Premanisme dan NKRI - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Editorial
15/06/2006

Premanisme dan NKRI

Oleh Abd Moqsith Ghazali

Setiap kali melakukan aksi, mereka juga memekikkan “allahu akbar” dengan volume suara yang memantul. Mereka dengan sengaja menggunakan simbol-simbol agama untuk mengaburkan identitas bahwa dirinya bukan preman melainkan para pejuang agama.

Masyarakat dilanda ketakutan. Para preman terus beraksi. Mereka merusak pertokoan, kafe, dan gedung-gedung. Bahkan, tak jarang menghancurkan mesjid dan menyegel kantor beberapa LSM, menyerbu kantor kedutaaan negara-negara sahabat. Melakukan sweeping hingga ke rumah-rumah pribadi, tak ubahnya polisi yang sedang menjalankan tugas penggeledahan. Di tangannya selalu ada pentungan untuk memukul atau parang untuk menebas. Kerugian material tentu sudah tak terhitung. Tak jelas lagi berapa korban yang luka-luka akibat keganasan dan kebrutalan tersebut. Sudah tiga tahun lebih, masyarakat gelisah dan terganggu oleh ulahnya. Masyarakat kehilangan rasa tenteram sebagai haknya yang asasi.  Pertanyaannya, dimanakah Republik Indonesia berada ketika pembasmian terjadi?

Mereka tak tampak sebagaimana lazimnya preman pasar atau terminal-terminal bus, memang. Karena, mereka menyisipkan kebencian ke dalam jubah yang membuntal di tubuh. Memelihara jenggot bak seorang syaikh di jazirah Arab menjadi ciri khasnya. Setiap kali melakukan aksi, mereka juga memekikkan “allahu akbar” dengan volume suara yang memantul. Mereka dengan sengaja menggunakan simbol-simbol agama untuk mengaburkan identitas bahwa dirinya bukan preman melainkan para pejuang agama. Masyarakat dibuat bingung. Sebagian khawatir dituduh anti Islam sekiranya menghalang-halangi tindakan mereka. Itu sebabnya masyarakat diam, tak begerak. Sebagian yang lain, sengaja tak bereaksi karena takut menjadi sasaran amuk lanjutan.

Buya Syafii Maarif telah lama mengendus aroma tak sedap dalam aksi itu. Ia menamai gerombolan tersebut sebagai “preman berjubah”. Dan pengamatan si Buya kian nyata bahwa mereka memang persekutuan para preman. Mereka membentuk organisasi, tapi itu organisasi para preman. Karenanya tak perlu ada keraguan dari pihak pemerintah untuk segera mengakhiri keberadaannya. Sebab, kebebasan berkumpul dan berserikat yang dijamin konstitusi negara (UUD 1945) bukanlah perserikatan dan perkumpulan para preman yang tindakannya jelas melanggar hukum. Bukankah keselamatan jiwa (hifdz al-nafs) dan harta (hifdz al-mal) masyarakat terancam? Tak ada negosiasi dengan pelaku kriminal. Aparat kepolisiaan tak bisa lain kecuali harus menegakkan hukum yang berlaku di negeri ini, dan bukan yang berlaku di negeri lain.

Jika negara tak mengambil tindakan tegas, maka kepercayaan orang terhadap negara yang berkewajiban untuk melindungi setiap warganya tentu berkurang. Setiap orang atau grup akan mengamankan diri dengan membentuk laskar-laskar preman juga. Konflik horisontal tak terhindarkan. Indonesia akan terpecah menjadi sempalan-sempalan kecil berdasarkan agama, suku, dan kedaerahan. Satu pulau diperintah berlandaskan syari’at Islam, pulau yang lain dengan “syari’at” Kristen, Hindu, dan Budha. Mungkin satu daerah hanya boleh dihuni oleh etnis tertentu, dan tidak etnis yang lain. Akhirnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) jeda. Republik diambang bubar. Dan motto “Bhinneka Tunggal Ika” tak relevan. Kehancuran inikah yang dikehendaki? Saya menjawab; tidak.[]

15/06/2006 | Editorial | #

Komentar

Komentar Masuk (19)

(Tampil maks. 5 komentar terakhir, descending)

> Premanisme dan NKRI > Bapak penulis yang terhormat, Tinggi mana hukum buatan Allah dengan hukum buatan manusia? (Al Qur’an atau KUHP Buatan Belanda).

> Cara berpikirnya dari otak ke hati balik lagi ke otak lalu ke hati cocokan dengan huhum Allah.

> Jelas kemungkaran wajib dibasmi di muka bumi, jelas yang tidak suka itu adalah yang menyimpang dari ketenuan Allah dan RasulNya.

Hukum mana paling tinggi? Jelas hukum Allah dong… Dan dalam Al-Quran pula perusakan, merugikan orang lain, dan menyakiti orang lain, sangat jelas di-HARAM-kan.

Jangan lupakan (sembunyikan) dong ayat2 ini, demi kepentingan (aroganisme) sesaat.... Masalah orang itu melakukan kemaksiatan, dan sebagainya itu adalah urusan dia dengan ALLAH-sperti halnya pengeboman teroris terhadap korban bom BALI(muslim) tak berdosa, kata IMAM SAMUDERA.

Tugas kita mengingatkan mereka dengan tulus dan cinta… Dan mendoakannya semoga kembali ke jalan benar. Seperti kata Al-Quran agar selalu BERUSAHA (mengingatkan) dam BERDOA (mendoakan).

> Mohon jangan dipolitisasi, karena intelektulitas dan ucapan anda akan lebih ganas dari pada premanisme, yang mereka lakukan dapat dilihat mata sedangkan yang anda lakukan kasat mata.

Oleh karena itu, jangan dipolitisasi, dan dibenar-benarkan sesuatu yg jelas2 menurut hukum tertinggi tidak benar! Mari pikirkan dengan HATI saja (kata Aa-GYM)…

de-bush._
-----

Posted by G. W. Bush  on  07/11  at  09:07 PM

islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamiin. jadi tidak dibenarkan seorang muslim menggunakan alasan islam untuk melakukan tindak anarkisme. itu sama halnya merusak nama baik islam di mata dunia. dan mereka yang melakukan semua itu adalah orang-orang yang suka berbuat kerusakan (fasad).  islam adalah agama yang toleran, agama yang mencintai perdamaian. Allah maha Rohman dan Rohim.

Posted by jamil syarifuddin  on  07/03  at  08:07 AM

Istilah “preman” dalam konteks ini menurut saya adalah perilakunya “seperti” preman, terlepas tujuan yang dilakukan, tapi yang pasti mereka bukan “good moslem”. ALLAH itu MAHA SEGALANYA jadi lucu kalo mereka (FPI, LASKAR JIHAD atau siapapun “sok membela” DIA....siapa loe? Atau kalo mau bantu polisi memberantas maksiat pake aja nama “BANPOL” pake seragam mirip polisi dan gak perlu pake jubah dan sorban jadi gak kepanasan kalo lagi beraksi.....tapi pake jenggot OK lah biar MACO (males cokor kata orang madura).

Posted by Budiarto  on  06/29  at  10:07 PM

Assalammualaikum Wr.Wb. Saya heran dengan Anda wahai penulis yang kerap dipanggil Ustad oleh kalangan liberal dan plural. Anda kerap menggembar-gemborkan demokrasi, kebebasan berpendapat dan menghargai sesama dalam paham-paham yang berbeda. Sementara Anda berkampanye untuk kebebasan dan demokrasi, sementara itu pula Anda gerah oleh kelakuan sekelompok umat Islam yang Anda kutip dari istilah Syafi’i Maarif dan Gus Dur sebagai kelompok “Preman Berjubah”. Kalau memang Anda seorang demokrat sekaligus pengusung Islam Liberal, seharusnya sikap Anda tidak provokatif dan seenaknya meminta pemerintah membubarkan FPI yang Anda maksudkan itu. Itu sangat paradoks dengan pemikiran yang Anda usung. Saya jadi tahu, apa sebenarnya misi, visi serta agenda Islam Liberal, yakni bertujuan menggusur sekaligus memerangi apa yang disebut Barat sebagai Islam Fundamentalis, Islam Radikal atau yang up to date, Islam Teroris. Kasihan Anda ini, Bertobatlah. Allah akan mengampuni kesesatan Anda. FPI itu, ibarat tukang sapu, dialah pembersih lantai yang kotor. Bagaimana juga rumah tidak ada sapu dan tukang sapu? Ingat, aparat kepolisian dalam banyak hal mandul. Diperlukan tukang sapu sebagai penjaga moral bangsa. Ingat, yang dihancurkan itu pelacuran, perjudian dan kemaksiatan. Apakah Anda Ustad yang pro kebiadaban itu? Mohon surat saya dimuat jika situs ini bersikap fair dan pengusung demokratisasi.

Posted by hakim moesthaf  on  06/29  at  09:06 AM

Disaat kekuasaan tidak berfungsi, maka kegiatan yang dilakukan oleh manusia2 spt : FPI, MMI,HT, FBR dll adalah sungguh luar biasa. Saya pribadi sangat bangga dengan manusia2 yang begini. Terus terang kalau tidak ada mereka, mau jadi apa negara ini. Maksiat dimana-mana, korupsi dimana-mana, kejahiliahan ada disekitar kita, sementara kita sendiri sibuk dengan keinginan untuk toleransi dll. Saya mengajak saudara2ku yang seakidah, janganlah kalian berpikiran sempit, kembalilah pada alqur’an dan hadist, janganlah menatang2 kalian sudah berilmu tinggi ( karena dicekoki pemikiran liberal dan barat ) tetapi malah terlalu ‘permission’ dengan yang namanya kebebasan. Saya yakin mereka itu bukan orang yang beringas atau anarkis, tetapi mereka hanya ingin menegakkan hukum Allah di muka bumi ini, wong memang negara kita negara yang menjunjung kebebasan beragama dll tetapi bukannya malah kebablasan, nah teman2 dari yang dinamakan ‘preman berjubah’ ini yang berusaha mengembalikan pada jalan yang sebenarnya. Banyak contoh bila kita tidak keras, maka kita akan diinjak-injak oleh kaum lain, berapa persen saudara2 kita yang pindah agama dan terjerumus pada maksiat dan kemungkaran ? Saya termasuk orang yang sangat prihatin dengan tingkah orang2 yang menamakan dirinya kaum liberal dan menjunjung tinggi keberagaman, karena tindakan ini malah mengaburkan Islam yang sebenarnya, apakah karena kaum ini mendapat pasokan dari luar (uang, upeti dll), saya hanya bisa bilang Masya Allah, semoga kalian kembali ke jalan yang benar ..................

Posted by Roni  on  06/25  at  11:06 PM

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq