A | B | C | D | E | F | G | H | I | J | K | L | M | N | O | P | R | S | T | U | V | W | Y | Z

FREDERIK HENDRIK AGUSTINUS HEHUWAT




Nama :
FREDERIK HENDRIK AGUSTINUS HEHUWAT

Lahir :
Surabaya, 31 Desember 1938

Agama :
Protestan

Pendidikan :
-SD, Surabaya (1950)
-SMP, Surabaya (1953)
-SMA, Surabaya (1957)
-ITB Bandung (1965)
-Doktor di Rijks Universiteit Utrecht, Belanda (1970)
-Remote Sensing di Sioux Falls South Dakota, AS (1973)


Karir :
-Ahli Peneliti IV C Lembaga Geologi & Pertambangan Nasional LIPI (1966-sekarang)


Kegiatan Lain :
-Yayasan Indonesia Hijau (1978-sekarang)
-Anggota Pendiri/Ketua Yayasan Ashoka Indonesia (1984- sekarang)


Alamat Rumah :
Kompleks LIPI Jalan Bukit Dago Utara 19, Bandung Telp: 022w84594

Alamat Kantor :
Lembaga Geologi & Pertambangan Nasional LIPI, Jalan Cisitu, Bandung Telp: 022-83654

 

FREDERIK HENDRIK AGUSTINUS HEHUWAT


Fred belum genap empat tahun, ketika ayahnya, Pieter Albert Hehuwat, hilang tanpa jejak bersamaan dengan serbuan tentara Jepang ke Surabaya. Sang ayah waktu itu bekerja sebagai markonis sebuah kapal milik Belanda di Kota Pahlawan itu -- sementara ia bersama ibunya menetap di Bojonegoro, Jawa Timur. Sudah jarang bertemu karena berlainan tempat tinggal, ditambah peristiwa serbuan Jepang, menyebabkan Fred, seperti dikatakannya sendiri, "Hampir tidak mengenal Ayah."

Ibunya, Johanna, meskipun bekerja sebagai guru, tidak terlalu kaku mendidik Fred. Sewaktu masih di SMP itu, di Surabaya, "Saya sering keluyuran mendatangi tempat-tempat peninggalan sejarah, dan sesekali ke gunung," tuturnya. Kegemaran ini membuat Fred kemudian berminat menjadi ahli purbakala dan gunung berapi. Tetapi, kemudian, pada saat mendaftar ke ITB, anak bungsu dari dua bersaudara ini memilih jurusan geologi perminyakan.

Skripsinya bisa ia garap justru pada saat-saat genting menjelang terjadinya G-30-S/PKI. Masa itu, sebagai Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB (1962-1963), Fred juga mendapat tugas piket malam. "Sembari piket, saya menulis skripsi," tuturnya. Skripsinya mengenai Kepulauan Maluku dilihat dari sudut geologi.Sebagai seorang di antara eksponen Angkatan '66, Fred tidak gemar menonjolkan diri. Ia turut memimpin long march BandungwJakarta, menjelang berakhirnya masa kekuasaan Orde Lama.

Pendiri Yayasan Indonesia Hijau ini mengambil gelar doktornya di Rijks Universiteit, Utrecht, Negeri Belanda, 1970. Disertasinya The Transition from Marine to Continental Sedimentation in the Eocne of the Huesca Province (Spain).

Tentang problem air tanah di Jakarta, ia berpendapat, "Penyedotan air oleh warga Jakarta bakal bisa menyebabkan permukaan tanah kota ini menjadi lebih rendah dari permukaan laut." Ia memberi contoh, bagaimana Kota Meksiko telah turun lima sentimeter dari ketinggiannya semula.

Ayah dua anak ini menggemari atletik dan sepak bola. "Sekarang, saya hanya tinggal menonton, tidak terjun lagi," katanya.

Ia menikah dengan Dolly -- keturunan Belanda yang ia jumpai sewaktu menyelesaikan doktornya di Negeri Kincir Angin itu -- pada 21 Februari 1968.

Copyright PDAT 2004

comments powered by Disqus

 


FAHMI IDRIS | FARID ANFASA MOELOEK | FARIDA FEISOL | FEISAL TANJUNG | FERMANTO SOEJATMAN | FERRY SONNEVILLE (FERDINAND ALEXANDER) | FIKRI JUFRI | FRANCISCUS XAVERIUS HADISUMARTO | FRANCISCUS XAVERIUS SEDA | FRANS DANUWINATA | FRANZ MAGNIS-SUSENO | FREDERIK HENDRIK AGUSTINUS HEHUWAT | FRIDOLIN UKUR | FRITS AUGUST KAKIAILATU | F.X. ARIF Adimoelja | F.X. SUSILO MURTI | F. Widayanto | Faisal H. Basri | Faruk H.T. | Fatchur Rochman


Arsip Apa dan Siapa Tempo ini dipersembahkan oleh Ahmad Abdul Haq