A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Adyaksa Dault




Nama :
Adyaksa Dault

Lahir :
Donggala, Sulawesi Tengah 7 Juni 1963

Agama :
Islam

Pendidikan :
Kandidat Doktor Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Teknik Kelautan, sejak tahun 2003
S-2, FISIP UI Jakarta


Karir :
Menteri Pemuda dan Olarh Raga Kabinet Indonesia Bersatu 2004-2009
Konsultan Hukum pada Kantor Dault and Associate
Ketua Ikatan Pensehat Hukum Indonesia (IPHI), 1999-2004
Ketua DPP KNPI 1999-2002


Keluarga :
Jumlah anak : 2 Orang

 

Adyaksa Dault


Mantan ketua Garda Merah Putih ini adalah putra pengacara terkenal H.M. Dault. Di awal tugas sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Ia mengakui bahwa dirinya memang kurang mengerti tentang dunia olahraga, kendati memiliki cukup pengalaman dalam hal kepemudaan karena ia pernah menjabat sebagai ketua KNPI.
Ia pun berjanji untuk membangun komunikasi yang baik dengan KONI, ditjen olah raga dan stakeholder yang terkait. Menurutnya, KONI sebaiknya mengurusi olah raga prestasi, sedangkan Menpora lebih fokus pada kebijakan dan pengaturan dana sementara ditjen olah raga mengurusi olah raga pendidikan.
Ia berjanji untuk mempelajari RUU Olah raga yang selama ini belum disahkan dan menindaklanjutinya dengan mengkoreksi atau melengkapi bila ada kekurangan.

Kandidat doktor program sosial ekonomi IPB ini pun merasa perlu memisahkan kewenangan antara lembaga yang mengurusi olah raga amatir dan olah raga profesional. Berkaitan dengan pemisahan itu ia mengupayakan agar Kepres No.72 tahun 2000 yang dikeluarkan mantan presiden Abdurarhman Wahid, sehubungan dengan dilikuidasinya kementrian pemuda dan olahraga dicabut. Dengan dicabutnya Kepres No.72 tersebut bisa dipastikan tugas KONI akan kembali ke awal selaku badan yang mengurusi ajang multi event dan amatir. Maka ia terlebih dulu akan menyiapkan Rancangan Undang-Undang Olahraga yang disusun oleh tim 11 pimpinan Ketua Disornas, Toho Kholik Mutohir.

Di hari-hari pertama tugasnya sebagai menpora ia berusaha membenahi persoalan-persoalan internal di dalam departemennya seperti persoalan kantor yang belum jelas dan mengisi posisi-posisi staf dengan orang-orang yang memiliki kemampuan baik tanpa unsur korupsi, kolusi dan nepotisme. Salah seorang yang akhirnya ditunjuk untuk membantunya berasal dari kalangan atlet yaitu Icuk Sugiarto, mantan atlet bulutangkis yang telah mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional. Mengenai pekerjaan dan tanggung jawabnya sebagai Menpora, ia tidak mau banyak berjanji. Ia meminta masyarakat melihat dulu pekerjaannya dan menilainya kemudian apakah ia berhasil atau tidak

Menteri negara yang juga merupakan salah satu famili mantan Menhankam/Pangab Wiranto ini sempat bermasalah dengan wartawan. Ini berkaitan dengan undangan para wartawan terhadap Menpora untuk menghadiri Saresehan Olahraga yang digagas oleh komunitas wartawan yang biasa ngepos di KONI Pusat. Saat itu ia diundang untuk menjadi pembicara utama dalam acara Diskusi €œKONI di Era Menpora€ yang akhirnya dibubarkan karena ia tak kunjung hadir. Berita yang beredar dan dilansir media saat itu mengenai keterlambatannya adalah karena ia ketiduran. Ia menanggapi hal ini dengan meminta wartawan untuk mengklarifikasi berita tentang keterlambatannya. Ia mengatakan penyababnya adalah ia harus melayat dulu sebelum menghadiri acara tersebut. Ia minta semua berita yang menyudutkan dirinya saat itu diralat dan diklarifikasi.

Menjelang satu tahun jabatannya, dunia olah raga diramaikan dengan akan beredarnya kartu pos olah raga bergambar atlet yang juga merupakan kartu undian berhadiah 1 Milyar. Hal ini pun menuai kontroversi. Sebagian orang menganggap ide pembuatan kartu pos ini sama dengan menyuburkan perjudian. Ide kartu pos berhadiah ini sempat mendapatkan dukungan dari berbagai ormas Islam, dan Adhyaksa dituding sebagai orang yang turun melobi ormas-ormas tersebut. Adhyaksa sendiri membantah hal itu dan mengatakan ide kartu ini tidak berasal dari menpora, namun dari IKatan Atlet Nasional Indonesia (IANI). Namun karena berkaitan dengan atlet dan ide kartu pos ini berasal dari IANI yang diketuai oleh Icuk Sugiarto yang notabene adalah stafnya, maka ia pun dimintai keterangan oleh wartawan mengenai hal tersebut. Hingga saat ini, ia masih tidak setuju dengan kartu pos berhadiah, karena menurutnya hal ini adalah perjudian. Ia mengatakan telah meminta Icuk Sugiarto untuk meminta ijin MUI karena khawatir hal ini masuk kategori perjudian. Mengenai ijin pun ia mengatakan kewenangannya berada di Departemen Sosial. Ia menegaskan memberikan dukungan atas penjualan kartu pos olah raga tanpa nomor undian berhadiah.




(Berbagai Sumber terutama TokohIndonesia.com)

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


A. MATTULADA | A. SULASIKIN MURPRATOMO | ABDOEL RAOEF SOEHOED | ABDUL AZIS LAMADJIDO | ABDUL DJALIL PIROUS | ABDUL GAFAR ABDULLAH (EBIET G. ADE) | ABDUL GAFUR TENGKU IDRIS | ABDUL KADIR | ABDUL KARIM OEY | ARBI SANIT | ARDIANSYAH | ANWAR NASUTION | ARIEF BUDIMAN | ARIFIN CHAIRIN NOER | ANTON SOEDJARWO | ARIFIN M. SIREGAR | AMRI YAHYA | ARISTIDES KATOPPO | AMIRMACHMUD | ARSWENDO ATMOWILOTO | AMIR MOERTONO | AWALUDDIN DJAMIN | AZWAR ANAS | ALI SADIKIN | AHMAD SYAFII MAARIF | AHMAD SADALI | ACHDIAT KARTA MIHARDJA | ABDULLAH PUTEH | ABDULGANI | ABDUL RACHMAN RAMLY | ABDUL QADIR DJAELANI | ABDUL LATIEF | A. Deni Daruri | A.T. Mahmud | Abdul Hakim Garuda Nusantara | Abdul Mun'im Idries | Abdullah Gymnastiar | Ade Armando | Ade Rai | Afan Gaffar | Agnes Monica | Agum Gumelar | Ahmad Syafi'i Ma'arif | Alfons Taryadi | Amir Syamsuddin | Amiruddin Zakaria | Amri Yahya | Amrozi | Anand Krishna | Ananda Sukarlan | Anang Supena | Andrianus Meliala | Andy F. Noya | Anton Bachrul Alam | Anton M. Moeliono | Apong Herlina | Arbi Sanit | Aria Kusumadewa | Arifin Panigoro | Aristides Katoppo | Arjatmo Tjokronegoro | Arswendo Atmowiloto | Arwin Rasyid | Asikin Hanafiah | Atmakusumah Astraatmadja | August Parengkuan | Ayu Azhari | Ayu Utami | Azyumardi Azra | Anwar Nasution | Arief Budiman | Abdul Rahman Saleh | Anton Apriyantono | Adyaksa Dault


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq