A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

W.A.F.J. TUMBELAKA




Nama :
W.A.F.J. TUMBELAKA

Lahir :
Kotamobagu, Sulawesi Utara, 24 April 1920

Agama :
Protestan

Pendidikan :
-HIS, Kotamobagu (1933)
-MULO, Tomohon (1936)
-SMT, Surabaya (1943)
-Nederlands Indische Artsen School, Surabaya (tingkat IV, 1951)
-Fakultas Kedokteran Universitas Amsterdam, Negeri Belanda (1955)
-FK UI (1960)
-Pendidikan Gastroenterologi Anak, Kanada (1962)
-Universitas Sri Lanka (1975)


Karir :
-Dokter RSU Jebres, Solo (1955-1957)
-Ahli Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM (1957-sekarang)
-Pudek III, kemudian Pudek I dan Penjabat Dekan FK UI (1970- 1977)
-Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak FK UI (1981-sekarang)
-Pembantu Rektor I UI (1982-1986)


Kegiatan Lain :
-Anggota Pengurus Pusat IDAI (1968-sekarang)
-Presiden ASEAN Pedriatic Federation (1978-1983)
-Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran IDI (1981-sekarang) dan IDAI (1981-1984)


Alamat Rumah :
Jalan Bendungan Hilir, Blok A/14, Pejompongan, Jakarta Pusat Telp: 582599

Alamat Kantor :
Jalan Salemba 6, Jakarta Pusat Telp: 344008 881168

 

W.A.F.J. TUMBELAKA


"Anggaplah pasien sebagai ayahmu, ibumu, saudaramu, atau anakmu sendiri," kata W.A.F.J. Tumbelaka kepada para mahasiswa Fakultas Kedokteran UI berulang kali. Ini bukan petuah kosong sang profesor. Masih membuka praktek sebagai dokter anak dalam usianya yang baya, ia sendiri dijuluki "tabib bertangan dingin" dan "dokter domine".

Tempat prakteknya, di pavilyun Jalan Bendungan Hilir A/14, Jakarta, selalu disesaki pasien sampai jauh malam. Saat dokter spesialis lain sudah memasang tarif berobat Rp 4.000, ia masih bertahan Rp 300. Walau akhirnya Tumbelaka menaikkannya juga menjadi Rp 500, lalu Rp 1.000, kemudian Rp 2.000, itu masih jauh di bawah tarif yang dipasang rekan-rekannya.

Latar belakang keluarga mendasari arah karier dan sikap Tumbelaka. Cita-cita menjadi dokter mungkin timbul karena mengamati ibunya yang menjadi bidan. "Ayah saya, meskipun jaksa di zaman Belanda, gajinya tidak cukup membiayai sekolah anak-anaknya," tutur anak kedua dari 10 bersaudara itu. Maka, setamat MULO di Tomohon, 1936, ia menganggur dua tahun. Padahal, nilai ujian akhirnya rata-rata sembilan.Untung, ada pamannya, seorang pelaut, yang sedia mengongkosi kelanjutan sekolahnya di Surabaya. Ia sudah di tingkat IV sekolah tinggi kedokteran NIAS, ketika Perang Dunia II pecah, yang membuat studinya kembali terhenti. Lalu dengan bantuan Dr. Sam Ratulangie (Pahlawan Nasional), Wim -- nama kecil Tumbelaka -- meneruskan belajar di Jepang. Namun, itu pun berantakan gara- gara Jepang menyerah kepada Sekutu, 1945.

Pulang ke tanah air, ia sempat menolak anjuran Ratulangie agar menyelesaikan pelajaran di fakultas kedokteran, Negeri Belanda. Wim ingin seperti adik-adiknya yang menjadi pejuang. "Kamu pun bisa berjuang dengan menuntut ilmu," kata Ratulangie waktu itu. Ia menurut. Setelah lulus, 1955, ia pulang dan bertugas di RSU Jebres, Surakarta. Dua tahun kemudian, Wim meraih brevet dokter anak di UI, dan 1962 mengambil spesialisasi bidang penyakit saluran makanan (gastroenterologi) anak di Kanada dan AS.

Pindah ke Jakarta sejak 1957, Tumbelaka bekerja di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI dan RS Cipto Mangunkusumo. Ketika kemudian menjadi Penjabat Dekan FKUI, ia harus menjalankan peraturan fakultas untuk mengeluarkan setiap mahasiswa yang gagal mencapai nilai evaluasi tertentu. Dan ternyata, di antara yang harus dikeluarkan termasuk sepasang anak kembarnya sendiri. "Apa pun alasannya, saya sebagai pimpinan FK tidak boleh pilih kasih," ujarnya.

Bekas bintang iklan air susu ibu (ASI) -- ketika dikukuhkan sebagai guru besar ia memang membacakan pidato pengukuhan tentang ASI -- ini menikah dengan Concordia Sophia Lodola Monohutu, kemanakan politisi kawakan Arnold Mononutu. Di samping si kembar yang lelaki, Tumbelaka dianugerahi pula seorang anak perempuan.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


W.A.F.J. TUMBELAKA | WAHONO | WANG SUWANDI | WARDOYO | WARINO LESTANTO | WIDARTI GOENAWAN | WIDJOJO Nitisastro | WIDODO SUKARNO | WIJARSO | WILLEM JOHAN WAWOROENTOE | WILLIAM SOERYADJAYA | WILLIBRORDUS SURENDRA BROTO RENDRA | WILLY MOENANDIR MANGOENDIPRODJO | WIM KALONA | WIM UMBOH (ACHMAD SALIM) | WIRATMO SOEKITO | Wahyu Hidayat | Waldjinah | Widjanarko Puspoyo | Widodo Adi Sutjipto | Wimar Witoelar | Wynne Prakusya


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq