A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

A. MATTULADA




Nama :
A. MATTULADA

Lahir :
Bulukumba, Sulawesi Selatan, 15 November 1928

Agama :
Islam

Pendidikan :
„h SD, Bantaeng (1942)
„h SMP, Makassar (1946)
„h SMA, Makassar (1952)
„h Akta Pendidikan Guru SLA, Makassar (1957)
„h B-I Ilmu Hukum Makassar (1957)
„h Fakultas Sastra Unhas, Makassar (1964)
„h Doktor Antropologi UI, Jakarta (1975)


Karir :
„h Anggota Kesatuan Gerilya Sul-Sel/Anggota Kepolisian RI di Makassar (1950-1956)
„h Guru & Direktur SMA Negeri di Makassar (1956-1967)
„h Dosen/Guru Besar Universitas Hasannudin di Makassar (1957-kini)
„h Kepala Departemen Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan FIS-Unhas di Makassar
„h Rektor Universitas Tadulako di Palu (sekarang)


Kegiatan Lain :
„h Ketua Umum Dewan Kesenian Makassar (DKM) (1978- 1981)

Karya :
„h Latoa, Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis, 1975
„h Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah, 1977
„h Pedang & Sempoa (Satu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian orang Jepang), 1979


Alamat Rumah :
Jalan Dr. Ratulangi 204, Ujungpandang Telp: 3143

Alamat Kantor :
Kampus Unhas Jalan Masjid Raya 55, Ujungpandang Telp: 6343

 

A. MATTULADA


Suatu ketika, ia mengaku, "Saya kebetulan lahir di suatu masyarakat yang lain dari apa yang dipilah secara trikotomis oleh Geertz." Maksudnya: masyarakat abangan, priayi, dan santri -- sebagaimana ditelaah Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java. Mat, demikian ia biasa dipanggil, lahir sebagai anak sulung dari lima bersaudara.
Ayahnya, A. Palellungi Dg. Manrapi, pensiunan kepala wanua (negeri), seorang Muhammadiyah yang diminta kembali memegang kedudukan adat. Bersekolah di Mualimin Muhammadiyah, Mat juga beroleh pendidikan Belanda. "Terciptalah dalam diri saya dua pola secara bersamaan, adat dan agama," tuturnya.
Mungkin latar belakang ini yang menyebabkan Mat tidak betah menjadi polisi. Padahal, sempat enam tahun ia berdinas sebagai anggota DPKN -- semacam reserse untuk kejahatan politik -- di Makassar (sekarang Ujungpandang), sejak 1950. Sebelumnya, pada awal zaman Kemerdekaan, Mat anggota Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan.
Setelah beroleh akta Pendidikan Guru SLA dan B-1 Ilmu Hukum di Makassar, Mat mengajar, dan kemudian direktur, SMA negeri di kota itu, sejak 1957. Kuliah di Universitas Hasanuddin, ia meraih gelar sarjana sastra pada 1964. Tiga tahun kemudian, jabatan direktur SMA dilepasnya, ia diangkat sebagai dosen di bekas alma maternya.
Agaknya, dunia pendidikan dan penelitian memang cocok bagi Mat. Gelar doktor antropologi diraihnya dari UI, Jakarta, 1975, dengan disertasi Latoa, Satu Lukisan Analitis terhadap Antropologi Politik Orang Bugis. Kini, Mat Rektor Universitas Tadulako, Palu, Sulawesi Tengah. Sebelumnya, ia Kepala Departemen Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan Fakultas Ilmu Sosial & Budaya Unhas.
Selama ini, Mat telah menghasilkan karya tulis berupa buku, di antaranya: Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah (1977), dan Pedang & Sempoa (Satu Analisa Kultural Perasaan Kepribadian Orang Jepang), 1979.
Tampil dalam pertemuan ilmiah Proyek Pengembangan Nilai Budaya di Tugu, Jawa Barat, Januari 1985, ia membawakan makalah "Integrasi Nasional dan Permasalahannya". "Kehidupan bangsa Indonesia, dari kodratnya mengandung kekuatan yang menyatukan (sentripetal), dan kekuatan yang memecahkan (sentrifugal)," katanya, antara lain.
Yang dimaksud kekuatan sentripetal adalah peranan dan manifestasi: bahasa Indonesia, Pancasila, UUD 45, Indonesia Raya, dan Sang Merah Putih. "Ini merupakan dasar pertumbuhan solidaritas, kebersamaan, dan juga perasaan yang menggugah," tuturnya. Adapun kekuatan sentrifugal, yang membawa peri laku desintegrasi, di antaranya: perbedaan agama, sikap status, golongan, suku bangsa, pribumi, dan nonpribumi.
Bekas Ketua Umum Dewan Kesenian Makassar ini menikah dengan Siti Aziah Ressang, dikaruniai seorang anak. Kegemarannya, selain membaca, juga menonton kesenian.

UPDATE:


Pada 1990, Mattulada menulis buku Makassar dalam Menyusuri Jejak Kehadiran Makassar dalam Sejarah. Bukunya yang lain, Lingkungan Hidup Manusia, terbit pada 1994. Pada tahun itu juga, 1994, Mattulada pensiun. Walau demikian, ia masih disibukkan oleh berbagai seminar dari dalam dan luar negeri. Hampir setiap bulan ia mengikuti seminar dan menjadi pembawa makalah di mana-mana. Pada awal Juli 1995, ia kembali dari Brunei Darussalam mengikuti seminar tentang Masyarakat Bajo. Selain itu, ia masih tetap mengajar di Unhas dan Universitas 45 Makassar.

Pada Kamis, 12 Oktober 2000 pukul 04.30 WITA, pada usia 72 tahun, Mattulada meninggal dunia, Rumah Sakit Akademis Makassar, karena serangan stroke yang kedua kalinya. Selain stroke, Mattulada juga mengidap diabetes.
(Buku Apa Siapa 1985/1986)

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


A. MATTULADA | A. SULASIKIN MURPRATOMO | ABDOEL RAOEF SOEHOED | ABDUL AZIS LAMADJIDO | ABDUL DJALIL PIROUS | ABDUL GAFAR ABDULLAH (EBIET G. ADE) | ABDUL GAFUR TENGKU IDRIS | ABDUL KADIR | ABDUL KARIM OEY | ARBI SANIT | ARDIANSYAH | ANWAR NASUTION | ARIEF BUDIMAN | ARIFIN CHAIRIN NOER | ANTON SOEDJARWO | ARIFIN M. SIREGAR | AMRI YAHYA | ARISTIDES KATOPPO | AMIRMACHMUD | ARSWENDO ATMOWILOTO | AMIR MOERTONO | AWALUDDIN DJAMIN | AZWAR ANAS | ALI SADIKIN | AHMAD SYAFII MAARIF | AHMAD SADALI | ACHDIAT KARTA MIHARDJA | ABDULLAH PUTEH | ABDULGANI | ABDUL RACHMAN RAMLY | ABDUL QADIR DJAELANI | ABDUL LATIEF | A. Deni Daruri | A.T. Mahmud | Abdul Hakim Garuda Nusantara | Abdul Mun'im Idries | Abdullah Gymnastiar | Ade Armando | Ade Rai | Afan Gaffar | Agnes Monica | Agum Gumelar | Ahmad Syafi'i Ma'arif | Alfons Taryadi | Amir Syamsuddin | Amiruddin Zakaria | Amri Yahya | Amrozi | Anand Krishna | Ananda Sukarlan | Anang Supena | Andrianus Meliala | Andy F. Noya | Anton Bachrul Alam | Anton M. Moeliono | Apong Herlina | Arbi Sanit | Aria Kusumadewa | Arifin Panigoro | Aristides Katoppo | Arjatmo Tjokronegoro | Arswendo Atmowiloto | Arwin Rasyid | Asikin Hanafiah | Atmakusumah Astraatmadja | August Parengkuan | Ayu Azhari | Ayu Utami | Azyumardi Azra | Anwar Nasution | Arief Budiman | Abdul Rahman Saleh | Anton Apriyantono | Adyaksa Dault


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq