A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

Laksamana Sukardi




Nama :
Laksamana Sukardi

Lahir :
Jakarta, 1 Oktober 1956

Agama :
Islam

Pendidikan :
- SD hingga SMA di Jakarta
- Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB)
- Executive Development Programme (EDP) Citibank di Athena,
Yunani (1981)


Karir :
- Asisten Manajer Bagian Audit Citibank (1981-1987)
- Vice President Bidang Operasional Citibank (1985-1987)
- Direktur Bank Umum Asia (1987)
- Wakil Managing Director Lippobank (1987-1988)
- Managing Director Lippobank (1988-1993)
- Chief Executive Officer Lembaga Konsultan ReForm (1994-1999)
- Menteri Negara Investasi dan Pembinaan BUMN (1999€“2000)
- Menteri Negara BUMN (2001-sekarang)


Kegiatan Lain :
- Anggota DPR/MPR RI (1992-1997)
- Bendahara DPP PDI (1993-1999)
- Anggota DPR/MPR RI (1999-2004)


Keluarga :
Istri : Rethy Aleksandra Wulur Anak : 1. Noorani Handra 2. Indraprajna Wardhani 3. Galuh Swarna

Alamat Rumah :
Jl. Birah IV, No. 1, Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

 

Laksamana Sukardi


NAMANYA mencuat di tengah hingar bingar arus pusaran politik Indonesia di masa Pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur). Saat itu, Laksamana Sukardi €“ yang menjabat sebagai Menteri Negara Investasi dan Pembinaan BUMN €“ memerotes keras tudingan KKN (Kolusi, Korupsi, Nepotisme) terhadap dirinya. Laks €“ begitu ia biasa disapa €“ tak mempersoalkan pemecatan dirinya sebagai menteri. Baginya, kalau pencopotannya itu memang cara terbaik untuk menyelamatkan tim ekonomi Gus Dur, tidak masalah baginya. €œTuduhan KKN yang dikatakan Gus Dur sangat tidak mendasar,€ sanggahnya dalam sebuah konferensi pers. Kendati didepak Gus Dur, Laks tak surut langkah. Ia tetap konsisten di jalur politik. Apalagi dunia politik merupakan obsesi masa kecilnya dan melatarbelakangi kehidupann keluarganya. Gandhi Sukardi, wartawan pada Lembaga Kantor Berita Negara (LKBN) Antara, senantiasa menanamkan budaya membaca kepada anak-anaknya. Sang ayah berlangganan sejumlah majalah dan koran, terbitan dalam maupun luar negeri. Dari kebiasaan membaca -- terutama berita-berita politik -- itulah ketertarikan Laks akan dunia politik tumbuh dan menebal.

Cuma, menginjak usia remaja, kebiasaan membacanya menurun drastis. Dan animo Laks terhadap dunia politik pun memudar. Ia terguncang menyusul meninggalnya sang ibunda tercinta. Alhasil, ketika lulus SMA, ia mengubur keinginan untuk kuliah ilmu politik. Ia kemudian masuk Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) di Kota Kembang.

Menggenggam ijazah sarjana teknik sipil dari ITB pada 1979, Laks lalu memasuki bursa kerja. Meski termasuk sarjana dengan predikat cum laude, ternyata tak berarti ia gampang memperoleh pekerjaan. Lamarannya ke sejumlah perusahaan tak mendapat jawaban. Itu sebabnya ia tak menyia-nyiakan tawaran mengikuti training di Citibank, bank yang bermarkas di Inggris. Rupanya, ia juga kemudian ditawari ikut dalam training lanjutan -- Executive Development Programme (EDP) -- di Athena, Yunani. Sekembalinya dari Yunani pada 1981, Laks resmi menjadi bankir di Citibank. Karirnya di bank asing itu boleh dibilang cepat meroket. Pada usianya yang baru menginjak 29 tahun, penggemar sepak bola ini dipercaya menduduki jabatan Vice President Bidang Operasional Citibank. Namun, tiga tahun kemudian, sekitar akhir 1987, ia malah memilih hengkang dari bank ternama di dunia itu. Alasannya, ia tak puas dengan prestasi kerjanya di sana.

Di samping itu, karateka sabuk cokelat ini rupanya juga ditawari bankir Mochtar Riyadi untuk mengomandani Bank Umum Asia. Tak lama berselang, Laks ikut membidani lahirnya Lippobank, lewat merger Bank Umum Asia dengan Bank Perniagaan Indonesia. Kemudian, ia dipercaya menjadi managing director bank baru tersebut. Akan tetapi, Laks kembali mengambil langkah cukup mengejutkan. Penggemar penyanyi tenor Pavarotti ini mundur dari Lippobank pada Mei 1993, tak lama setelah ia mendapat penghargaan sebagai Banker of The Year dari majalah Swasembada. Saat itu banyak orang heran, sebab prestasinya di bank tersebut lumayan cemerlang. Misalnya, ia mengantarkan Lippobank listing di pasar modal. Selepas dari Citibank pula, Laks mendirikan perusahaan konsultasi: ReForm. Di lembaga konsultasi bidang keuangan dan perbankan tadi ia menjadi Chief Executive Officer. Selain itu, bersama rekan-rekannya -- Rizal Ramli dan Arief Arryman -- ia juga turut menyumbangkan pemikiran kritis mengenai persoalan-persoalan ekonomi di Econit -- sebuah lembaga independen yang menganalisa ekonomi, industri, keuangan, dan perbankan.

Di saat hampir bersamaan, Laks juga bergabung dengan PDI sebagai bendahara umum. Di partai berlambang kepala banteng itulah ia memulai kiprahnya di dunia politik secara total. €œSaya memilih PDI karena ingin membesarkannya,€ ujarnya. Periode 1999 - 2004, pria berdarah Sunda ini lalu menjadi anggota DPR RI -- mewakili PDI Perjuangan untuk daerah pemilihan Jawa Barat. Sempat menjabat sebagai Menteri Investasi dan Pembinaan BUMN di masa Pemerintahan Gus Dur, sebelum akhirnya ia dicopot pada akhir April 2000. Waktu itu, ia dituding KKN. Laks kemudian kembali berkecimpung di bidang kajian ekonomi. Dan sejak dipecat Gus Dur, ia pun kembali ke DPR RI untuk memperkuat Komisi IX.

Kini, di era Pemerintahan Megawati, Laks kembali menduduki pos lamanya. Pengagum Bung Karno ini dipercaya sebagai Menteri Negara BUMN. Tekadnya untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih (good governance) pun kembali berkobar -- meski disadarinya hal itu bukan perkara enteng.


Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


LASIYAH SUTANTO | LELY SAMPOERNO | LEO IMAM SUKARNO (LEO KRISTI) | LEO SOEKOTO S.J. | LEONARDUS BENYAMIN MOERDANI | LIE TEK TJENG | LIEM KHIEM YANG | LIEM SWIE KING | LINUS SURYADI AGUSTINUS | LIUS PONGOH | LUGITO HAYADI | LUKMAN HARUN | LUKMAN NIODE | LYDIA RUTH ELIZABETH KANDOU | Laksamana Sukardi | Landung Simatupang | Lily Koeshartini Somadikarta | Lola Amaria | Luhut Manihot Parulian Pangaribuan | Luluk Purwanto


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq