Bintang Film “Sakura dalam Pelukan”
Namun, dua profesi yang bertolak-belakangan itu justru pernah dilakoni pebulutangkis Liem Swie King. Itu terjadi pada tahun 1984 saat King didaulat menjadi bintang film berjudul Sakura dalam Pelukan. Dalam film itu, King bermain bersama artis terkenal, Eva Arnaz.
“Saat syuting, saya juga kagok dan canggung. Susah juga memerankan seorang tokoh dalam film,” tutur King kala itu.
Terpilihnya King untuk menjadi aktor layar lebar itu tidak lepas dari melejitnya pamor dan popularitasnya sebagai pebulutangkis yang baru sukses merebut Piala Thomas di Stadium Negara, Kuala Lumpur, Malaysia 1984. Berpasangan bersama Kartono, King menjadi penentu kemenangan Indonesia 3-2 atas Cina di final.
Ditambah dengan wajah tampan, kala itu King tak ubahnya mirip selebritis saat ini. Keberhasilan di Piala Thomas membuat nama dan tampangnya sering menghiasi media cetak di Tanah Air. Wajah tampan King juga laris manis dipakai untuk model iklan. Banyak perusahaan memanfaatkan sosok King menjadi bintang iklan, mulai senar, raket bulutangkis, hingga mobil Suzuki Vitara.
Apa yang dilakukan King itu rupanya mengikuti jejak maestro bulutangkis, Rudy Hartono. Pada Agustus 1971, Rudy pernah mencoba menjadi pemain film berjudul Matinya Seorang Bidadari bersama artis Poppy Dharsono.
Tetapi, bagi King menjadi bintang film adalah pekerjaan yang lebih sulit dibanding berlatih dan bertanding di tengah lapangan. Seperti halnya Rudy, ternyata film Sakura dalam Pelukan adalah film pertama dan terakhir King. Dia lebih memilih menjadi pemain bulutangkis, dunia yang diretasnya sejak di klub Djarum Kudus dan kemudian membesarkannya.
“Menjadi pemain film itu susah. Jiwa saya tidak ada di sana. Bulutangkis adalah jiwa saya sebenarnya,” ujarnya.
Leave a Reply