Materialisasi

Oleh dr Sigit Setyawadi

Beberapa kali ada yang mengatakan begini:“Dok, seandainya saja saya sudah bertemu dengan dokter sejak dulu, kehidupan saya pasti berbeda sekarang ini”. Saya hanya tersenyum karena saya tahu bahwa kalau dia ketemu saya 15 tahun lalu, kehidupannya ya tidak akan berubah. Saat itu saya masih sama dengan kebanyakan orang, terlalu percaya dengan kekuatan diri sendiri dalam mendapatkan nafkah. Hanya dalam kondisi kepepet memanfaatkan kekuatan Allah. Sekarang nyaris sudah sepenuhnya menyandarkan diri kepada Allah, menyesuaikan kehidupan saya dengan hukum-hukum yang dibuat Allah, yaitu Hukum Hukum Alam. Kalau saya menyebut Allah, bukan berarti agama atau religius, tetapi lebih kearah spiritual.

Ada hukum hukum alam yang saya percaya dibuat Allah untuk mengatur ciptaannya yaitu semesta ini. Ada Hukum Sebab Akibat (Memberi dan Menerima), Hukum Pengisian, Hukum Pertumbuhan, Hukum Tarik Menarik, Hukum Kesesuaian dan sebagainya. Saya hidup dengan cara menyesuaikan diri pada mereka, sehingga saya bisa mengambil manfaat dari hukum hukum itu. Itu sekarang . . . dulunya ya tidak.

Dahulu saya adalah orang yang dilatih untuk hanya mengandalkan logika dan nalar. Ayah saya selalu mengatakan bahwa jika kita tidak bisa membuktikan keberadaan sesuatu, berarti itu tidak ada. Kami mendapat doktrin bahwa hantu itu tidak ada, tuyul, santet dan sebagainya itu omong kosong belaka. Jika kita mau hidup nyaman, ya kita harus bekerja keras. Saya melihat bapak yang bekerja sangat keras. Selain pagi sebagai guru SPG, sore keliling ke beberapa kecamatan di Probolinggo untuk mengajar di KPG PGRI (Kursus Pendidikan Guru). Kami sekeluarga juga terbiasa bekerja. Saya dan saudara berjualan gorengan di sekolah sejak SD.

Begitulah saya besar, menjadi dokter, berumah tangga dan selalu merasa beruntung karena nasib saya memang selalu baik. Saya bekerja dengan tekun dan berusaha menjadi “yang terbaik”. Saya sering mendapat penghargaan baik secara pribadi maupun untuk Puskesmas atau Rumah Sakit tempat saya bekerja. Itu menambah semangat saya. Begitulah kehidupan saya sama dengan sebagian besar orang lain. Hidup untuk bekerja dan bekerja untuk hidup. Sampai awal tahun 2003.

9 Januari 2003, itu barangkali titik balik kehidupan saya. Tentu saja saat itu tidak saya ketahui, dan baru saya ketahui beberapa tahun kemudian. Tanggalnya pun juga baru ingat setelah membongkar bongkar buku dan ada catatan tanggal di buku panduannya.

Sesuatu itu dimulai awal tahun 2003. Om Tomi adik ipar ibu mertua saya datang dari Jakarta karena ada urusan keluarga di Malang. Beliau mengajak saya untuk belajar meditasi di Jakarta. Beliau mempromosikan sebuah tehnik pengobatan dengan tenaga dalam. Meskipun tidak ada niat untuk mengadakan pengobatan selain kedokteran, saya tertarik mendengar kata meditasi dan tenaga dalam. Selama ini ke dua kata itu hanya saya baca di buku buku silat kegemaran saya. Sayapun berangkat dengan istri dan kakak saya. Di sana, beberapa adik dan anak yang masih kuliah juga saya ajak berlatih.

Kami berlatih di sebuah rumah besar dengan beberapa mobil mewah di garasinya. Rumah itu milik sang guru, pak Haris Suhyar. Total ada 30 orang yang berlatih saat itu. Program satu hari itu diselenggarakan gratis, makanan disediakan oleh para alumni. Beliau membagikan buku dan mengatakan harganya 25 ribu. Yang punya uang silahkan membayar ke kotak kardus yang ditutupi kain di pojok ruangan.

Menjelang sore, pak Haris mengajarkan sebuah tehnik yang belum pernah kami dengar, yaitu MATERIALISASI. Kata beliau, ini cara mewujudkan permintaan kita kepada Tuhan. Sebagai orang yang dilatih berpikir rasional, tentu saya tidak percaya ada hal semacam itu. Pak Haris mengatakan bahwa apapun yang dimilikinya berasal dari materialisasi, termasuk villa dan padepokan di Megamendung Bogor. Beliau juga menunjuk 2 asistennya, keduanya kontraktor. Keduanya juga dengan mudah menarik proyek-proyek dengan materialisasi. Saya sama sekali tidak percaya. Semuda itu kok sudah sakti ?, karena hanya orang sakti yang bisa menarik apa yang diinginkannya. Saya yang orang biasa harus bekerja keras 14 jam setiap harinya untuk bisa hidup nyaman.

Beliau mengajarkan kepada kami 5 tahap materialisasi:

  1. Kita lakukan dahulu tahapan meditasi untuk menurunkan tingkat kesadaran kita ke gelombang alfa. Caranya dengan melakukan NAFAS SADAR. Secara sadar kita menarik nafas dalam dan mengeluarkannya. Kita fokus ke udara yang keuar masuk melalui hidung kita itu. Kita imajinasikan seolah olah melihat udara masuk yang jernih dan keluar nya sudah kotor. Itu kita lakukan sampai kita merasa seperti melayang dan tidak menyadari kita berada dimana.
  2. Setelah relaks, kita munculkan keinginan yang sangat kuat akan sesuatu. Keinginan ini harus benar-benar kuat seperti dalam kondisi kepepet -contoh anak sakit dan tidak ada uang-.
  3. Tahap berikutnya, sesuatu yang kita inginkan itu harus benar-benar nampak dengan nyata di mata batin kita. Jika itu mobil, ya harus jelas merk, tipe, warna, tahun dan sebagainya. Kalau uang harus jelas wujudnya, entah wujud uang atau angka di rekening.
  4. Kemudian kita munculkan perasaan senang dan bahagia yang luar biasa seolah-olah apa yang kita minta itu sudah diperoleh.
  5. Terakhir, kira bayangkan apa yang kita minta itu kita bungkus dengan gelembung keemasan dan diterbangkan ke langit.

Sudah . . . hanya itu !! Sayapun semakin tidak percaya. Gampang sekali, hidup ini tentu akan sangat mudah jika memang demikian. Pak Haris kemudian menantang kami untuk mempraktekkan materialisasi dan meminta sesuatu yang sore itu sudah bisa diperoleh . . . wow, ini benar-benar membuat saya penasaran. Ada anak muda duduk di belakang saya bertanya:”Boleh minta mobil pak ?”. Dengan santai pak Haris:”Silahkan, kalau Anda bisa meyakininya”. Woooww.

Dengan setengah ragu-ragu setengah percaya, saya meminta CD lagu-lagu meditasi. Sejak pagi saya mendengar lagu-lagu yang sangat menenangkan. Saya lakukan ke empat langkah itu dalam waktu kurang dari 10 menit.

Sore hari, muncul keajaiban pertama. Om Tomi menghampiri saya yang masih bersila sambil membawa 4 CD dengan tulisan tangan meditasi 1, 2, 3 dan 4. Ada 30 orang yang berlatih, dan hanya saya yang mendapat CD. Itu berasal dari seorang dokter mantan murid disana, yang siang tadi membawa makanan untuk kami dan sempat ngobrol dengan saya. Tidak ada yang tahu saya meminta apa selain Tuhan dan saya sendiri.

Sepulang dari pelatihan, saya bertanya ke anak saya Adi tentang apa yang dia minta tadi. Dia menjawab ingin bertemu paklik Agung, yaitu adik saya yang saat itu ada di Jakarta karena mengambil S2. Ada PR Fisika yang akan ditanyakan ke pakliknya. Begitu masuk halaman, pembantu di tempat anak saya keluar dan mengatakan:”Mas Adi, ditunggu paklik Agung di dalam”. Waduuh . . . ternyata metode ini bisa menarik orang lain juga.

Dengan dua bukti keajaiban tadi, sayapun rajin melakukan materialisasi, sedangkan tehnik pengobatan tenaga dalamnya saya lupakan. Awalnya saya bingung mau minta apa karena nyaris sudah memiliki semuanya. Akhirnya saya meminta satu hal yang belum saya miliki, yaitu penghasilan pasif. Tetapi saya tidak tahu bagaimana bentuk penghasilan pasif itu ? Darimana saya bisa memperolehnya ? Buku Robert T Kiyosaki memang menunjukkan caranya. Untuk orang seperti saya yang sudah berumur, tidak bisa bisnis, tidak punya modal banyak, hanya bisa di bisnis networking. Tentu saja saya menolak ide gila itu. Saya . . . dokter kandungan . . . menjalankan networking atau MLM . . . apa kata dunia ???.

