JIL Edisi Indonesia
Membedah Wacana Islam Liberal: Antara Fundamentalisme dan Rasionalisme
Membedah Wacana Islam Liberal: Antara Fundamentalisme dan Rasionalisme
Hamid Basyaib: Islam itu Ibarat Spons Raksasa
Saya kira itu malah bentuk pemiskinan. Saya memahami Islam itu sebagai semacam spons raksasa yang bisa menyerap banyak hal. Saya juga berkeyakinan bahwa kebudayaan manusia itu, dari manapun ia berasal dan siapapun yang memperkayanya, adalah kebudayaan bersama manusia. Sebuah warisan budaya milik umat manusia.
Islam dan Kebebasan Berekspresi
Oleh Novriantoni
Sekilas terlihat, kasus Nasr Hamid, Amr Khalid, masjid di Libia, sweeping “buku kiri” dan pendudukan media, berdiri sendiri-sendiri dan tampak berbeda. Tapi sebetulnya, semua itu termasuk antrian problem serius dunia Islam: kebebasan berekspresi masih payah. Salah satu tugas penting dan mendesak kemudian, bagaimana kebebasan berekspresi dijamin baik oleh undang-undang maupun masyarakat yang lama terkekang.
Uni Zulfiani Lubis: Media Besar Cenderung Takut Terganggu
Sebabnya begini: terkadang memang ada sindrom pada media yang sudah besar. Yaitu takut akan terganggu.
Sains, Islam, dan Revolusi Ilmiah
Oleh Sulfikar Amir
Tulisan ini memfokuskan diri pada isu sains dan Islam yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian dari kalangan akademik dan masyarakat Islam di Indonesia. Isu ini menjadi hangat karena adanya keinginan, harapan, dan semangat akan bangkitnya peradaban Islam yang dimotivasi oleh romantisisme sejarah kejayaan peradaban Islam dalam bidang sains beberapa abad yang lampau. Studi mengenai sains dalam Islam sebenarnya sudah dibahas secara serius oleh beberapa sarjana, baik muslim maupun Barat. Secara garis besar, studi ini mencakup dua aspek, yakni historis dan epistemologis.
Chandra Setiawan: Agama Tak Perlu Pengakuan Negara
Beberapa agama lokal tidak bisa dicatatkan karena dinilai tidak memeluk agama resmi. Negara seperti mengkondisikan orang untuk berlaku hipokrit dengan mencantumkan agama di KTP mereka, meski tidak sesuai keyakinannya. Yang saya juga tidak habis pikir, mengapa birokrat seolah lebih senang melihat orang kumpul kebo sementara yang kawin tidak boleh. Padahal, perkawinan itu merupakan hak paling mendasar untuk menjalin tali kekerabatan dan memperoleh keturunan.
Dimensi Filsafat dalam Wahyu
Oleh Pradana Boy ZTF
Dalam tradisi filsafat Islam, wahyu bahkan bertindak sebagai sumber pengetahuan (Bakar, 1997). Pengetahuan manusia yang diperoleh melalui wahyu memiliki status yang spesifik, karena seorang penerima pengetahuan melalui wahyu adalah orang yang memiliki otoritas keagamaan tinggi yang sering diistilahkan dengan Nabi. Sementara manusia biasa menerima keberadaan wahyu sebagai rukun iman yang harus dipercayai secara taken for granted, para filosof berusaha untuk mendudukkan wahyu sebagai realitas keilmuan yang bisa dikaji secara teoretis.
Andai Aku Seorang Muslim Liberal
Oleh Haidar Bagir
Andai aku seorang muslim liberal, maka aku akan melepaskan segenap keyakinan-keislamanku dari segala bentuk otoritas tafsir atas Islam yang tidak sesuai dengan akalku, termasuk otoritas keulamaan. Namun, aku akan menerima tafsir-otoritatif dari siapa pun, dalam arti bahwa otoritas itu bersumber pada bukti-bukti yang meyakinkan secara rasional dan berdasar pada prinsip-prinsip ilmiah yang aku yakini kebenarannya.
Dr. Djohan Effendi: Tuhan Beri Kebebasan untuk Memilih
Sepanjang itu dia yakini benar, kita harus hormati. Jadi, kalau kita mau pendapat kita dihormati, kita juga harus menghormati pendapat orang lain. Jadi kebebasan itu kebebasan yang tidak meremehkan atau melecehkan kebebasan orang lain juga. Jadi batas kebebasan itu adalah kebebasan orang lain. Saya dapat berbeda pendapat dengan Anda, tapi saya akan tetap membela kebebasan Anda untuk berpandangan seperti itu.
Islam Warna-warni
Oleh Luthfi Assyaukanie
“Islam Warna-warni” adalah sebuah ungkapan yang ditemukan tak hanya berdasarkan pilihan eksotisme kata-kata semata, tapi juga berdasarkan dalil teologis (kalamiyyah), fikih (fiqhiyyah), maupun sosiologis (ijtimaiyyah) yang dirujuk ketika rancangan iklan itu dibuat. Dengan kata lain, slogan ini merupakan hasil renungan atas doktrin esensial Islam dan kenyataan sejarah Islam itu sendiri.