JIL Edisi Indonesia
Islam Liberal, Pemurtadan Berlebel Islam
Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan baru dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangnya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis, kini melangkah lagi dengan kemasan barunya, JIL.
Islam Kaffah, Mungkinkah?
Sejak didirikan pada 8 Maret 2001, kelompok diskusi (Milis) Islam Liberal () telah mendiskusikan berbagai isu mengenai Islam, negara, dan kemasyarakatan. Kelompok diskusi ini diikuti oleh lebih dari 400 anggota, termasuk para penulis, intelektual, dan pengamat politik. Dimoderatori oleh Luthfi Assyaukanie dari Jaringan Islam Liberal (JIL), diskusi berikut mengangkat isu Islam dan konsep kaffah (sempurna).
William R. Liddle: Agama Rentan Jadi Sumber Konflik Politik
Memang saya melihat itu sebagai masalah, tetapi saya tidak berpendapat bahwa Indonesia akan tenggelam di air laut, sebagai akibat dari konflik agama. Sebenarnya saya agak optimis mengenai masa depan Indonesia, khususnya mengenai soal pemilu tadi.
Menyegarkan Wacana Ahli Kitab
Oleh Cecep Ramli Bihar Anwar
Tak mudah mengembangkan wacana ahli kitab yang, di satu sisi, diterima non-muslim untuk menjadi bingkai dialog antaragama; tapi di sisi lain diakui kaum Muslim tetap berdasarkan Alquran. Model tafsir liberal mengandaikan dua syarat untuk itu. Pertama, wacana ahli kitab harus terlebih dulu dibersihkan dari segala distorsi yang telah menguburnya selama berabad-abad. Kedua, wacana yang khas quranik ini kemudian harus diterjemahkan ke dalam bahasa umum yang bisa dipahami semua agama.
Islam dan Barat Sependapat Terorisme Mengancam Peradaban
Terorisme mengancam kelangsungan demokrasi. Islam dan Barat harus mengintensifkan dialog dan bekerja sama menekan aksi teroris di berbagai belahan dunia.
Trisno S. Sutanto: Fundamentalis Kristen Merebak Kuat
Sekarang ini, istilah fundamentalisme menjadi momok baru di dunia terutama Amerika dan sekutunya pasca 11 September 2001. Dan istilah ini selalu diidentikkan dengan Islam. Padahal fundamentalisme merupakan fenomena atau sebuah gerakan yang ada pada semua agama, termasuk agama Kristen.
Penerapan Syariat Bukan Negara Islam?
Oleh Arskal Salim
Apakah mungkin memberlakukan syariat Islam tanpa negara Islam? Bukankah penerapan syariat Islam dengan sendirinya merupakan pembuka jalan masuk (akses) menuju negara Islam?
Menyemai Perdamaian dengan Wahdat al-Adyan
Oleh M. Khoirul Muqtafa
Persoalan agama menjadi salah satu isu krusial yang banyak disoroti oleh berbagai kalangan pasca keruntuhan Orde Baru. Di masa ini kita bisa melihat bagaimana ‘trilogi kerukunan agama’ yang dulu diproklamirkan dan dibangga-banggakan oleh Orde Baru karena dianggap mampu mewadahi aspirasi dan menyatukan berbagai kelompok keagamaan yang ada justru berubah menjadi bencana. Konflik keagamaan bermunculan dan meruyak diberbagai daerah, bak cendawan di musim hujan. Radikalisme (umat) beragama dipertontonkan secara kasat mata tanpa tedeng aling-aling oleh berbagai kelompok berbasis agama.
Fundamentalisme dalam Kacamata Seorang Fundamentalis
Oleh Mu’adz D’Fahmi
Belakangan ini, banyak sekali peristiwa yang dikaitkan dengan aktifitas gerakan kelompok fundamentalis. Berbagai media dipenuhi oleh kejadian-kejadian yang mencerminkan hal tersebut. Pembunuhan perdana menteri Yitzak Rabin, tragedi 11 September di Amerika, bom bunuh diri yang mewarnai konflik Israel-Palestina adalah contoh dari sekian banyak reaksi berbahaya kelompok fundamentalis terhadap dunia modern. Meskipun para pelakunya datang dari beragam kepercayaan, mereka memiliki satu karakteristik umum: over fanatism in religious faith. Ketaatan yang berlebihan dalam beragama.
Kritik Hermeneutika Al-Quran
Akhir-akhir ini kelompok Islam liberal rajin mengintroduksi berbagai artikel yang berisi dekonstruksi atas metode tafsir yang telah mapan dalam sejarah ilmu tafsir. Metode tafsir para Ulama Salaf (Ahlussunnah) dianggap klasik dan tidak kontemporer, sehingga banyak pesan ayat Al-Quran terpasung oleh penafsiran tekstual. Sementara konteks peradaban menuntut adanya berbagai penyesuaian signifikan.