Saya ingat, sebelum kami bubar, pak Haris mengatakan begini:”Bapak ibu, setiap hari Selasa malam jam 19.30-20.30, saya akan meditasi disini. Silahkan bapak ibu juga melakukan di rumah masing masing, entah untuk pengobatan atau untuk materialisasi, saya bantu dengan tenaga dari sini. Dalam melakukan materialisasi, minta apa saja silahkan. Sepanjang bapak dan ibu bisa melihatnya di mata batin, Tuhan sudah punya, meskipun barang semacam itu belum ada di dunia”. Kemudian beliau menunjuk berbagai barang yang tadinya belum ada sampai ada yang bisa membayangkan dalam mata batinnya. Maka terciptalah barang itu secara bertahap. Misalnya ballpoint, gelas, kursi, meja bahkan baju.

Akhirnya saya membayangkan memiliki sebuah kotak uang yang setiap kali saya ambil isinya, akan terisi lagi. Itulah penghasilan pasif menurut versi saya karena saya belum tahu berasal dari mana.

Selama berbulan-bulan, setiap Selasa malam, praktek diistirahatkan sebentar dan saya masuk kamar melakukan materialisasi dengan bayangan dibantu pak haris secara energi, sampai akhirnya bosan sendiri. Tidak ada komunitas, tidak ada dukungan dari siapapun, saya sendirian seperti orang gila menginginkan penghasilan pasif, supaya isteri saya nasibnya tidak seperti istri dokter lain yang harus turun kejalan seperti yang saya saksikan tahun 1997 lalu. Setelah lama tidak nampak tanda tanda wujud permintaan itu, akhirnya saya bosan sendiri, berhenti melakukan dan melupakan semuanya.

Tetapi nampaknya permintaan saya itu sudah dicatat di buku besar Tuhan. Buktinya tanpa saya sadari perjalanan hidup saya di arahkan kesana. Melalui jalan yang berliku, anak saya mengajak saya ikut sebuah seminar. Mula-mula saya tolak, hampir 2 bulan dia merayu kami untuk ikut seminar inspirasi dan visi (sekarang SIV) di Jakarta. Bahkan dia berani mengatakan ke ibunya lewat telepon bahwa saya, memerlukan seminar ini. Masyaallah, seorang mahasiswa berani mengatakan bahwa ayahnya yang dokter kandungan membutuhkan sebuah seminar ? Tapi akhirnya dengan penuh tanda tanya dan bosan mendengar Adi, saya dan isteri terbang juga ke Jakarta untuk hadir. Disana . . . di Seminar inspirasi dan visi bulan Oktober 2003 di stadion tennis tertutup di Senayan, saya mengalami peristiwa yang sulit diceritakan. Saya seperti katak dalam tempurung yang dibuka tempurungnya. Saya melihat sebuah kehidupan yang tidak pernah saya jumpai sepanjang 48 tahun kehidupan saya itu. Dulu saya mengira jika ingin sukses ya harus bekerja seumur hidup kita.

Ternyata itu tidak perlu. Disana terjadi magic momen yang sulit diceritakan kecuali hadir sendiri. Saya mengatakan ke Adi:”Kok baru sekarang Di bapak tahu yang begini ini ? Kok nggak sejak dulu dulu ?”. Anehnya, kalimat yang sama selalu saya dengar ketika saya mengajak teman teman ke Seminar inspirasi dan visi, khususnya yang sudah separo baya:”Kok nggak dulu dulu ya pak saya melihat yang seperti ini ?”. Karena itu saya sangat semangat kalau mengajak orang ke Seminar Inspirasi dan Visi, meskipun pada awalnya banyak yang salah paham tentang saya. Dikiranya saya mendapat semacam bonus atau apa kalau mengajak orang ke seminar itu, padahal sama sekali tidak. Berapapun yang saya ajak, tetap saja saya harus membayar seperti mereka. Bahkan mereka yang berbicara di Seminar Inspirasi Dan Visi (kecuali pembicara tamu yang diundang) juga membayar tiket (sekarang 600 untuk seminar 1 hari).

Dua tahun kemudian kehidupan saya berubah drastis. Dari seorang dokter yang sangat sibuk dan nampak lebih tua dari usianya, menjadi orang yang sangat santai dan nampak jauh lebih muda. Saya mendapat ketenangan batin karena penghasilannya bersifat pasif dan akan terus menerus saya terima. Jika saya meninggal, penghasilan ini akan diwarisi oleh anak cucu saya. Jika saya atau mereka merasa penghasilannya kurang besar, ya tinggal bekerja lagi untuk memperbesar. Jika sudah cukup, kita berhenti dan menikmati hidup.

Setelah memutuskan berhenti praktek 17 Agustus 2005 dan kemudian pensiun dini sebagai pegawai negeri, saya memiliki banyak waktu untuk belajar apa saja, terutama tentang pikiran. Saya mengenal law of attraction (hukum ketertarikan), dan baru menyadari bahwa semua perubahan hidup tadi akibat materialisasi meminta penghasilan pasif yang saya lakukan selama beberapa bulan di awal tahun 2003 itu.

Meskipun saya mengikuti banyak sekali pelatihan olah pikiran yang didalamnya menyelipkan “BERBAGAI METODE ATAU CARA MENDAPAT REJEKI”, tetap saja saya menggunakan metode materialisasi. Alasannya sederhana, pak Haris Suhyar tidak menarik uang dari kegiatannya mengajari kami. Artinya dia membuktikan bahwa metode nya itu efektif. Berbeda dengan mereka yang

mendapat uang dari hasil mengajar cara menarik rejeki. Itu membuktikan bahwa mereka sebenarnya tidak bisa menarik rejekinya sendiri. Mereka mengandalkan rejeki dari orang yang mau diajari cara-cara menarik rejeki. Hasilnya Anda akan tahu sendiri bahwa yang mengajari akan semakin banyak mendapat uang, sedang yang diajari akhirnya begitu begitu saja. Kecuali dia kemudian mengajarkan kepada orang lain strategi menarik rejeki itu. Murid murid berikutnya juga mengajarkan itu, dan semuanya mendapat rejeki dengan cara mengajarkan ilmu menarik rejeki. Sedang yang tidak masuk dalam kelompok yang memiliki kesempatan mengajarkan itu, hidupnya ya tetap seperti biasa.

Sekarang ini saya menggunakan sarana yang jauh lebih kuat yaitu hipnoterapi, metode ilmiah untuk memasukkan pikiran atau ide ke bawah sadar. Ini saya gabungkan dengan metode TEATER PIKIRAN dari Maxwell Maltz. Tentu jauh lebih kuat dibanding materialisasi yang dulu saya lakukan. Meminta penghasilan pasif 100 juta sebulan dalam 2 – 5 tahun ke depan, tidak bisa dilakukan hanya dengan melakukan materialisasi seperti saya dahulu, yang cuma meminta penghasilan pasif, tanpa menyebut jumlah maupun waktu. Hanya karena penghasilan saya sebelumnya sudah besar, maka bawah sadar saya mudah menerima ide ide baru tentang penghasilan pasif yang besar. Tetapi bagaimana dengan mereka yang penghasilannya masih dibawah 20 juta sebulan ? atau dibawah 10 juta sebulan?. Pikiran bawah sadarnya akan melihat angka 100 juta itu sebagai kemustahilan. Diperlukan orang ketiga untuk memasukkannya. Itulah peran saya disini. Membantu anda melawan semua nilai nilai salah tentang uang dan kaya yang dulu dimasukkan ke Anda oleh orang orang yang sangat berpengaruh ke Anda, yaitu orang tua, guru, ustad dsb.

Dampaknya segera terasa, mereka yang melakukan itu, biasanya dianggap aneh oleh lingkungannya. Jika mereka bisa merawat pola pikirnya yang sudah berkembang, atau plafon rejeki yang sudah naik itu dengan hadir di Seminar Inspirasi dan Visi, pastilah mereka akan dibawa ke sana. Soal caranya mendapatkan 100 juta penghasilan pasif itu, biarlah Allah yang menuntun dan menunjukkan caranya.

Selama ini sudah terbukti, cara yang Dia tunjukkan jauh lebih efektif, cepat dan harmonis dibanding kalau Anda mencari cari sendiri.

 

Surabaya 16 Oktober 2017, revisi Mei 2019

Sigit Setyawadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *