A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

LINUS SURYADI AGUSTINUS




Nama :
LINUS SURYADI AGUSTINUS

Lahir :
Sleman, Yogyakarta, 3 Maret 1951

Agama :
Katolik

Pendidikan :
-SD, Kadisobo (1963)
-SMP, Sleman (1967)
-SMA, Yogyakarta (1970)
-ABA, Yogyakarta (hanya setahun)
-IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta (hanya setahun)


Karir :
-Editor kebudayaan pada harian Berita Nasional. Sastrawan, dengan karya-karya yang telah dibukukan: Perang Troya, (cerita anak-anak) Dunia Pustaka Jaya, 1977
-Langit Kelabu, (kumpulan puisi) Dunia Pustaka Jaya, 1981
-Pengakuan Pariyem, (novel) Pustaka Sinar Harapan, 1981
-Perkutut Manggung, (kumpulan puisi) Dunia Pustaka Jaya, 1985
-Tugu, (kumpulan puisi) DKY dan Bharata Offset, 1985


Alamat Rumah :
Jalan Gejayan, Gang Dahlia CT X/14, Yogyakarta

Alamat Kantor :
Jalan Brigjen Katamso 15, Yogyakarta

 

LINUS SURYADI AGUSTINUS


Putra kedua dari 10 bersaudara ini datang dari keluarga biasa. Ayahnya pembantu carik Kelurahan Trimulyo, Sleman, Yogyakarta, yang tinggal di Desa Kalidoso. Di desa inilah Linus dilahirkan oleh ibunya yang bekerja sebagai petani. Linus sendiri, setelah menamatkan SMA Bopkri di Yogyakarta, sempat kuliah bahasa Inggris di IKIP Sanata Dharma dan Akademi Bahasa Asing (ABA), Yogyakarta. Keduanya hanya berjalan setahun.

Buku pertamanya, diterbitkan PT Dunia Pustaka Jaya, adalah cerita anak-anak, Perang Troya, 1977. Empat tahun kemudian, muncul puisi lirik Langit Kelabu -- juga oleh Pustaka Jaya. Ini disusul oleh Pengakuan Pariyem, terbitan Pustaka Sinar Harapan, pada tahun yang sama. Pada 1985 terbit puisi lirik Perkutut Manggung dan Tugu, antologi puisi 32 penyair Yogyakarta. Yang pertama oleh Pustaka Jaya, yang kedua oleh DKY dan Bharata Offset. Yang akan menyusul adalah Gerhana Bulan (lirik alegoris), Kembang Tanjung (puisi lirik), Pak Sastro di Kota, dan Dari Desa ke Kota: Kalidoso-Yogya. Dua yang terakhir kumpulan esei.Linus dikenal banyak menggunakan kata dan ungkapan Jawa dalam karya sastranya. Mengambil Pengakuan Pariyem sebagai bahan ulasan, Kritikus Subagio Sastrowardojo menilai bahwa pemakaian kata daerah oleh Linus sudah mencapai tahap ekstrem. Linus sendiri berdalih bahwa ia sehari-harinya lebih banyak berbahasa Jawa, sedangkan kemampuan berbahasa Indonesianya masih kurang. Sehingga, tulisnya dalam majalah Optimis, Juni 1983, "Tak selalu kena atau pas apabila saya hanya menggantungkan pada kosa kata bahasa Indonesia."

Mengaku tidak bisa hidup hanya dari menulis, ia sehari- harinya editor kebudayaan harian Berita Nasional, Yogyakarta. Namun Linus masih hidup membujang. Acap ia menjadi juri berbagai lomba sastra. Sajaknya yang berjudul Berlayar memenangkan hadiah II lomba penulisan puisi untuk mengenang Almarhum Aoh K. Hadimadja, yang diselenggarakan oleh BBC London Seksi Bahasa Indonesia, 1979.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


LASIYAH SUTANTO | LELY SAMPOERNO | LEO IMAM SUKARNO (LEO KRISTI) | LEO SOEKOTO S.J. | LEONARDUS BENYAMIN MOERDANI | LIE TEK TJENG | LIEM KHIEM YANG | LIEM SWIE KING | LINUS SURYADI AGUSTINUS | LIUS PONGOH | LUGITO HAYADI | LUKMAN HARUN | LUKMAN NIODE | LYDIA RUTH ELIZABETH KANDOU | Laksamana Sukardi | Landung Simatupang | Lily Koeshartini Somadikarta | Lola Amaria | Luhut Manihot Parulian Pangaribuan | Luluk Purwanto


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq