Prestasi Besar Peradaban Manusia - Komentar - JIL Edisi Indonesia
Halaman Muka
Up

 

Diskusi
02/04/2007

Sekularisme: Prestasi Besar Peradaban Manusia

Oleh Umdah El-Baroroh

Selama tiga hari, 22-34 Maret lalu, Jaringan Islam Liberal (JIL) merayakan ulang tahunnya yang keenam di Komunitas Utan Kayu, Jakarta. Ada dua agenda yang digelar, yaitu pemutaran film-film bertema kebebasan dan diskusi soal sekularisme. Berikut reportase diskusi hari pertama, tentang Konsepsi dan Teori Sekularisme.

02/04/2007 21:29 #

« Kembali ke Artikel

Komentar

Komentar Masuk (3)

(Tampil semua komentar, ascending. 20 komentar per halaman)

Halaman 1 dari 1 halaman

Saya terkesan dengan ketajaman Franky melihat bahaya-bahaya yang muncul dalam hubungan agama dan negara. Ketika agama dipasung untuk hanya boleh ada dalam ruang privat kita menerima buah yang pahit, yaitu balas dendam agama yang nampak pada kebangkitan agama-agama, secara khusus pada maraknya gerakan fundamentalisme. Kita tentu tidak setuju dengan semangat balas dendam tersebut, tapi kita juga tahu bahwa mengkerdilkan agama dengan menempatkannya hanya layak pada ruang privat itulah yang menjadi sumber masalah. Memusuhi fundamentalisme tanpa mengerti ketakutan mereka akan melahirkan benturan peradaban. Pada negara sekular seharusnya agama diijinkan berkiprah dalam ruang publik, hanya saja disana diperlukan aturan yang jelas. Apabila agama-agama itu menyadari bahwa mereka adalah seperti anak dengan banyak saudara, tentulah agama-agama itu tidak akan saling membunuh atau membiarkan agama lain mati, tetapi ada interdepedensi yang mengharuskan adanya tindakan kerja sama yang saling menumbuhkan. Kesadaran interdepedensi inilah yang seharusnya ditumbuhkan untuk menghapus paras kasar agama dalam ruang publik. Kontribusi positif agama dalam ruang publik untuk Indonesia memiliki akar sejarah yang panjang. Kita adalah negara yang menurut Arnold Toynbee sebagai surganya agama-agama.

#1. Dikirim oleh binsar antoni hutabarat  pada  03/04   01:04 AM

Sejarah panjang agama-agama di dunia harusnya menjadi sandaran berpikir kita semua. Di negara kita juga harusnya seperti itu. Beragamnya agama, kemajemukan masyarakat, budaya, adat dan lain-lain harusnya menjadi modal sosial. Karena itu agama hanya akan menjadi positif kalau tidak hendak dipaksakan memasuki ruang publik lalu mengeliminir agama tertentu. Agama hanya akan positif dan bermakna secara sosial kalau menjadi sumber moral. Batasan pada ruang publik adalah sebagai sumber moral, selainnya harus masuk para ruang privat. Agama-agama adalah anak dengan banyak saudara dan banyak kawan, ada saling bantu saling pengertian dan hindari saling membiarkan.

#2. Dikirim oleh Harmin Hari  pada  12/04   04:04 PM

Islam adalah hukum yang datang dari sumber dari segala sumber ilmu yaitu Allah swt yang Maha Mengetahui sifat2 makhluknya. Islam juga mengatur segala bidang kehidupan termasuk kenegaraan jadi alangkah bodohnya kita “mendebat” ilmu Allah tentang keuniversalan Islam di segala bidang termasuk kehidupan bernegara. Nabi Muhammad saw,yang katanya junjungan kita termasuk para pembesar JIL, aja mencontohkan penggabungan antara agama dan negara dengan mendirikan negara Madinah. Kenapa kita yang lemah ini justru menentangnya? Pendapat saya justru Khilafah Islamiyah sangat dibutuhkan sekarang ini untuk membawa rahmatan lil alamin.
-----

#3. Dikirim oleh Hamba Allah yang lemah  pada  15/01   10:01 PM
Halaman 1 dari 1 halaman

comments powered by Disqus


Arsip Jaringan Islam Liberal ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq