A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Kusnanto Anggoro




Nama :
Kusnanto Anggoro

Lahir :
Klaten, Jawa Tengah, 9 Februari 1960

Agama :
Islam

Pendidikan :
1. Hubungan Internasional UI (1985)
2. Universitas Glasgow Scotlandia, Britania Raya (Ph.D.)


Karir :
1. Peneliti dan pengamat politik pada Center for Strategic and International Studies (CSIS)
2. Dosen Pascasarjana Jurusan Hubungan Internasional, UI
3. Pembimbing Program Studi Strategi dan Keamanan, Sesko TNI AL
4. Dan dosen tamu Sesko TNI
5. Anggota Komisi Nasional Council for Security Cooperation in Asia Pacific (CSCAP)


Keluarga :
Ayah : Sastrominarso Ibu : Tukinah Istri : Ponny Retno Astuti Anak : 1. Svetlana Anggita Prasasthi 2. Anintyo Respati

Alamat Rumah :
Jalan Kalimantan 239, Perumahan Depok Utara, Depok 16421.

Alamat Kantor :
Jalan Tanah Abang III/23-27, Jakarta 10160

 

Kusnanto Anggoro


Senantiasa berkutat dengan masalah politik, Kusnanto Anggoro sempat mengalami kejemuan mental pada 2002. Tubuh dan pikirannya terasa letih selama kurang-lebih setengah bulan. €œSaya disoriented, merasa linglung, tapi gila sih enggak,€ tutur peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) ini.

Apa yang menjemukan Kusnanto? Ternyata terhadap semua perkara. €œMakanya segala macam media komunikasi saya matikan,€ ujarnya lagi. Telepon genggam ia nonaktifkan, telepon rumah ia cabut. Ia tidak mau membaca koran dan menolak menonton televisi. Salah satu sebabnya, €œBanyak yang bertanya tentang militer terus dan saya menjawab hal yang sama secara berulang-ulang. Sedangkan saya tahu persis progress-nya tidak banyak,€ ungkapnya. Jadi, menurut perkiraannya, perpaduan antara kesehatan dan kekecewaan itu yang menyebabkan dia agak sakit. Juga, tak ada tempat untuk mencurahkan isi hati. Apalagi, ia mengaku termasuk orang yang suka memendam perasaannya.

Untunglah tidak terlalu lama. Setelah dua minggu kemudian, ia merasa segar. Ia kembali bekerja seperti biasa, menekuni dunianya sebagai peneliti dan analis politik militer. Sebuah profesi yang tak pernah terbayangkan ketika Kus€”demikian panggilan akrabnya€”masih kanak-kanak di kota kelahirannya, Klaten, Jawa Tengah. €œCita-cita saya banyak,€ kenangnya. Tapi, tak terlintas jadi analis politik.

Lulus SMA, anak kedua dari dua bersaudara ini sempat kuliah di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB). Agar tidak bergantung secara ekonomi pada orangtua yang pegawai negeri, ia mencari uang sendiri dengan menjadi tukang ketik pinggir jalan di dekat kampusnya. Selain itu, sampai tahun ketiga ia mengajar les privat, dan menulis di media massa.

Kuliahnya di ITB ternyata tak lama. Tertarik pada ilmu sosial, pada 1980 Kus pindah ke Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI), selesai 1985. €œIlmu sosial selalu merupakan tantangan bagi saya. Memberi kesempatan yang sangat besar untuk merenung, untuk berkontemplasi. Kenikmatannya pun lebih,€ kata doktor dalam bidang transformasi rezim internasional dari Institute of Russian and East European Studies, Universitas Glasgow, Skotlandia, Britania Raya (1994) itu.

Saat ini, selain mengajar di Pascasarjana UI, ia tetap menekuni profesinya sebagai peneliti politik militer di CSIS. Pilihannya bergabung dengan CSIS, menurut dia, karena lembaga itu memberikan sarana dan prasarana untuk mencapai pengalaman dan kearifan keilmuan.

Kusnanto tidak ingin disebut sebagai pengamat, tapi analis. Kalau televisi mengundangnya jadi komentator, akunya, €œSaya males karena saya sebenarnya tidak suka menjadi komentator.€ Ia juga mengaku tidak ingin perannya bergeser dari peneliti menjadi selebriti. Karena alasan itulah ia jarang tampil di televisi.

Atas pilihannya itu, sekarang Kus tidak berpikir untuk menjadi yang lain, apalagi seorang birokrat. €œTidak kebayang dan tidak ada keinginan sama sekali,€ katanya. Ia merasa tidak cocok jadi aktor.

Sebagai orang sibuk, kini ia tak banyak waktu untuk mendongeng buat anak-anaknya. Paling dua minggu sekali, ayah dua anak ini mendongeng cerita yang memuat etika, spirit zaman, yang tidak pernah tertuang dalam pelajaran sejarah. Dua atau tiga kali dalam seminggu, pparnya, €œSaya mencoba mengantar mereka sekolah sehingga kami bisa ngobrol ma dalam perjalanan.€ Waktu luang, kadang diisi dengan membaca karya sastra, bermain musik (organ) bersama anaknya. Kus juga suka mendengarkan musik jazz dan klasik karya Mozart dan Beethoven, namun memilih yang tidak terlalu berat.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


KAMARDY ARIEF | KARDJONO WIRIOPRAWIRO | KARDONO | KARKONO Partokusumo alias Kamajaya | KARLINA UMAR WIRAHADIKUSUMAH | KARNO BARKAH | KARTINI MULYADI | KASINO HADIWIBOWO | KEMALA MOTIK | K.H. HAMAM JA'FAR | K.H. MOHAMAD ACHMAD SIDDIQ | K.H. MUKTI ALI | K.H. RADEN AS'AD SYAMSULARIFIN | K.H. SHOLEH ISKANDAR | K.H. TOHIR WIJAYA | KHAIDIR ANWAR | KI SOERATMAN | KIAI HAJI ALI MA'SHUM | KOENTJARANINGRAT | KOESNADI HARDJASOEMANTRI | KONTAN PRI BANGUN | KOSASIH PURWANEGARA | KRISHNAHADI S. PRIBADI | KRISTOFORUS Sindhunata | K.R.M. HARIO JONOSEWOJO HANDAJANINGRAT | K.R.T. HARDJONEGORO | KUNTO WIBISONO SISWOMIHARDJO | KUNTOADJI | KUNTOWIJOYO | KURNIA | KUSWATA KARTAWINATA | KWIK KIAN GIE | Kafi Kurnia | Kamiso Handoyo Nitimulyo | Karlina Leksono Supelli | Karni Ilyas | Kartika | Kemal Jufri | Koesparmono Irsan | Krisdayanti | Kurniawan Dwi Yulianto | Kusnanto Anggoro | Kusumo Priyono | Kwik Kian Gie


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq