A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

R. MANTRIA HUTASOIT




Nama :
R. MANTRIA HUTASOIT

Lahir :
Bandung, 28 Agustus 1912

Agama :
Protestan

Pendidikan :
- Meisjes Kweekschool, Salatiga

Karir :
- Presiden Women's International Club (WIC) (1954-1955)
- Anggota Panitia Sensor Film Jakarta (1955-1960)
- Ketua Seksi Pendidikan Perwari Pusat (1961-1966)
- Ketua I PMI Pusat (1963-1973)
- Wakil Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra (1968-1978)
- Anggota Dewan Pertimbangan Kesehatan Depkes (1971-1974)
- Wakil Ketua Yayasan Pencegahan Kebutaan
- Ketua Umum Bank Mata (1978-sekarang)
- Anggota Dewan Pertimbangan Perwari (1978-sekarang)


Kegiatan Lain :
- Anggota Executive Committee dari IPPF (International Planned Parenthood Federation (1973-1976)

Alamat Rumah :
Jalan Imam Bonjol 18, Jakarta Pusat Telp: 347770

 

R. MANTRIA HUTASOIT


Usahanya adalah "bank", tetapi bukan soal uang. Suatu usaha "kerja sama" antara yang hidup dan yang mati. Transaksi terjadi bila donatir menandatangani surat perjanjian, akan secara sukarela menyerahkan kedua kornea matanya kepada bank setelah ia meninggal. Bank inilah yang diselenggarakan oleh ibu enam anak dan nenek 12 cucu itu: Bank Mata.

Ia menjadi Ketua Umum Bank Mata sejak 1978 menggantikan Prof. Dr. Wonoyoedo, ketua umum yang pertama. Bank itu sendiri sudah didirikan sepuluh tahun sebelumnya, dan kini punya cabang di Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Palembang. Kornea yang diterima Bank Mata di Indonesia juga datang dari Sri Lanka, Amerika Serikat, dan India. "Saya sungguh berbahagia, bila ada tunanetra yang sempat melihat dunia," ujar R. Mantria.

Anak ketujuh dari 11 bersaudara keluarga R. Kanduruan Djajawikarta, sejak remaja R. Mantria giat dalam berbagai organisasi "yang tidak terikat suatu golongan politik". Namun, ketika menjadi guru Schakel School di Cimahi, ia tidak hanya ikut perkumpulan wanita "Pasundan Istri" (Pasi), tetapi juga "Jong Java", 1933.Selain fasih berbahasa Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman, ia sempat belajar adat-istiadat dan bahasa Batak ketika di Tapanuli. Suaminya, Marnixus Hutasoit, yang juga guru, pada awal Kemerdekaan diangkat oleh Bung Hatta sebagai residen di Sumatera Timur. Sesudah itu, M. Hutasoit menjadi pegawai Kementerian P & K, dan sering berpindah-pindah.

Dalam usia 70-an tahun, nenek ini masih tetap bersemangat, dan keras. Masih mengemudikan mobil sendiri bila perlu. "Sudah biasa," tuturnya. Ia mengaku sudah mengemudikan mobil sendiri sejak 1950.

Kecuali menderita diabetes dan glukoma, ibu yang gemar membaca, berolah raga, main bridge, dan scrabble ini masih tampak sehat. Menurut Prof. dr. Satrio, Ketua Umum PMI, "Ditinjau dari sudut gerontologi (ilmu lanjut usia), Ibu Mantria Hutasoit merupakan teladan pemeliharaan fisik dan mental, sehingga tetap dapat berperan produktif untuk masyarakat."

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


RUKMINI ZAINAL ABIDIN | R. BENEDICTUS SLAMET MOELYANA | R. DJOKOMOELJANTO | R. KUSUMANTO SETYONEGORO | R. MANTRIA HUTASOIT | R. SOEPRAPTO | R. WASITO | RACHMAN HALIM | RACHMAT SALEH | RADEN PANDJI SOEJONO | RADIUS PRAWIRO | RADJA MURSINAL NASUTION | RADJA Pingkir Sidabutar | RAE SITA SUPIT | RAJA INAL SIREGAR | RANO KARNO | RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO | REYN ALTIN JOHANNES LUMENTA | R.H. PURWOTO SUHADI GANDASUBRATA | Rhoma Irama | RIEKA HARTONO D. PUSPONEGORO SUATAN | RINTO HARAHAP | R.M. MUHAMMAD SUBUH SUMOHADIWIDJOJO | R.M. SOEDARSONO | R.M. SOEDJONO RESPATI | R.M. SOELARKO | ROBBY DJOHAN | ROCHMAT SOEMITRO | ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO | R.M. Roy Suryo | Rachel Maryam | Retno Maruti | Riri Riza | R.M. Roy Suryo | Remy Sylado | Richard Oh | Ryamizard Ryacudu


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq