi sultan secepatnya, soalnya asik (sultan murad III bani Usmaniyah punya ribuan selir).
Maaf ya
Istilah persembahan sering kali dipergunakan oleh orang-orang dalam tradisi mistik. Saya kurang sepakat dengan menggunakan istilah persembahan di sini, sebab bagi saya Cak Nur bukanlah segalanya, dia hanyalah salah seorang dari banyak pemikir Islam di seluruh dunia.
Saya hanya ingin mencoba memberikan apresiasi terhadap beliau. Saya juga termasuk salah seorang dari pengagum Cak Nur. Pembicaraan tentang gagasan apa yang diusung oleh Cak Nur tidak akan menemukan jalan akhir, sebab dia adalah jalan dinamika pemikiran di tengah konstelasi pemikiran intelektual dari kehidupan sosial kemasyarakatan yang beragam.
Apakah beliau menjadi jalan tengah bagi orang yang sedang memilih cara beragama terserah orang yang mengapresiasinya. Toh banyak juga yang akan menolak dan juga mendukungnya.
Saya katakan susah juga mencari Imam di zaman ini (bukan tidak mungkin. Kalau kita mendasarkan seorang Imam adalah orang yang sangat hafal qur’an dan hadists saja..maka penerapannya pun akan sangat beranekaragam sesuai tafsir orang itu masing2..
Adakah Imam yang.. bisa berdialog dengan Tuhan seperti Nabi saw? yang sudah terjamin dalam hidupnya bahwa dia mendapat ridho Tuhan?
Kalau saya ingin ke jakarta.. saya pasti mencari penunjuk jalan orang yang sudah pernah ke jakarta
-----
Komentar Masuk (3)
(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)