Rio Rizaldi: Tiga Mindset Salah yang Bikin Gagal Cuan di Saham

Mindset Salah, Saham Salah: Pelajaran dari Hari Ketiga PMC April 2025

Pada 30 April 2025, Galeri Saham kembali menggelar sesi ketiga dalam rangkaian Portofolio Makeover Challenge (PMC). Dipandu oleh Rio Rizaldi, sesi ini mengambil pendekatan yang berbeda dibanding dua hari sebelumnya: lebih reflektif, lebih filosofis, tetapi tetap teknikal. Mengangkat pertanyaan mendasar: Apakah semua orang bisa untung dari saham?, Rio memandu peserta untuk menelusuri lebih dalam relasi antara pola pikir dan hasil dalam trading.

Jika pada batch Februari 2025 topik serupa telah disinggung, maka dalam batch April ini pendekatan diperluas dengan tiga analogi mindset yang relevan, kritik tajam terhadap cara lama membaca pasar, serta penyelarasan konkret antara analisis teknikal dan kondisi institusional pasar saham Indonesia.

Semua Bisa Untung, Asal…

Rio membongkar asumsi keliru bahwa pasar saham adalah permainan zero-sum. Ia menjelaskan bahwa semua orang bisa untung—bukan karena cuan orang lain jadi rugi kita, tetapi karena harga saham bisa naik bersamaan jika entry dan exit point dilakukan dengan sadar.

Namun, mengapa realitas berkata lain? Jawabannya adalah mindset. Tiga jenis pola pikir keliru yang dibedah Rio sangat mengena bagi peserta:

  • Mindset Deposito: Cepat puas dengan return kecil. Trader menjual terlalu cepat karena terbiasa mengukur hasil seperti instrumen fixed income.
  • Mindset Properti: Menyimpan saham yang terus turun dengan harapan “suatu saat akan naik”, seperti menunggu harga properti naik.
  • Mindset Pedagang: Ambil untung kecil-kecil tapi sering. Padahal, tidak semua saham bisa diperlakukan seperti barang dagangan harian.

Analogi-analogi ini baru muncul pada batch April dan memberi kesegaran berpikir yang nyata, menjauhkan peserta dari perangkap emosi pasar yang klasik.

Kode Broker? Tidak Relevan Lagi

Salah satu penegasan baru yang muncul di batch ini adalah kritik terhadap penggunaan analisis kode broker. Menurut Rio, pendekatan ini sudah tidak efektif:

  • Institusi besar tidak terpaku pada satu broker.
  • Transaksi besar bisa disamarkan dengan banyak akun dan kustodian.
  • Trader ritel sering terkecoh membaca broker summary yang tampak “membeli banyak”, padahal distribusi sudah terjadi sejak awal.

Dengan tegas Rio menyarankan beralih dari pendekatan ini menuju pembacaan harga dan volume melalui tools teknikal seperti PTM.

PTM: Dari Teori ke Aksi

Profit Trader Module (PTM) kembali digunakan sebagai alat bantu utama. Rio menjelaskan ulang peran:

  • Garis titik-titik biru (support) dan merah (resistance) sebagai panduan swing trading.
  • Garis solid sebagai penanda tren dominan dalam trend following.

Namun yang membedakan dengan batch sebelumnya, pada April ini Rio menambahkan:

  • Studi kasus breakout valid (BIRD, PTBA, LPPF).
  • Penekanan pentingnya support panjang sebagai dasar entry yang kuat.
  • Latihan langsung untuk peserta agar menandai saham-saham potensial dan diskusi di komunitas.

Antara Swing dan Trend Following

Rio menjelaskan bahwa:

  • Swing trading cocok untuk saham sideways. Entry dilakukan saat harga menyentuh support, dengan target kecil dan cepat.
  • Trend following cocok untuk saham yang sudah breakout dan menunjukkan higher low. Entry dilakukan saat pullback, target lebih luas.

Perbedaan ini menjadi dasar strategi adaptif dalam berbagai kondisi pasar. Rio juga menegaskan bahwa pemaksaan satu strategi ke semua saham justru menyebabkan hasil stagnan.

Paduan Fundamental dan Teknikal

Satu lagi yang khas dari batch April adalah keterbukaan Rio dalam mengakui keterbatasan analisis fundamental bagi investor ritel:

  • Informasi publik terbatas.
  • Ritel sulit mengakses manajemen.
  • Kecepatan eksekusi jauh tertinggal dari institusi.

Solusinya: gunakan teknikal sebagai cermin pergerakan institusi. Ketika harga dan volume menciptakan pola yang bisa dikenali, saat itulah ritel bisa masuk dengan percaya diri.

Kesimpulan

Hari ketiga PMC batch April 2025 memperkaya pemahaman peserta dengan: ✅ Penjabaran mendalam soal mindset keliru dan dampaknya pada hasil trading. ✅ Kritik konstruktif terhadap pendekatan lama seperti analisis broker summary. ✅ Integrasi nyata antara teori teknikal dan struktur institusional pasar. ✅ Latihan praktik langsung dengan PTM agar peserta aktif dan terlibat.

Jika sebelumnya peserta hanya tahu “cara melihat grafik”, maka hari ini mereka diajak berpikir mengapa grafik itu bergerak seperti itu, dan bagaimana kita bisa membaca maksud institusi di baliknya.

Sebuah penguatan nyata bahwa untuk menjadi trader yang untung konsisten, dibutuhkan lebih dari sekadar strategi. Dibutuhkan cara pandang yang tepat.

Mindset benar → strategi tepat → keputusan rasional → hasil maksimal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *