A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

WILLY MOENANDIR MANGOENDIPRODJO




Nama :
WILLY MOENANDIR MANGOENDIPRODJO

Lahir :
Banyuwangi, Jawa Timur, 10 April 1936

Agama :
Islam

Pendidikan :
-SD, Malang (1949)
-SMPK St. Albertus, Malang (1952)
-SMAK St. Albertus, Malang (1955)
-ITB, Bandung (1960)


Karir :
-Ahli teknik pada laboratorium PTT, Bandung (1960-1964)
-Kepala Daerah Telekomunikasi XII, Jayapura (1964-1966)
-Kepala Daerah Telekomunikasi IV, Palembang (1966-1968)
-Kepala Daerah Telekomunikasi VIII, Bandung (1968-1969)
-Direktur Operasi Kantor Pusat Perumtel, Bandung (1969-1973)
-Direktur Utama Perumtel, Bandung (1973 -- sekarang)


Alamat Rumah :
Jalan Ciliwung 21, Bandung Telp: 57400

Alamat Kantor :
Jalan Cisanggarung 2, Bandung Telp: 59100

 

WILLY MOENANDIR MANGOENDIPRODJO


Sebagai Direktur Utama Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel), sejak 1973, Willy dinilai mampu mengembangkan perusahaan sesuai dengan kemajuan teknologi. Dilantik kembali memangku jabatan yang sama, 1983, pada peringatan Hari Bhakti Postel ke-38 tahun yang sama ia menerima Bintang Satya Lencana Pembangunan dari pemerintah RI.

Kariernya di Perumtel bermula setelah ia meraih gelar sarjana teknik ITB, 1960. Mulai sebagai ahli teknik Laboratorium PTT di Bandung, empat tahun kemudian ia Kepala Daerah Telekomunikasi (KDT) XII di Jayapura, Irian Jaya. Pindah ke Palembang, Sumatera Selatan, ia KDT IV, 1966. Kembali ke Bandung, 1969, ia menjabat KDT VIII. Tetapi, tidak lama, pada tahun itu ia diangkat menjadi direktur operasi Perumtel.

Selama Pelita IV, Perumtel harus membangun 750.000 satuan sambungan (SS) Telepon, 16.500 SS Teleks, 100 lokasi stasiun bumi kecil (SBK), dan memenuhi kekurangan Pelita III sebanyak 100.000 SS Telepon, dan 3.500 SS Teleks. Biaya pembangunannya diperkirakan sekitar US$ 3 milyar, dan pemerintah hanya menyediakan dana US$ 300 juta.

Menghadapi kekurangan dana ini, Willy tidak berkecil hati. "Perumtel akan mengumpulkan dana melalui penerbitan obligasi, yang kalau lancar, bisa mencapai Rp 1 trilyun," katanya.

Selama 1983, Perumtel berhasil membangun enam Sentral Telepon Otomat (STO), sehingga di seluruh Indonesia menjadi 169 STO dengan kapasitas 583.681 SS. Di awal Pelita III, kota-kota yang dapat dihubungkan melalui Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) baru 47 buah. Di akhir Pelita III Menjadi 104 buah.

"Pengontrolan, pengawasan, dan penerangan untuk meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi kepada masyarakat harus selalu kita lakukan," ujar Willy. Ia juga mengemukakan dua sopan santun dalam menangani pelayanan. Yaitu penyuluhan dan pemberian informasi secara terinci.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


W.A.F.J. TUMBELAKA | WAHONO | WANG SUWANDI | WARDOYO | WARINO LESTANTO | WIDARTI GOENAWAN | WIDJOJO Nitisastro | WIDODO SUKARNO | WIJARSO | WILLEM JOHAN WAWOROENTOE | WILLIAM SOERYADJAYA | WILLIBRORDUS SURENDRA BROTO RENDRA | WILLY MOENANDIR MANGOENDIPRODJO | WIM KALONA | WIM UMBOH (ACHMAD SALIM) | WIRATMO SOEKITO | Wahyu Hidayat | Waldjinah | Widjanarko Puspoyo | Widodo Adi Sutjipto | Wimar Witoelar | Wynne Prakusya


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq