A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

RADIUS PRAWIRO




Nama :
RADIUS PRAWIRO

Lahir :
Yogyakarta, 29 Juni 1928

Agama :
Protestan

Pendidikan :
- SD, Yogyakarta (1941)
- SMP, Yogyakarta (1945)
- SMA, Yogyakarta (1950)
- SMT Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Negeri Belanda
- Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta


Karir :
- Sekretaris BKR Yogyakarta (1945)
- Perwira Markas Tertinggi Perhubungan TRI, Yogyakarta (1947- 1948)
- Staf Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1949-1951)
- Pegawai Teknis Direktorat Akuntan Negara (1960-1965)
- Deputi Menteri Pemeriksa Keuangan Negara/BPK (1965)
- Deputi Menteri Urusan Bank Sentral (1965)
- Gubernur Bank Negara Indonesia (1966)
- Gubernur Bank Indonesia (1966-1973)
- Gubernur Dana Moneter Internasional (IMF), merangkap Wakil Gubernur Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk Indonesia (1967- 1971)
- Anggota Tim Ahli Ekonomi Presiden (1968-sekarang)
- Ketua Dewan Gubernur Bank Dunia (IBRD, 1971-1973)
- Menteri Perdagangan (1973-1983)
- Menteri Keuangan (1983-sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Taman Darmawangsa 11, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Alamat Kantor :
Jalan Lapangan Banteng Timur 24, Jakarta Pusat

 

RADIUS PRAWIRO


Ia mulai tampak repot setelah beberapa bulan dilantik menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Pembangunan IV. "Sampai beberapa tahun mendatang, Indonesia masih akan merasakan akibat resesi yang melanda dunia sekarang ini," ujar Radius. "Masyarakat harus berhati-hati juga." Dalam keadaan perekonomian yang rawan ini, menurut dia, yang diperlukan adalah kekuatan iman.

Namun, kerepotan satu ini kiranya tidak menjadi masalah bagi Radius. Ia bahkan punya kepintaran lain. Ketika masih menjabat Menteri Perdagangan, misalnya, ia lebih suka bangun di pagi buta untuk menangkap maling daripada mempercayakan tugas ini kepada penjaga rumah. Sayang, ia terpeleset dan jatuh. Lehernya, yang pernah dioperasi di Hawaii, AS, tertimpa meja. Si maling kabur -- Radius yang dirawat di Rumah Sakit Pertamina, Jakarta, tidak kurang dari tujuh hari.

Ketika dijenguk, menteri ini sempat bercanda. "Sekarang, leher saya sudah bisa digerakkan ke kanan dan ke kiri. Jadi, tak usah khawatir. Kalau ada pedagang yang minta 'izin khusus', saya sudah bisa menolak dengan menggelengkan kepala seperti ini," katanya, sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.

Kiranya sudah menjadi kerepotan rutin Radius untuk menghadapi masalah resesi. Suku bunga yang tinggi, sikap proteksionis negara maju, menurut dia, menjadi sebagian penyebab. Pada masa jabatannya pula, APBN 1986/1987 menciut untuk pertama kalinya, sejak awal Pelita I. Lantas, katanya, pemerintah akan mempertajam prioritas pembangunan, juga penghematan, baik untuk anggaran rutin maupun pembangunan.

Di lingkungan departemen yang dipimpin Radius, Ditjen Bea dan Cukai, penghematan juga dilakukan. Penertiban dilaksanakan, dan Menteri Keuangan ini mulai Mei 1985 merangkap jabatan Dirjen Bea dan Cukai.Pada 1984, sebelum terpilih sebagai Ketua Dewan Menteri Dana OPEC untuk Pembangunan Internasional di Wina, ia mengatakan, "Dunia sedang dalam periode yang paling sulit." Untuk mengatasinya, apalagi harga minyak jatuh, Menteri Keuangan ini bersama DPR-RI telah menghasilkan Undang-Undang Perpajakan baru. Antara lain, Pajak Pertambahan Nilai menggantikan Pajak Penjualan, Pajak Bumi dan Bangunan menggantikan pajak yang menyangkut kebendaan dan kekayaan atas pemilikan harta benda. "Penerimaan negara akan meningkat, dan tetap bersifat adil," kata Radius, meyakinkan.

Radius, putra seorang guru bernama Prawiro, pernah berdagang rokok ketika masih SMP, 1942. Hasilnya bisa untuk sekolah dan memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Radius juga pernah bergabung dalam Tentara Pelajar (TP) di bawah pimpinan Martono, yang kemudian menjabat Menteri Transmigrasi.

Setelah lulus SMA di Yogyakarta, Radius menempuh pendidikan di Nederlandsche Economicsche Hogeschool, Rotterdam, Belanda, sampai tamat. Ia pun berhasil lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ketika di Belanda, Radius sering keluyuran ke segenap kota di Eropa, mengendarai sepeda motor BMW. Kendati pernah jatuh karena tergelincir, kegemarannya ini masih dilanjutkan di Indonesia -- meskipun ia sudah memangku jabatan Asisten Ahli pada Direktorat Akuntansi Negara merangkap anggota Badan Pengawas Keuangan (1949-1951). Namun, sejak menjabat Gubernur Bank Indonesia, 1965, mau tak mau ia menghentikan kegemarannya itu. "Karena pertimbangan keamanan dari pemerintah, saya lalu disuruh naik mobil terus. Tapi, saya sendiri masih senang naik sepeda motor sampai sekarang," tuturnya kemudian.

Radius, yang juga penggemar fotografi, ketika acara peresmian pengangkatan orangtua asuh, 1985, sibuk jeprat-jepret menggunakan kameranya. "Persiapan pensiun, mencoba jadi juru potret," katanya ketika disapa tetamu.

Menikah dengan Leonie Supit, Radius dikaruniai empat anak, dan mengasuh seorang anak angkat. Bersama istrinya, Radius pun gemar berkebun. Kegemarannya yang baru: minum teh pahit setelah makan makanan berlemak.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


RUKMINI ZAINAL ABIDIN | R. BENEDICTUS SLAMET MOELYANA | R. DJOKOMOELJANTO | R. KUSUMANTO SETYONEGORO | R. MANTRIA HUTASOIT | R. SOEPRAPTO | R. WASITO | RACHMAN HALIM | RACHMAT SALEH | RADEN PANDJI SOEJONO | RADIUS PRAWIRO | RADJA MURSINAL NASUTION | RADJA Pingkir Sidabutar | RAE SITA SUPIT | RAJA INAL SIREGAR | RANO KARNO | RATNA SARI DEWI SOEKARNO -- NAOKO NEMOTO | REYN ALTIN JOHANNES LUMENTA | R.H. PURWOTO SUHADI GANDASUBRATA | Rhoma Irama | RIEKA HARTONO D. PUSPONEGORO SUATAN | RINTO HARAHAP | R.M. MUHAMMAD SUBUH SUMOHADIWIDJOJO | R.M. SOEDARSONO | R.M. SOEDJONO RESPATI | R.M. SOELARKO | ROBBY DJOHAN | ROCHMAT SOEMITRO | ROOSSENO SOERJOHADIKOESOEMO | R.M. Roy Suryo | Rachel Maryam | Retno Maruti | Riri Riza | R.M. Roy Suryo | Remy Sylado | Richard Oh | Ryamizard Ryacudu


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq