Politik Identitas dalam Perang Libanon-Israel - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Diskusi
04/09/2006

Diskusi di Ciputat Politik Identitas dalam Perang Libanon-Israel

Oleh A. Mustafa

Konsep multikulturalisme yang lebih mementingkan identitas kelompok di atas identitas bersama menjadi ancaman serius bagi masa depan demokrasi. Bukan hanya di Libanon tapi juga kemungkinan ini akan dihadapi oleh setiap negara yang menerapkan sistem demokrasi, tidak terkecuali Indonesia.

04/09/2006 00:00 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (1)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

Menyoal konflik Libanon-Israel yang terjadi di negeri seribu bidadari itu, membuat kita mengerutkan dahi bila kita mencari asal muasalnya terjadi peperangan. Bila dulu perseteruan kedua kelompok bermula dari pesan suci dari Tuhan guna menyebarkan luaskan risalahnya.

Kini, tesis ini dibantah oleh M Guntur Romli, Ia menjelaskan “Konflik Libanon-Israel yang terjadi sejak satu bulan terakhir ini bukan hanya persoalan perang antara milisi Hizbullah dengan Israel, tetapi juga ada persoalan politik identitas kelompok pada masyarakat Libanon. Inilah yang menyebabkan terjadinya baku hantam di negeri seribu bidadari ini.”

Demikian demikian, permasalahan politik identitas menjadi pemicu akut dan pelik dalam menentukan eksistensi kelompoknya. Apalagi dengan adanya pendekatan mutakhir multikultarlisme. Sunguh lengkap sudah bentrokan antar golongan tersebut. Seolah-olah metode itu, memberikan peluang sekaligus melegalkan masyarakat guna terjadinya peperangan antar golongan. Bahkan terkesan melanggengkan budaya barbar. Artinya, bila segala sesuatu sudah terhinggapi penyakit ekslusif, maka kemudian akan melahirkan sikap dan sifat superior. Ujung-ujungnya mereka akan mempunyai anggapan bahwa klannya saja yang paling benar. Sedangkan di luar kelompoknya tidak. 

Meskipun, pada mulanya cara pandang tersebut, diharapkan bisa menghormati keragaman dan mengarifi segala permaslahan. Namun, pada kenyataanya berkata lain. Justru dengan munculnya kaca mata itu, malah memperkeruh susana yang sedang gaduh. Hingga, pertikaian antar kedua kelompok pun tak terelakan lagi.

Pendek kata, buah simalakama dalam pertikain saudara di Libanon-Israel itu berbnama politik identitas.
-----

#1. Dikirim oleh Ibn Ghifarie  pada  04/09   02:09 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq