A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

GANDHI




Nama :
GANDHI

Lahir :
Pandeglang, Banten, Jawa Barat, 25 Desember 1931

Agama :
Islam

Pendidikan :
-SD
-SMP di Purwakarta
-Sekolah Guru di Subang
-SMA bagian B di Bandung (1953)
-Fakultas Pertanian UI (IPB sekarang-tidak tamat)
-Kursus Ajun Akuntan (1956)
-Fakultas Ekonomi UI (1961)


Karir :
-Kepala Administrasi Keuangan di Perwakilan Untea-PBB di Irian Jaya (1962)
-Kepala Akuntan Negara di Irian Jaya
-Kepala Kantor Keuangan di Irian Jaya (1963)
-Kepala Direktorat Akuntan Negara Departemen Keuangan di Jakarta (1964)
-Irjen Departemen Keuangan di Jakarta (1965)
-Dirjen Pengawasan Keuangan Negara (1967-1983)
-Kepala Badan Pengawasan Keuangan & Pembangunan (1983- sekarang)


Kegiatan Lain :
-Dosen di STAN di Jakarta
-Dosen di FH UI di Jakarta


Alamat Rumah :
Jalan Sakti 23 Ciputat, Jakarta Selatan Telp: 741130

Alamat Kantor :
Departemen Keuangan Jalan Lapangan Banteng Timur 2w4, Jakarta Pusat Telp: 364914

 

GANDHI


Maret 1984, Gandhi keluar dari ruang kerja Jaksa Agung Ismail Saleh dengan wajah ceria. Ia baru saja menyerahkan 14 berkas hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dikepalainya. "Lega rasanya. Pak Ismail akan menangani langsung kasus-kasus itu," katanya. Dahulu, laporan pemeriksaan disampaikan kepada menteri yang bersangkutan. "Kini kami tidak lagi frustrasi menunggu tindak lanjutnya," ia menambahkan.

Ke-14 perkara penyelewengan yang mengakibatkan kerugian negara Rp 2,6 milyar itu bukan yang pertama diserahkan oleh BPKP. November 1983, 14 kasus penyelewengan yang merugikan negara Rp 2,5 milyar juga telah disampaikan.

BPKP, yang dibentuk Juli 1983, bertanggung jawab langsung kepada presiden. Menurut Gandhi, yang sebelumnya menjabat Direktur Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (PKN), badan tersebut memiliki tidak kurang dari 2.850 akuntan. Tugasnya melakukan pemeriksaan rutin keuangan negara. Seribu calon akuntan lainnya sedang mengalami pendidikan pada tahun 1984.

Kepala BPKP itu memang murah senyum dan tertawa. Lahir sebagai anak tunggal, Gandhi sudah ditinggal almarhum ibunya sejak bayi. Ia lalu diasuh nenek dan kakeknya di kota kelahirannya, Pandeglang, Jawa Barat. Masa kecil ia suka membantu kakeknya menggembalakan kambing, dan bersawah. Di tiga kelas terakhir SD, penggemar pelajaran berhitung dan sejarah itu selalu menjadi juara kelas.

Cita-cita masa kecilnya menjadi administratur perkebunan. "Waktu itu, mandor perkebunan kerjanya enak, rumah besar," tutur Gandhi. Tetapi, setelah duduk di bangku SMA B (Pasti Alam), bekas guru SD ini beralih ingin menjadi insinyur pertanian. Itulah sebabnya ia kemudian mendaftar di Fakultas Pertanian UI di Bogor -- kini IPB. Tetapi karena biaya pemondokan terlampau mahal, ia kembali ke Bandung. Saat itulah Gandhi membaca iklan di surat kabar tentang dibukanya pendidikan ajun akuntan. "Saya tertarik, walau belum tahu apa itu ajun akuntan. Yang menarik, selain gratis, kalau lulus langsung menjadi pegawai negeri," ujarnya.

Pengagum tokoh wayang Bima -- yang "kuat dan jujur" -- ini kemudian melanjutkan ke Fakultas Ekonomi UI, sambil bekerja. Lulus, 1961, tahun berikutnya Gandhi bertugas di perwakilan UNTEA-PBB di Irian Barat (kini Irian Jaya), lalu sebagai kepala akuntan negara untuk daerah yang sama. Pada 1965, ia kembali ke Jakarta.

Di mata Gandhi, manusia pada dasarnya baik. Karena itu, ia tidak percaya bahwa "korupsi dan penyelewengan disebabkan oleh mental yang buruk". Ia beranggapan, "Kurangnya sistem pengendalianlah penyebab primer munculnya penyelewengan." Selama ini, katanya, kebijaksanaan pengawasan di negeri ini terbagi-bagi menurut departemennya masing-masing. Karena itu, sejak BPKP berdiri, diterapkan kerangka sistem dan langkah yang terpadu, baik pencegahan maupun penindakannya.

Di samping Kepala BPKP, Gandhi juga mengajar mata kuliah Hukum Anggaran di Fakultas Hukum UI dan di sekolah akuntan STAN. Di waktu senggangnya ia merawat anggrek yang ditanam di halaman rumahnya. "Menyalurkan hobi. Ada juga pohon cengkih dan buah-buahan," ujarnya. Setiap pagi ia lari pagi, sekitar satu jam, dan main tenis tiga kali seminggu.

Ketika bertugas di Irian Jaya, ia tertarik kepada seorang dosen wanita Universitas Cenderawasih. Untuk mendekatinya, Gandhi berpura-pura menjadi mahasiswa, dan berhasil. Pada 1964, gadis itu, Louisa Magdalena, kelahiran Manado, kini dosen Fakultas Hukum UI, dapat disuntingnya.

Gandhi mengaku, ia bekerja bukan karena takut kepada atasan. "Tetapi, bekerja karena suruhan Tuhan," ujarnya, mengemukakan falsafah hidupnya.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


GANDHI | GATOT Achmad Safari Amrih | GATOT SOEHERMAN | GEDE PUDJA | GEDONG BAGOES OKA | GEORGE ADRIAAN DE NEVE | GERARDUS MAYELA SUDARTA | GHEA SUKASAH | GOENAWAN PARTOWIDIGDO | GOENAWAN SUSATYO MOHAMAD | GOPE T. SAMTANI | GREGORIUS SIDHARTA SOEGIYO | GREGORIUS SUGIHARTO | GUFRAN DWIPAYANA | GUNAWAN SIMON | GUNO SAMEKTO | GUSTAAF HENDRIK MANTIK | Garin Nugroho | Gede Bayu Suparta | Graito Usodo | Gusnaldi


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq