
Nama : JUWONO SUDARSONO
Lahir : Ciamis, Jawa Barat, 5 Maret 1942
Agama : Islam
Pendidikan : - SD Cikini, Jakarta dan SD New Delhi, India (1953)
- SMP Negeri I Cikini, Jakarta (1957)
- Bedales Hampshire, Inggris (1960)
- Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Jurusan Publisistik UI, Jakarta (1965)
- Institute of Social Studies, Den Haag, Negeri Belanda (1969)
- Universitas California, Berkeley, AS (M.A., 1970)
- London School of Economics, Inggris (Ph.D., 1978)
- Universitas Georgetown, Washington DC, AS (1985)
Karir : - Pembantu Dekan (1971-1973 dan 1979-1981), Ketua Jurusan Ilmu Politik (1973-1975), kemudian Ketua Jurusan Hubungan Internasional (1985-sekarang) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
Kegiatan Lain : - Staf Dewan Pertahanan dan Keamanan Nasional (Wanhankamnas) (1972-1975)
- Ketua Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu Sosial (HIPIS) (1980-1983)
- Wakil Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (1984-sekarang)
Karya : - Pembangunan Politik: Pilihan Masalah, Yayasan Obor 1980
- Perubahan Politik dan Pembangunan, Rajawali 1982
Alamat Rumah : Kompleks Perumahan UI No. 66, Ciputat, Jakarta Selatan
Alamat Kantor : FISIP UI, Rawamangun, Jakarta Timur
|
|
JUWONO SUDARSONO
Pengamat masalah-masalah internasional ini jarang mengecewakan wartawan, sehingga dikenal akrab. "Tapi, bila menyangkut politik dalam negeri, rasanya menyerempet bahaya. Apalagi jika harus menyebut nama tertentu," kata Juwono, staf pengajar Jurusan Ilmu Politik dan Program Pascasarjana pada FISIP UI ini.
Pada 1982, ia memang pernah dilarang memberikan kuliah, gara- gara pembicaraannya pada diskusi terbatas di Universitas Katolik Atma Jaya, November 1981. Sebab, informasi yang masuk ke petugas keamanan waktu itu, seolah-olah Juwono mengatakan, "pemerintah sudah kian membusuk dan saya akan bekerja giat dari dalam untuk lebih mempercepat proses pembusukan."
Padahal, terbukti dari transkripsi rekaman kaset, ia hanya mengutip buku Richard Nixon, The Real War. Nixon sendiri mengutip Lenin, yang di antaranya mengatakan, pemerintah apa pun kalau sudah membusuk tidak perlu didongkelakan jatuh sendiri karena kontradiksi-kontradiksi intern.
Anak bungsu dari empat bersaudara ini putra Dr. Sudarsono (almarhum), diplomat terkenal yang pernah menjabat menteri sosial, menteri dalam negeri, dan terakhir duta besar RI untuk Yugoslavia. Setelah menyelesaikan sekolah dasar di India, Juwono memasuki SMP Cikini, Jakarta. Ia kesulitan mengadaptasi bahasa. "Bahasa Indonesia saya tak becus," tuturnya. Empat tahun kemudian, ia melanjutkan sekolah lanjutan atas di Inggris.
Gelar sarjana publisistik diraihnya di UI, 1965. Sedangkan M.A. dalam Ilmu Politik dan Asian Studies di Universitas California, Berkeley, AS, 1971. Program doktornya berlangsung di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Politik London, 1978. Tesisnya Indonesia -- United States Relations 1966-1975: A Political, Economic and Security Study. Juwono juga pernah belajar di Austria dan Belanda.
Ketika akan terjalin hubungan dagang RI dan RRC, menurut Juwono, perlu dipertimbangkan apakah Indonesia siap membuka perwakilan/konsul perdagangan, juga memberi tempat untuk kantor dagang RRC, dan apakah produk RRC tidak akan memukul industri dalam negeri.
Lepas dari jabatannya sebagai Ketua Umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIS), kini Juwono Wakil Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI). Ia banyak menulis artikel, dan sering diminta memberikan ceramah. "Kendati sibuk, saya masih setia mendengarkan radio gelombang pendek," ujarnya.
Menikah dengan Nunny, Juwono dikaruniai dua anak. Kegemarannya fotografi dan tenis. Tetapi, ia mengaku setiap pekan tidak pernah lalai mengajak anak-anaknya berenang.
|