Pindah Agama - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
10/10/2005

Pindah Agama

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Namun, pindah agama selalu menjadi fenomena mengguncangkan. Kalau tidak bagi diri yang berpindah agama, maka sekurangnya bagi keluarga dan lingkungan, tempat yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Orang tua bisa mengambil tindakan kejam dengan tidak mengakui anak yang pindah agama sebagai bagian dari keluarga. Para agamawan pun sering terpukul dengan perkara pindah agama ini. Sebab, dengan adanya anggota yang “tanggal” atau lepas, maka berkuranglah jemaat si agamawan tadi.

Dalam konteks masyarakat demokratis, perkara pindah agama bukan fenomena besar bahkan mungkin akan kerap terjadi. Ada banyak faktor yang mendorong seseorang berpindah agama. Mulai dari faktor-faktor teologis-ideologis yang dalam hingga dorongan remeh temeh seperti karena gengsi dan prestise. Mulai dari motif yang bisa dinalar hingga motif yang tidak mudah dikunyah akal sehat. Mulai dari dorongan ekonomi dan politik hingga dorongan cinta kasih. Seorang teman berani mengambil tindakan pindah agama hanya karena ingin menyesuaikan dengan agama pasangannya. Ada juga yang pindah agama untuk tujuan meningkatkan taraf hidup yang bersangkutan karena diiming-imingi dana dalam jumlah tertentu oleh kelompok agama tertentu.

Namun, pindah agama selalu menjadi fenomena mengguncangkan. Kalau tidak bagi diri yang berpindah agama, maka sekurangnya bagi keluarga dan lingkungan, tempat yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Orang tua bisa mengambil tindakan kejam dengan tidak mengakui anak yang pindah agama sebagai bagian dari keluarga. Para agamawan pun sering terpukul dengan perkara pindah agama ini. Sebab, dengan adanya anggota yang “tanggal” atau lepas, maka berkuranglah jemaat si agamawan tadi. Agamawan yang tak jarang tampil bak seorang pengiklan atau salesman dagangan, merasa gagal dalam menyampaikan dakwah dan misinya ketika ada anggotanya yang berpindah. Pindah agama adalah perkara yang paling dibenci oleh agamawan--maaf, bukan oleh Tuhan karena kebesaran Tuhan tidak akan pernah mengalami defisit hanya karena makhluknya yang bernama manusia ini mondar-mandir dalam menganut agama.

Saya hampir selalu menangkap kesan tentang ketidak-relaan kaum agamawan untuk melepas kepergian anggotanya ke “tempat” atau agama lain. Mereka tampak berat hati. Maka, untuk membentengi agar seseorang tidak keluar dari suatu agama, para teolog sering membuat sejumlah “ancaman”, mulai dari sanksi-sanksi eskatologis seperti neraka hingga sanksi hukum bunuh di dunia. Tanpa pernah dipahami konteks (sabab al-wurud)nya, maka dirapalkanlah sebuah hadits, ”man baddala dinahu faqtuluhu (barang siapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah). Karena itu, keputusan setiap orang untuk mengkonversi agamanya bukan perkara mudah. Diperlukan tidak hanya keberanian tapi juga kesiapan mental jika suatu waktu mengalami diskriminasi dan ekskomunikasi dari agamawan, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.

Sebagai seorang muslim yang pro-demokrasi, saya sendiri cenderung tidak mempersoalkan seseorang untuk melakukan apostasi karena dua alasan. Pertama, tidak ada gunanya seseorang dipaksa berada di dalam suatu agama sementara yang bersangkutan sudah tidak merasa nyaman dan at-home dalam agama itu. Memeluk suatu agama dengan keterpaksaan ini adalah cara beragama yang pura-pura. Beragama yang fresh adalah beragama yang berangkat dari kesadaran batin yang mendalam dan dengan keyakinan penuh perihal kebenaran ajaran agama itu. Kedua, setiap orang memiliki hak untuk masuk dalam suatu agama atau keluar dari suatu agama. Itu adalah hak fundamental yang lekat pada setiap orang. Dalam Alquran, setiap orang diberi hak untuk memilih apakah ia akan menjadi theis atau atheis. Allah SWT berfirman, faman sya`a fal yu`min waman sya`a falyakfur. Nah! (Abd Moqsith Ghazali)

10/10/2005 | Editorial | #

Komentar

Komentar Masuk (38)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

Mengapa harus diperdebatkan AGAMAnya? bukankah kita berAGAMA adalah jalan untuk mengenal lebih dekat lagi SANG PENCIPTA YANG MAHA KASIH ITU? AGAMA apapun tapi kalau manusia itu dalam kesehariannya tidak mencerminkan MAHLUK TUHAN berarti dia tdk berAGAMA! jd jgn persoalkan lagi si A, si B pindah agama tp persoalkan apabila sesama kita bertindak diluar dari apa yg selama ini kita percayai bhw TUHAN PASTI mengajarkan KEBAIKAN bukan KEJAHATAN dan KEMUNAFIKAN. Amiiiiin.....

Posted by Sonny  on  09/01  at  05:00 PM

agama adalah sebuah produksi dari sebuah komunitas yang bermaksud untuk menertibkan aturan dalam komunitasnya. agama yang di dalamnya terdapat aturan-aturan, pada umumnya ingin membaut penganutnya semakin baik. apapun agamanya pada intinya mempunyai atauran yang baik. yang membedakan hanyalah sekarang bagaimana para penganutnya merespon, mengahayati dan melaksanakan aturan-aturan itu. banyak motivasi dan kepentingan. terlepas dari apapun kepentingannya, aturanya adalah untuk menjalankan atutan tersebut, tetaplah menjadi manusia yang baik, yang menjunjunag harkat dan martabat manusia, penuh kasih, kepedulian, dan yang paling utama memuliakan nama TUHAN YANG SELALU MENGINGINKAN KEDAMAIAN.

Posted by Ranie Aryo Nataly T, S.Si  on  09/01  at  05:01 PM

gak penting ngurus agama orang.negara ngurusin agama malah buat ga maju,biarlah itu urusan diri pribadi.

YANG PENTING KITA GANYANG MALAYSIA YANG SUDAH MENGHINA MARTABAT BANGSA INDONESIA DIMATA INTERNASIONAL. MERDEKA!!!!!!!

Posted by PATRIOT  on  08/10  at  02:46 PM

Pindah Agama bagi kami tidak ada persoalan apa-apa pada hati kami, disebabkan:
1. Sampai dimana tingkat prosentasi (0%-100%) sifat ARBABAN/BERHALA/KULTUS/MENUHANKAN nabi sesuai Ali Imran (3) ayat 80, atau ARBABAN pemuka-agama selain Allah sesuai At Taubah (9) ayat 31.
2. Kalau saja orang menganut Shahadat Tauhid dan bukan Shahadatain sesuai Az Zumar (39) ayat 45, maka dia mempunyai sifat Takwa Hanya Kepada Allah Saja, dan tidak dapat takwa kepada nabi(CONTOHNYA UMAT PENGHAYAT KEPADA KETUHANAN YANG MAHA ESA TIDAK MUNGKIN ARBABAN)

Wasalam, Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persespsi Tunggal Agama millennium ke-3 masehi.

Posted by Soegana Gandakoesoema, Pembaharu Persepsi Tunggal  on  07/24  at  07:55 PM

menurut saya pindah agama adalah hak privacy individu masing2. orang islam yang baik dan menjalankan syariat islam banyak tetapi yang bejat dan jahat juga banyak, menurut saya semua agama itu baik tergantung bagaimana umatnya menjalankan aturan agamanya...terlebih lagi jika pindah agama karena pernikahan menurut saya itu lebih baik dari pada menikah dengan dua agama seperti yang saya tahu hukum islam mengatakan itu zina. lebih baik pindah agama dan menjalankan syariat agama yang baru dengan benar daripada terus berbuat zina.....
-----

Posted by juli herdiana prasetyawati  on  01/22  at  08:02 PM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq