JIL Edisi Indonesia
Hijabisasi Perempuan dalam Ruang Publik
Oleh Nong Darol Mahmada
Dalam Islam tidak jelas dikotomi publik dan privat. Perempuan Islam tetap menjalankan tugas reproduksinya tanpa meninggalkan kehidupan publiknya. Ini terlihat dari keterlibatan dan keaktifan isteri-isteri Nabi dan sahabat-sahabat perempuan beliau yang bisa kita baca dalam sejarah hidup Nabi.
Francisco Budi Hardiman: Perlu Debat Publik yang Rasional
Agama yang seperti apa, karena agama mempunyai dimensi yang beraneka ragam. Misalnya ada dimensi moral, dimensi metafisika, dimensi nilai-nilai, psikologi sosial dan politik dan lain-lain. Nah agama dari segi dimensi moralnya, tentu memberikan sumbangan yang besar untuk publik dalam hidup bernegara.
Azyumardi Azra: “Kaum Feminis Melawan Sunnatullah”
Belakangan ini, Rektor IAIN Syarif Hidayatullah ini sangat laris dimintai komentar berbagai permasalahan sosial-politik aktual. Kendati latar belakang studinya adalah Ilmu Sejarah, Prof. Dr. Azyumardi Azra sangat piawai berbicara tentang perkembangan politik mutakhir. Tak heran, karena di masa mudanya, dia adalah seorang aktifis dan mantan wartawan yang akran dengan dunia politik.
Menahan Haus Rasa-Hormat
Oleh Rizal Panggabean
Jika demikian halnya, marilah mengingat kembali salah satu tujuan puasa, yaitu menahan rasa lapar dan dahaga, termasuk lapar dan dahaga akan rasa hormat. Marilah menahan diri dari dorongan dan emosi sosial yang negatif, tidak toleran, dan membatasi.
Demokrasi dalam Tradisi Politik Islam Melayu: Mencari Hitam dalam Gelap
Oleh Oman Fathurahman
Pada dasarnya, kata “Islam” dan “Melayu” tentu saja merujuk pada dua makna yang berbeda: yang pertama, merujuk pada sebuah tatanan dengan sekumpulan nilai yang diyakini oleh pemeluknya sebagai way of life. Sementara yang kedua, Melayu, berarti sebuah komunitas di wilayah tertentu, di mana Indonesia berada di dalamnya. Karenanya, yang disebut sebagai masyarakat Melayu adalah mereka yang menjadi bagian dari komunitas di wilayah dimaksud.
Ahmad Sahal: Asal Main Larang Bisa Kontraproduktif
Beberapa kalangan Islam, termasuk MUI, menuntut agar tempat hiburan ditutup selama bulan Ramadhan. Gubernur Jakarta pun meresponnya dengan membuat surat keputusan penutupan tempat hiburan. Tahun lalu, kita masih ingat di Jakarta massa FPI merusak café dan tempat hiburan yang dianggap menjajakan kemaksiatan. Apakah langkah semacam itu akan efektif atau justru kontraproduktif? Bagaimana melihat hal itu semua dalam konteks demokrasi?
Jihad Proporsional
Oleh Azyumardi Azra
Proporsionalitas ungkapan solidaritas Islam itu mestilah juga lebih berorientasi ke dalam. Keadaan ekonomi Indonesia yang masih terpuruk telah menjadikan kaum Muslimin sebagai korban yang paling menderita, apakah dalam bentuk merosotnya pendapatan maupun dalam bentuk pengangguran yang semakin meluas. Selain itu, sekitar 1,3 juta anak bangsa telah menjadi pengungsi di manamana. Bisa dipastikan, sebagian besar mereka ini adalah kaum Muslimin. Ukhuwwah Islamiyah yang begitu menggelora belakangan ini haruslah juga ditujukan kepada mereka ini. Jika tidak, kita berarti lebih memberikan perhatian kepada “rumahtangga” orang lain, sementara rumahtangga kita sendiri yang berantakan, hampir dilupakan.
Taufik Adnan Amal: Lihatlah Alquran dalam konteks sejarahnya!
Kalau kita melihat konteks lahirnya Alquran pada masa nabi bahkan pada masa setelah itu, kita lihat umat Islam hadir dalam komunitas yang majemuk, ada umat Islam, Nasrani, Yahudi dan badui-badui. Nah Alquran misalnya mencela yahudi karena ada situasi politik ketika itu. Karena mereka berkolaborasi untuk menghancurkan benih atau embrio komunitas Islam yang mulai terbentuk. Sehingga kita harus memahami komunitas-komnuitas keagamaan. Alquran mengatakan kriteria antara umat Islam adalah iman dan amal saleh inilah visi Alquran tentang masyarakat majemuk tadi.
Telaah Kritis Konsep Aswaja
Oleh Dr. Fu’ad Jabali
Konsep Jama’ah bisa memberikan justifikasi religius bagi partisipasi masyarakat Indonesia dalam kerangka bernegara dan berbangsa. Mengaku dirinya sebagai penganut Ahlussunnah wal-Jama’ah, mereka berikrar kepada Tuhannya bahwa mereka akan mengabdikan diri, selain pada realisasi nilai-nilai luhur yang ada dalam Sunnah Nabi, juga pada pembangunan Jama’ah. Kalau Jama’ah di Indonesia berantakan, kalau orang tidak peduli lagi dengan nasib kebanyakan orang, dan kalau orang meruksak masa depan orang kebanyakan, berarti klaim mereka sebagai penganut Ahlussunnah wal-Jama’ah patut dipertanyakan.
Alquran Edisi Kritis
Oleh Taufik Adnan Amal
Di kalangan kaum muslim awam, teks dan bacaan yang ada dewasa ini di dalam mushaf Alquran diyakini sebagai rekaman lengkap dan otentik wahyu-wahyu Nabi Muhammad yang dikodifikasi Zayd ibn Tsabit berdasarkan otoritas Khalifah Utsman ibn Affan. Pernyataan Alquran dalam 15:9, dipandang sebagai garansi ilahi atas kemurnian mushaf tersebut dari berbagai perubahan dan penyimpangan, bahkan --menurut suatu pendapat yang ahistoris-- dalam titik serta barisnya.