A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

F. Widayanto




Nama :
F. Widayanto

Lahir :
Jakarta, 23 Januari 1953

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD Budhi Mulya, Jakarta (1966)
- SMP Kanisius, Jakarta (1969)
- SMA Kanisius, Jakarta (1972)
- Seni Rupa ITB (1981)


Karir :
- Mendirikan Studio Keramik “Marryan's Clay Work”, Ciawi, Bogor (1983)
- Mendirikan Studio Keramik “F Widayanto Clay Statement”, Tapos, Bogor (1990)
- Mengajar Jurusan Keramik di IKJ (1990-1997)
- Mengadakan pameran tunggal, antara lain: Pameran Wadah Air, Erasmus Huis, Jakarta (1987); Pameran Loro Blonyo, Merchantile Club, Jakarta (1990); Pameran Topeng, 16Th National Craft Acquisition Award, Darwin, Australia (1996); Pameran Ibu dan Anak, Galeri Nasional, Jakarta (2000); Pameran Mass Product of Indonesian Collection 2000, Crown Prince Hotel, Singapura (1998)


 

F. Widayanto


Gara-gara lemah dalam pelajaran matematika, F. Widayanto lalu memilih menjadi ahli keramik. Menurut dia, pelajaran matematika di sekolah (dari sekolah dasar hingga sekolah menengah tingkat atas) amat menyiksa. Sampai-sampai, ia berniat mogok sekolah saja. Soalnya, ia memang lebih suka menggambar ketimbang harus belajar berhitung yang -- bagi Widayanto -- sangat njelimet.

Saking bencinya, pas pelajaran matematika di sekolah dulu, Widayanto malah asyik menggambar di buku catatannya. Ia tak pernah memperhatikan gurunya di depan kelas. Boleh dibilang, matematika merupakan momok menakutkan bagi pria yang selalu berpenampilan dandy itu.

Makanya, saat masuk ke Jurusan Seni Rupa ITB, dan memilih program kekhususan bidang keramik, Widayanto mengaku sangat senang. "Di sana tidak ada matematika dan membaca," tuturnya. "Yang ada hanya menggambar dan menggambar, mudah sekali," tambahnya mengenang.

Walau begitu, tahun pertama di ITB, Widayanto sempat stres juga. Bayangkan saja, tuturnya, ia oleh dosennya hanya disuruh mengumpulkan tanah, menumbuk sampai halus, dan kemudian menyaringnya. Perlahan tapi pasti, lama-lama ia mulai jatuh cinta. "Yang menarik di keramik kira-kira begini. Semua barang kalau dibakar akan rusak. Tapi, ternyata, keramik membalikkannya: semua barang yang dibakar justru semakin kuat," katanya.

Lebih jauh, Widayanto berkeyakinan bahwa sebongkah tanah bukan barang tanpa guna. Baginya, tanah sama seperti halnya kanvas, perunggu, perak, atau emas. Seorang pelukis akan sangat menghargai kanvas sebagai wadah berekspresi. Dan bagi pria yang memilih tidak menikah itu memaknai tanah juga sebagai wahana yang bisa diajak dialog, berekspresi dan mengaktualisasikan diri.

Berbekal keyakinan itu, Widayanto melangkah. Penyayang binatang ini mengusung sederet karya keramiknya ke sejumlah ajang pameran. Pameran pertamanya di Erasmus Huis, Jakarta, pada 1983, mendapat sambutan yang menggembirakan. Dan tak lama berselang, seusai pameran perdananya itu, seorang kerabatnya menawarkannya membuka sanggar di daerah Ciawi, Bogor, Jawa Barat. Setelah itu, Widayanto membuka sejumlah sanggar lainnya. Kini, selain sanggar sekaligus rumahnya di Ciganjur, Jakarta, ia juga membuka sanggar di bilangan Tapos (Bogor), Setiabudi dan Panglima Polim (Jakarta).

Di sisi lain, untuk membagi talentanya di bidang keramik, Widayanto sempat pula mengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dari 1990 hingga 1997. Setelah itu, ia lebih memilih menekuni ilmunya di studionya di Ciganjur. Menurut dia, studionya terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar mengenai keramik. "Silakan datang ke tempat saya," katanya. "Saya ingin terus bekerja dan berkarya," tambahnya mengungkapkan obsesinya.

Jika pria yang gemar memasak dan jalan-jalan ini dilahirkan kembali, ia ingin menjadi seekor anjing dan menemukan tuan seperti dirinya. "Saya ingin tahu apa yang diperbuat tuan saya. Termasuk cara memperlakukan saya (sebagai seekor anjing)," ujarnya.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


FAHMI IDRIS | FARID ANFASA MOELOEK | FARIDA FEISOL | FEISAL TANJUNG | FERMANTO SOEJATMAN | FERRY SONNEVILLE (FERDINAND ALEXANDER) | FIKRI JUFRI | FRANCISCUS XAVERIUS HADISUMARTO | FRANCISCUS XAVERIUS SEDA | FRANS DANUWINATA | FRANZ MAGNIS-SUSENO | FREDERIK HENDRIK AGUSTINUS HEHUWAT | FRIDOLIN UKUR | FRITS AUGUST KAKIAILATU | F.X. ARIF Adimoelja | F.X. SUSILO MURTI | F. Widayanto | Faisal H. Basri | Faruk H.T. | Fatchur Rochman


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq