Nama : Permadi
Lahir : Semarang, Jawa Tengah, 16 Mei 1940
Pendidikan : - SD, Semarang (1952)
- SMP, Semarang (1956)
- SMA, Semarang (1958)
- Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta (1965)
Karir : - Pegawai di Lembaga Pariwisata (1966-1967)
- Sekretaris Redaksi Suara Pembaruan (1969-1971)
- Sekretaris pribadi Hardi, S.H. (1971-1973)
- Sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen (1973-1979)
- Ketua Yayasan Lembaga Konsumen (1979- 1985)
- Anggota DPR-MPR
Kegiatan Lain : Pengurus Yayasan Parapsikologi Indonesia (1982)
Keluarga : Ayah : Poernomo
Ibu : Sriyati
Istri : Dewi Nuryanti
Anak : 1. Dewi Ayuning Kraton
2. Dewi Tjiptaning Kraton
3. Bambang Tarunaning Prang
4. Bambang Andikaning Prang
Alamat Rumah : Jalan Kayu Putih Timur 49, Jakarta 13260
Telepon (021) 4890861, 7989745, 5756142
HP 0811828060
Alamat Kantor : - Kompleks MPR/DPR RI, Gedung Nusantara I Lt 5, Jakarta
- Jalan Kayumanis Timur 49, Jakarta
|
|
Permadi
TAK disangka oleh Permadi, ketika bertemu dengan Sunan Solo, pada 1995, ia mendapat pangkat dan gelar baru. €œSaya diberi pangkat bupati sepuh; gelar kanjeng raden tumenggung, nama tambahan Satrio Wiwoho,€ tutur tokoh parapsikologi ini. Jadilah namanya KRT Permadi Satrio Wiwoho, yang artinya 'satria yang dijagokan'.
Tapi Permadi tetaplah Permadi. €œSaya terima dan mengucapkan terima kasih. Tetapi itu tidak mempengaruhi kehidupan saya,€ katanya lagi. Saat ini ia masih anggota Fraksi PDIP DPR, mewakili konstituen Madiun, walau ia mengaku sebenarnya bukan aktivis PDIP. Selain itu, ia tetap menjalani profesi lain: paraspsikolog yang oleh pers sering juga disebut paranormal. Parapsikologi di Indonesia, menurut Permadi, bersumber pada Ketuhanan Yang Maha Esa, obyeknya adalah orang yang memiliki kekuatan di luar kewajaran. Lelaki yang suka berpakaian hitam-hitam ini biasa bersemedi dan tirakat.
Sejak SMP, anak keempat dari tujuh bersaudara itu bercita-cita jadi diplomat. Karena ingin bepergian ke luar negeri, katanya. Tapi lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, jurusan Hukum Internasional Publik (1965) ditolak lamarannya ke Departemen Luar Negeri. Sempat bekerja di Lembaga Pariwisata RI, ia kemudian dipecat gara-gara dicap €œSukarnois€. Lulus testing di Pertamina, ia juga ditolak direksi karena dianggap bagian dari Orde Lama.
Mas Adi, begitu ia biasa dipanggil, akhirnya menjalani hidup sebagai kondektur bus, lalu sopir taksi, hingga 1967. Berkampanye lewat Gerakan Swa Karya menggalakkan masyarakat agar memakai produksi dalam negeri, mengantarkan Mbahbau €”panggilannya waktu kecil di antara keluarga€” ke jabatan sekretaris Yayasan Lembaga Konsumen, yang didirikan pada 1973. Enam tahun kemudian ia menjadi ketuanya sampai 1985.
Pada zaman Soeharto berkuasa, mantan anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ini sangat vokal dan berani menentang Soeharto. €œSaya sempat didakwa sebagai Sukarnois. Dan sebenarnya, menurut undang-undang, tidak ada larangan untuk menjadi Sukarnois. Pada 1995 saya dipenjara selama tujuh bulan,€ tutur pengagum Sukarno ini. Ia juga pernah dituduh melakukan makar berkaitan dengan Peristiwa 27 Juli dan Tragedi Trisakti.
Setelah menjadi anggota DPR pada era reformasi ini, ia sengaja berdiam diri. Menurut Permadi, keberanian itu dibutuhkan pada saat Soeharto berkuasa, tapi justru jarang ada yang berani berbicara. €œTetapi, setelah reformasi semua orang bisa bicara, semua orang bisa memaki-maki presiden. Nah, saya tidak ingin membingungkan rakyat, lebih baik saya diam,€ kata pria yang mengaku penyambung lidah Bung Karno ini.
|